Devil's Fruit (21+)

Membuat Pil Inti



Membuat Pil Inti

0Fruit 111: Membuat Pil Inti     

Dante dan Andrea sudah berada di dunia ciptaan Pangeran Incubus Djanh selama dua bulan lebih. Selain kemampuan bertarung mereka membaik, ketrampilan mereka dalam bekerja sama juga mulai tumbuh kembali, meski kini hubungan mereka hambar setelah hangat sebelumnya.     

Keduanya terus saja meningkatkan kekuatan dan ketrampilan masing-masing dalam memakai senjata.     

Dante masih mengunggulkan Pedang Rogard sebagai senjata satu-satunya dan kebanggaan dia, sedangkan Andrea sudah memiliki beberapa senjata, seperti kumpulan duri besar yang bisa dia layangkan menggunakan kekuatan Mossa, lalu ada juga cambuk dari tulang belakang kadal yang panjang, dan yang terakhir adalah busur dan panah cahaya.     

Meski busur dan panah itu terbentuk dari tenaga cahaya merah yang berhasil diciptakan Andrea, namun itu masih bisa disebut sebagai senjata meski tidak berfisik nyata.     

Dante dan Andrea juga sudah banyak mengumpulkan inti kristal dari berbagai jenis Beast. Gulungan kuno menginstruksikan pada kedua pemuda itu untuk memakan inti kristal Beast jika ingin meningkatkan kekuatan. Namun, itu tidak bisa dimakan utuh.     

Gulungan kuno menyuruh agar inti kristal itu diubah menjadi sebuah pil yang disebut Pil Inti.  Dan karena api yang bisa mengolah inti kristal Beast yang keras itu hanya api milik Andrea yang bernama Cero, maka hanya Andrea yang bisa membuat Pil Inti.     

Sesuai instruksi dan step by step dari gulungan, Andrea memulai proses peleburan inti kristal Beast. Andrea harus pintar-pintar mengatur apinya agar tidak membuat inti kristal itu menjadi abu dan sia-sia.     

"Yah!" Suara penyesalan datang dari Andrea ketika dia menatap seonggok abu di telapak tangannya. Ini sudah percobaan ketiganya dan mereka semua menjadi abu karena Andrea masih belum bisa mengontrol tingkat panas apinya.     

"Hm..." Dante mengamati dari samping. Mereka berdua sudah masuk ke alam Cosmo supaya proses pembuatan Pil Inti tidak terganggu oleh adanya Beast yang datang tiba-tiba nantinya.     

"Dante jangan cuma hm-hm aja, dong..." Wajah Andrea terlihat memelas.     

"Bersyukurlah aku tidak mengeluarkan tawaku, bocah." Dante masih ingat bahwa Andrea tidak suka disebut Iblis, maka itu dia hanya menyebut Andrea sebagai bocah saja.     

"Dante jahat, ih~" Gadis itu merajuk sambil mukanya masih tertoreh aura kesal karena berkali-kali gagal.     

"Tsk! Coba gunakan Mossa untuk membuat inti kristal itu melayang dan beri api Cero kamu dari bawahnya!" Dante mendecih acuh tak acuh meski tetap memberikan sarannya.     

Seketika, mata Andrea berbinar. "Eh, iya juga, yah! Aduh Dante top markotop!" Andrea mendadak girang atas saran Dante. "Aku pengin peluk kamu saking senangnya, tapi kamu pasti nggak mau, ya kan? Hehe..."     

Rahang Dante menegang. Dia mengutuk Andrea dalam benak. 'Bocah Iblis ini bermaksud menggoda aku? Apa dia tidak ingat bagaimana kejadian kemarin? Damn you, Demon! Dasar Iblis penggoda!'     

Maka, ketika Dante berlagak tak peduli dan alihkan tatapan ke arah lain seolah-olah tidak menggubris Andrea, gadis itu justru mulai memusatkan konsentrasinya pada inti kristal yang ia buat melayang menggunakan tenaga Mossa.     

Kemudian, dengan menggunakan tangan lainnya, Andrea menyuntikkan api Cero dia dari bawah inti kristal yang sedang melayang setinggi lima inci dari telapak tangannya.     

Andrea terus mengingat agar dia jangan sampai menyuntikkan Cero terlalu banyak. Dan juga jangan terlalu sedikit atau hasilnya juga akan terlalu lama.     

Dengan usaha gigih, Andrea sudah mulai melelehkan inti kristal menggunakan panas api Cero yang disuntikkan tipis-tipis dulu, lalu mulai ditingkatkan intensitas panasnya secara perlahan.     

