Devil's Fruit (21+)

Kolam Ajaib



Kolam Ajaib

0Fruit 106: Kolam Ajaib     

Kini, Andrea sudah punya banyak baju ganti dari kulit bulu Beast dengan berbagai macam corak yang indah yang pasti akan membuat mata desainer kondang akan melotot rakus ingin merenggut. Dan sudah pasti banyak wanita akan merasa iri dengan baju bulu yang dimiliki Andrea.     

Dante hanya menatap dingin ketika Andrea memamerkan koleksi baju-baju dia. Motifnya memang bagus dan indah, bahkan terkadang agak absurd karena tak ada di alam manusia. Jangan-jangan Andrea sengaja mencari Beast yang memiliki bulu indah untuk mereka bunuh agar dia bisa mengambil kulitnya?     

Dia bahkan berencana memberikan beberapa ke Shelly jika dia sudah keluar dari alam ini.     

"Tsk! Dasar wanita. Semua cuma penggila baju!" sungut Dante sambil menikmati daging mentah Cheetah Bertanduk yang baru saja dia bunuh. Tentu saja bulu Cheetah itu akan diminta Andrea. Dante sudah hafal.     

Sekarang, Andrea tak perlu lagi meminta bantuan Dante untuk menguliti Beast karena dia bisa menggunakan cakar tajam Elang Totol yang sangat tajam untuk merobek dan memisahkan kulit dari daging Beast. Dia jadi lebih mandiri sekarang.     

Semua tingkah Andrea di siang hari berkebalikan dengan apa yang dia tampilkan di malam hari menjelang tidur. Ia tampil enerjik penuh ceria saat keluar dari lubang pohon, dan hanya akan menampakkan raut pedihnya ketika sudah berada di dalam pohon dan menyendiri hingga pagi menjelang.     

Mana mungkin Dante tau itu?!     

"Hei, hei, Tuan Muda Nephilim... apa kau tidak tau bahwa seseorang harus rajin berganti baju supaya tidak dihinggapi kutu! Bahkan aku mandi setiap hari!" Andrea masih bisa membalas cemoohan Dante. "Sedangkan kau? Baju tak pernah ganti, dan mungkin juga tidak mandi, ya kan? Ya ampun! Ckckck... Pantas saja aku bisa mencium bau tak sedap bila di dekatmu!"     

"Kalau begitu, jangan dekat-dekat denganku, Iblis bodoh!" Dante sengit membalas dan bergerak lebih jauh lagi dari Andrea. "Setidaknya aku tidak perlu berlebihan memiliki baju. Tidak seperti kau yang suka menimbun baju! Benar-benar hal tak berguna!"     

Andrea sudah ingin merenggut bibir nyinyir Dante lalu robek dari wajahnya dan buang ke lubang hitam matahari. Mereka kembali seperti dulu, saling ledek dengan aura sengit meski tidak berani saling menyerang agar tidak menggugah kedatangan petir hukuman.     

Meski basis kekuatan Dante juga petir, namun tetap saja rasanya sangat menyakitkan jika terkena petir hukuman.     

Sama seperti halnya Iblis yang memiliki basis kekuatan api, toh mereka bisa dimusnahkan juga menggunakan api dari pihak lawan.     

Dua hari kemudian, Dante tampak gelisah. Sesekali dia akan sibuk menggaruk tubuhnya, bahkan itu terjadi ketika dia sedang dalam pertarungan dengan Beast. Dia hampir saja terkena cakar beast ketika tiba-tiba dia langsung menggaruk selangkangannya di tengah-tengah pertarungan.     

Untung saja Andrea bergerak cepat dan lekas jauhkan Beast dari Dante atau lelaki itu akan tamat dan menyeret Andrea ke tamat pula.     

Usai Andrea mengambil alih dan membunuh Beast, dia berdiri sambil berkacak pinggang. "Hah! Lihat deh sekarang, Tuan Muda kena kutu! Kau sampai gatal-gatal, ya kan?!" Ia menyeringai penuh kemenangan melihat Dante masih menggaruk tubuhnya dengan giat.     

"Cerewet!" Dante justru berikan tatapan sengit ke Andrea yang seakan-akan sedang meledek akan kemalangan yang menimpa Dante.     

