Devil's Fruit (21+)

Bulan Ketiga, Tantangan Baru!



Bulan Ketiga, Tantangan Baru!

0Fruit 113: Bulan Ketiga, Tantangan Baru!     

Tak terasa, kini sudah memasuki bulan ketiga di alam ciptaan Pangeran Incubus Djanh. Mereka terus melaju ke arah sesuai dengan arahan yang diberikan oleh Gulungan Kuno yang selalu dijatuhkan dari langit oleh pemilik alam tersebut.     

Mereka berdua mulai memasuki hutan bambu, namun itu bukan hutan bambu seperti yang dulu pernah mereka datangi.     

"Dan, ada Beast di dalam hutan," bisik Andrea ketika Dante terbang rendah sambil membawa Andrea yang duduk di bahunya. Ia pun segera turun ke tanah.     

"Beast? Apa jenisnya?"     

"Sepertinya... beruang." Andrea masih berbisik seolah-olah ia tak mau Beast itu mendengar suaranya.     

"Seberapa dekat?" Dante menyiapkan Pedang Rogard-nya.     

"Belasan meter lagi, sih."     

"Kenapa tidak bilang dari tadi?"     

"Aduh, Dan, kalopun aku bilang, memangnya kita mau hindari dia? Janganlah! Kita hadapi aja biar cepat keluar dari sini! Ya, kan?"     

Tuan Nephilim picingkan mata elangnya. "Yakin bukan karena bulunya bagus seperti yang kau sukai?"     

Andrea terkekeh canggung. "Eng-enggak, kok! Ini beneran murni biar kita buruan nemuin pintu keluar dari sini! Ayok buruan, deh! Siapin dirimu!" Andrea maju terlebih dahulu. Dia sudah menyiapkan cambuk tulangnya di tangan kanan. Sedangkan tangan kiri bersiap akan memuntahkan Cero jika memang harus.     

Tapi, tentu saja dia berharap beruang itu berbulu indah agar bisa dia jadikan pakaian cantik. Meski tenaga Sniffer Andrea hanya bisa mengendus aura makhluk hidup, namun dia tidak bisa tau persis gambaran utuh makhluk tersebut, hanya sebuah siluet saja.     

"Groaaaaghh!"     

Tiba-tiba, seekor panda besar membalikkan tubuhnya begitu menyadari keberadaan makhluk selain dirinya di dekatnya.     

Jantung Andrea berdegup kencang. Karena takut? Tidak! Tapi demi melihat bulu si panda! Bulu panda itu memang terdiri dari dua warna, namun ini bukan hitam dan putih bagai yin dan yang, namun berwarna merah terang dan biru laut.     

Kalau ini sebuah animasi, tentu pupil mata Andrea sudah menjadi bentuk love besar berwarna merah muda dan dihiasi kilau bintang gemerlapan di sekitarnya.     

Dante langsung melirik Andrea dan hanya mendesah paham. Dari sekilas lirikan saja dia tau sikap bersemangat Andrea karena tertarik akan bulu si panda.     

Dikarenakan terkagum-kagum dengan bulu panda, Andrea malah maju mendekati panda disertai binaran mata yang tidak ia tutup-tutupi. "Aduh, Panda cantik, Panda manis, sini yuk ikut Kakak Andrea yang keren membahana ini..."     

"Roaaakhh!" Panda itu memberikan jawaban menggunakan sabetan salah satu tangan tebal bercakar runcing sembari meraung. Semanis-manisnya panda, itu tetaplah beruang, dan itu adalah binatang buas yang mematikan.     

"Andrea, berhenti bermain-main," keluh Dante dari samping. Ia sudah menebas salah satu bambu dan berdiri tenang di pucuk bekas tebasannya sambil bersidekap tangan memeluk pedangnya.     

Andrea mendengus ke Dante. "Sabar, napa? Makhluk cantik begini musti diperlakukan pelan-pelan, tau!" Lalu ia kembali menatap panda cantik yang mulai melangkah cepat ke Andrea. Cakar besarnya sudah diacung-acungkan mengancam sang gadis Cambion.     

Namun, Andrea malah gemas sendiri. "Duh, Adek Panda malah mo datangi Kakak, yah? Aih~ unyu banget! Kakak jadi gak tega, nih!"     

Dante putar matanya, memandang rendah ke Andrea.     

"Groaaghh!" Panda itu ayunkan cakarnya ke Andrea setelah jarak mereka kian terpangkas. Andrea langsung melambung ke belakang, bersalto dan mendarat di tanah memperbesar jaraknya dengan si panda.     

Panda itu tampaknya kesal karena tidak berhasil menyentuhkan cakarnya ke tubuh Andrea. Ia meraung sekali lagi dan mata hitamnya tiba-tiba berubah menjadi coklat terang dan bercahaya singkat.     