Dalam kurun waktu satu jam lebih, akhirnya Andrea berhasil membuat inti kristal meleleh sepenuhnya dan cairan pekat itu berputar-putar di atas telapak tangan dia.     

Dante yang akhirnya menoleh lagi ke Andrea, terkejut melihat keberhasilan Andrea.     

"Ahaha! Dan! Akhirnya bisa! Bisaaaa! Ouuuhh gilak capek banget!" Andrea berteriak-teriak penuh semangat sekaligus girang luar biasa.     

"Heh, konsentrasi! Jangan sampai cairan itu mengeras lagi dan terbuang sia-sia! Padatkan sampai jadi pil!" Sedingin-dinginnya Dante pada Andrea saat ini, dia masih mau memberikan saran dan peringatan sebelum Nona Cambion bertingkah melenceng.     

"Oh iya, hehe..." Andrea kembali konsentrasi agar cairan pekat di tangannya bisa dia bentuk menjadi sebuah pil bulat.     

Proses pemadatan cairan itu lumayan menguras tenaga Andrea. Membutuhkan satu jam juga untuk bisa membuat satu Pil Inti utuh.     

Begitu Pil Inti bulat kecil itu selesai dimurnikan, itu jatuh begitu saja di atas telapak tangan Andrea usai Andrea menarik api Cero dan Mossa-nya.     

"Aduduh!" Ia berteriak ketika Pil Inti mengenai kulit telapak tangannya. Ia lupa bahwa itu baru saja dia murnikan menggunakan Cero. Segera ia melambungkan pil itu memakai tenaga Mossa agar tidak membakar telapak tangannya. "Dante, tolong ambilkan piring di sana, dong..." pinta Andrea sambil satu tangan bebasnya menunjuk ke arah rak piring.     

"Ambil sendiri. Kakimu tidak sedang patah, kan?" sahut Dante ringan dan balik badan untuk berjalan keluar dari pondok.     

Mulut Andrea sudah komat-kamit bergerak melafalkan makian dengan berbagai versi meski tidak dia lantunkan karena akan percuma dikarenakan segel pita suaranya. Ia mendesah sambil berjalan ke rak piring dan mengambil sebuah piring kecil dari beling dan pelan-pelan arahkan Pil Inti ke piring tersebut.     

Lalu gadis itu terduduk kelelahan. "Ya ampun! Dua jam lebih cuma untuk bikin beginian!" keluhnya seraya usap butiran keringat yang meleleh di tepi wajahnya. "Mana cuma ada satu! Tsk!" Ia pandangi pil itu yang diam di atas piring. "Atau mungkin karena inti kristalnya kecil, yah? Jadinya pilnya juga kecil? Ah, mungkin kalo aku bikin dari inti kristal yang gede, aku bisa sekaligus bikin beberapa pil!"     

Berdasarkan pemikiran demikian, Andrea mulai bersemangat ingin memurnikan inti kristal lainnya yang berukuran lebih besar dari yang terakhir. "Eh, katanya ini untuk penambah tenaga, kan?" Ia pandang lagi pil di atas piring. "Cobain, ah! Mungkin ini sekarang udah dingin."     

Tangan Andrea pelan-pelan menyentuh pil itu, memastikan benda bulat tersebut sudah tidak sepanas sebelumnya. Setelah yakin pil itu hangat-hangat kuku, Andrea pun mengambilnya menggunakan dua jari dan tatap lekat pil yang dia angkat di depan wajah. "Tinggal telan doang, kan? Oke, ayo disantap! Happ!"     

Andrea segera masukkan pil itu ke dalam mulut. Anehnya, pil itu meski keras ketika di tangan, namun begitu masuk ke mulut, ia meleleh begitu saja di lidah dan masuk ke tenggorokan tanpa Andrea perlu menelannya, seolah pil itu bergerak mandiri tanpa perlu didorong gerakan menelan apapun.     

Sangat lancar.     

Andrea terdiam menunggu. Tentu saja menunggu hasil dari pil tersebut. Tak sampai lima menit, dia merasakan tubuhnya memanas sedikit dan seolah-olah ada aliran energi aneh yang menjalar ke seluruh otot dan saraf-sarafnya hingga yang terkecil.     

"Huff!" Andrea tanpa sengaja hembuskan napas dan ia bisa melihat ada uap udara dari hembusan yang ia lakukan tadi. Begitu kuat efek pil itu?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.