"Sana mandi!" seru Andrea sambil melemparkan satu set pakaian pria dari kulit bulu Zebra Gigi Pedang yang memiliki motif cantik—garis-garis hitam dan merah. Lalu dia mengirim Dante ke Ikat Pinggang Dunia yang dia sebut Cosmo dari kata Kosmos, yang dia ambil dari bahasa Yunani.     

Dante langsung berada di dalam Cosmo dan memandang satu sep baju yang ada di tangannya. Ia tidak berharap akan menerima baju itu, namun dia menangkap dengan refleks ketika Andrea melemparnya dan mengirim dia ke Cosmo.     

Pria itu tak bisa apa-apa selain mendesah dan segera mencari pondok yang biasa digunakan Andrea untuk mandi. Namun, ketika dia sudah di depan pondok, dia tidak juga berhasil masuk ke pondok meski apapun caranya. "Tsk! Iblis bodoh itu lupa bahwa pondok ini hanya bisa dibuka dia!"     

Ya, Dante baru teringat bahwa pondok milik Andrea memang hanya bisa dibuka Andrea saja. Jika Andrea ingin mengundang siapapun ke pondok, maka tetap dia harus menyertai orang tersebut karena 'kunci'nya ada pada Andrea.     

Karena merasa percuma dan buang-buang waktu jika harus memaksa masuk ke dalam pondok, maka Dante pun berjalan berkeliling. Dia juga tak bisa keluar dari Cosmo jika bukan Andrea yang mengeluarkan. Semua yang ada pada Cosmo ada dalam kuasa Andrea sepenuhnya.     

Setelah berjalan berkeliling selama hampir setengah jam, dia pun menemukan sebuah kolam jernih yang cukup luas. Dante tersenyum setelah melihat kolam itu.     

Ia pun segera melepas semua bajunya. Dan begitu dia masuk ke kolam, dia meraung kaget. Itu dikarenakan air kolam itu cukup panas. Ia sampai meloncat ke tepi kembali sambil menatap penuh keheranan pada kolam tersebut.     

"Kolam aneh! Airnya panas tapi tidak ada uap sama sekali di atasnya! Dasar kolam penipu! Sama seperti pemiliknya!" gerutu Dante sambil meniup-niup lengannya yang sempat kepanasan.     

Namun, karena kebutuhan membersihkan diri, dan sekaligus menghilangkan gatal-gatal, Dante terpaksa menggigit kuat gerahamnya dan masuk lagi ke kolam air jernih yang sebenarnya panas menyengat.     

Mengerang beberapa kali karena kulit bekas dia garuk terasa pedih setelah bertemu air kolam yang panas, akhirnya Dante mulai terbiasa dengan kolam tersebut dan duduk santai di sana sambil berendam. Matanya terpejam menikmati sensasi bersih dan tidak lagi adanya rasa gatal.     

"Apakah kolam ini punya daya penyembuhan?" Dante bertanya-tanya sambil menangkup air jernih di tangannya.     

Tak lagi mempedulikan kemisteriusan kolam jernih tersebut, ia pun kembali hanyut dalam relaksasi bagai sedang ada di kolam spa yang membuat dia merasa tenang dan damai.     

Sementara di luar sana, Andrea sedang bertarung dengan Beast yang mendatanginya. Andrea tidak menghindari Beast itu karena dianggap dia masih mampu menangani sendirian. Lagipula, dia kan tak bisa terbang atau lari cepat. Maka, mau tak mau, dia harus melawan.     

Terkadang, di saat seperti itu, dia teringat betapa dulu Dante selalu menopang tubuhnya saat terbang, memeluk dia sambil sesekali menjahili Andrea di udara. Mengingat itu, hati Andrea bagai diremas dan seakan-akan mengeluarkan darah.     

Kesal sendiri, Andrea melampiaskan dengan melawan Beast tersebut sampai akhirnya dia berhasil memusnahkan Beast seekor Babi Terbang yang memiliki cakar bagai milik elang.     

Usai membunuh Babi itu, Andrea merasa kusut dan berkeringat. Ia pun mengirim dirinya masuk ke dalam Cosmo.     

Ia bingung tidak menemukan Dante di pondok. "Oh iya, hanya aku yang bisa buka pondok ini, yah!" Ia menepuk dahinya, sadar. "Lalu mana si-piipp itu? Jangan-jangan dia jatuh ke jurang? Waduh! Aku bisa ikut mati kalo gitu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.