Zeepp!     

Andrea seketika merasakan tubuhnya memberat tanpa bisa dia duga. Ia sampai menahan dengan lutut agar tidak sampai ambruk ke tanah.     

Dante picingkan mata melihat perubahan itu. Dia segera menyadari sesuatu yang salah.     

Whuuss!     

Dante melesat cepat ke Andrea sebelum panda itu mencapai gadis Cambion yang terlihat tidak berdaya, berlutut dengan satu kakinya dan wajahnya tertekan.     

"Andrea!" Dante kibaskan Pedang Rogard-nya ke arah panda berbulu indah yang ternyata mempunyai kekuatan misterius hingga bisa melumpuhkan Andrea.     

"Roaarhh!" Panda itu terhuyung ke belakang beberapa langkah sehingga gagal menggapai tubuh tak berdaya Andrea. Ia meraung marah pada Dante yang membuat dia harus mundur.     

Dante lekas bantu Andrea berdiri kembali begitu gadis itu sudah mendapatkan tenaganya lagi meski sedikit. "Cepat berdiri dan menyingkir, biar aku yang tangani dia," tegas Dante sambil bawa Andrea ke tepi yang aman.     

"Tadi... tadi apa?" Wajah syok Andrea menatap Dante. Keringat dingin masih ada tertera di wajah dan sekujur tubuh ketika dia tiba-tiba seperti ditekan oleh gunung besar.     

"Panda itu memiliki tenaga bumi." Dante memberikan penjelasan singkat.     

"Tenaga bumi?" Andrea linglung menatap Dante.     

Dante menatap heran ke Andrea. "Apa kau tak pernah tau tentang elemen di dunia ini? Air, api, udara, bumi, petir, dan beberapa lainnya lagi?"     

Akhirnya Andrea paham yang dimaksud Dante. "Jadi... Panda cantik itu berelemen bumi?" Ia menatap nanar ke panda yang tengah terdiam menahan sakit.     

"Ya. Dia punya elemen bumi makanya dia menggunakan kekuatan gravitasi dia ke kamu. Kau, minggir saja, biar aku yang menyelesaikan ini dengan cepat." Dante tak menunggu respon Andrea dan lekas melesat ke arah Panda Bumi yang meraung antara marah dan juga ketakutan.     

Dengan beberapa kali serangan, Dante berhasil melumpuhkan Panda Bumi dan binatang buas itu terkapar kesakitan di tanah dengan tubuhnya terselubungi oleh petir ungu Dante.     

Andrea masih terheran-heran kenapa Panda Bumi tidak bisa menyerang Dante? Bahkan Panda Bumi yang menderita kekalahan dari Dante dengan begitu mudahnya.     

Elemen... Andrea segera menutup matanya dan mencari di memorinya mengenai kekuatan elemen di dunia ini.     

"Ah, pantas aja!" Andrea sudah menemukan jawabannya. "Panda cantik itu berelemen bumi. Sedangkan aku kan punya tubuh dengan elemen api. Api kalah dengan elemen bumi. Pantes aja aku langsung nyungsep begitu dia aktifkan kekuatan gravitasi dia!"     

Di sana, Dante masih berdiri penuh gagah menatap Panda Bumi berguling-guling kesakitan.     

"Dan! Dante! Jangan gosongin dia!"     

Crasss!     

Begitu Andrea selesai berteriak ke Dante, Tuan Nephilim malah sudah melontarkan Jarum Vreth bermuatan petir menembus ke kepala Panda Bumi, seakan-akan sedang mengakhiri penderitaan si panda cantik.     

Andrea mendesah lega melihatnya ketika serangan Jarum Vreth milik Dante langsung membuat lenyap nyawa dari Panda Bumi. "Ya, ya, aku paham sekarang. Bumi atau tanah bisa melemahkan api, tapi elemen bumi kalah oleh elemen petir. Haha! Pantas saja kalo Dante bisa kalahkan panda cantikku dengan beberapa kali serangan sederhana doang!"     

Setelah tenaganya pulih, Andrea bangung dari duduknya di tanah dan bergerak ke panda yang dijaga oleh Dante.     

Plokk!     

Gadis Cambion itu memukul ringan lengan Dante. "Makasih, yah Dan! Kamu memang cepat tanggap! Untung kau langsung tau panda cantik ini punya elemen bumi."     

"Humh!" dengus Dante datar sambil balik badan dan berjalan jauhi Andrea dan Panda.     

Andrea naik-turunkan alisnya ke panda yang sudah tak bergerak. "Yuk sayank, sini Kakak Andrea rawat kamu bentar..." Matanya berkilat sambil tangan kanannya memunculkan cakar elang besar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.