Devil's Fruit (21+)

Busur dan Panah Cahaya



Busur dan Panah Cahaya

0Fruit 107: Busur dan Panah Cahaya     

Bergegas karena kuatir, Andrea pun berkeliling mencari Dante di sekitar alam Cosmo. Alam ini mirip dengan pegunungan, yang itu artinya juga memiliki jurang dan ngarai. Apa jadinya nasib dia seandainya Dante terjatuh ke jurang?!     

Ketika dia tiba di area kolam, dia terbelalak ketika menyaksikan Dante yang telanjang keluar dari kolam dan hendak mengeringkan tubuh menggunakan handuk yang juga sempat diberikan Andrea. "Aaaahhh!!!" jerit Andrea seketika sambil balikkan badan memunggungi kolam di mana Dante berdiri tenang mengelap tubuhnya dengan handuk.     

Dante yang mengetahui kehadiran Andrea melalui jeritan itupun hanya menoleh santai tanpa reaksi berlebihan. "Tsk! Apa kau pikir dirimu itu perawan desa, heh? Yang masih murni dan polos? Pfftt! Menggelikan!"     

"Dasar Nephilim cabul! Mesum! Tak tau diri! Piiipppp!" seru Andrea masih saja berdiri di sana tak mampu beranjak. Mukanya sudah merah padam karena sempat menyaksikan seluruh tubuh Dante apa adanya.     

Pria Nephilim itu pun melangkah mendekati Andrea yang masih memunggungi dia. "Jangan membuatku tertawa sia-sia dengan tingkah sok sucimu itu, Iblis. Memangnya kau tak pernah melihat pria telanjang? Kita bahkan sudah sama-sama telanjang meski dalam mimpi. Cih! Munafik!"     

Plukk!     

Handuk bekas mengeringkan tubuh, Dante letakkan di atas kepala Andrea, membungkus kepala gadis Cambion itu. Sedangkan Dante, ia berjalan masih dengan keadaan telanjang seakan-akan itu bukan hal besar baginya.     

Andrea terus saja membunyikan piipp sambil balikkan badan ketika Dante sudah berjalan di depan dia. Namun, Andrea sudah melihat utuh tubuh belakang Dante. Terutama pantat kencang Dante. Awgh! Andrea benci!     

Handuk tak berdosa itu pun dihempaskan ke tanah dan diinjak-injak penuh sengit oleh Andrea. Banyak piipp yang menguar di udara dari mulut Andrea. Tapi, Tuan Nephilim tidak peduli sama sekali dan dia hanya santai memakai pakaiannya di depan Andrea.     

Ingin sekali Andrea menggunakan Mossa atau duri-durinya, tapi setelah mempertimbangkan petir hukuman, keinginan itu terpaksa disingkirkan. Bahkan keinginan melesatkan handuk di tanah ke muka Dante pun bisa-bisa memunculkan petir.     

Bergetar karena menahan amarah, Andrea pun berjalan sambil hentak-hentakkan kaki menuju ke pondok tanpa sudi menggubris Dante lagi. Dante mendecih senang atas kemenangannya. Rasa gembira karena bisa membuat marah Andrea itu tumbuh kembali setelah beberapa minggu lalu tertidur nyenyak jauh di jiwanya.     

Hobi lama pun kembali bangkit.     

Meski Andrea ingin mengurung Dante di Cosmo, tapi itu hal yang konyol, karena dengan tidak adanya Dante, mana bisa Andrea menghadapi semua Beast? Lagi pula, pengumpulan inti kristal Beast juga akan lebih lama jika tidak ada Dante.     

Maka dari itu, walau menahan kesal, Andrea membawa Dante keluar juga setelah dia selesai mandi. Kali ini Andrea memakai baju motif kulit harimau. Rambutnya ia kepang dari pertengahan kepala sampai ujung. Mirip seperti Lara Croft. Hanya bedanya, Andrea memiliki poni yang imut, sehingga kesan gahar Lara Croft gagal dia tampilkan.     

Walaupun tidak bisa sepenuhnya tampil ala Lara Croft, toh keberingasan Andrea sama seperti Lara Croft. Ia mulai bisa melambungkan tubuhnya sendiri menggunakan Mossa meski bukan terbang, hanya melambung beberapa meter untuk menghindari serangan Beast.     

Bahkan, Andrea tak sengaja memunculkan jenis serangan baru. Tiba-tiba dia bisa menciptakan sebuah busur dari cahaya merah. Busur itu sebesar Crossbow yang mudah diletakkan di atas tangan, namun busur cahaya Andrea tidak memiliki pelatuk seperti Crossbow.     

Busur itu bisa memperkuat serangan Andrea setelah gadis itu memunculkan panah cahaya merah yang dilesatkan dari busur cahaya berwarna sama. Tingkat akurasinya lebih tinggi ketimbang jika Andrea menggunakan serangan duri.     

Oleh karena itu, Andrea mulai serius mengasah ketrampilan memanahnya menggunakan busur cahaya. Sebenarnya Andrea ingin sekali agar anak panahnya memiliki kekuatan seperti Troxo atau Cero. Namun, anak panah itu hanya berupa cahaya saja dan hanya bisa menembus tubuh lawan bagai sinar laser.     

Dante melihat itu, dan terbit juga ide di benaknya. Dia mulai mengolah kekuatan petir Vreth dia menjadi sebuah jarum petir.     

Mereka berdua sama-sama menciptakan senjata baru dari evolusi kekuatan mereka.     

Dhuarr! Dhuaarr! Dhuaarr!     

Suara gemuruh seketika terdengar hingga puluhan kilometer jauhnya ketika energi Andrea berkumpul dan membentuk anak panah cahaya merah di telapak tangan Andrea. Kemudian anak panah itu dibidikkan melalui busur cahaya, dan secara eksplosif dilesatkan bagai rinai hujan ke arah Singa Awan yang mempunyai sepasang sayap di punggungnya.     

Dhuaarr! Dhuaar! Dhuaarr!     

Ledakan cahaya merah dengan bentuk anak panah itu terus menghujani Singa Awan sambil Andrea sesekali melonjak di udara menghindari terjangan si Singa Awan.     

Setelah beberapa hari melatih seni memanah, kini Andrea berhasil menciptakan lesatan banyak anak panah cahaya merah ke lawannya bagai sebuah semburan air dari semprotan yang melingkupi tubuh lawannya dan menusuk-nusuk tubuh lawan sehingga lawan akan mulai terluka berdarah-darah.     

Tubuh Singa Awan sudah banyak memunculkan luka akibat pertarungan sengitnya dengan Andrea. Dante hanya menonton di pinggir. Namun, mata tajamnya senantiasa lekat memandangi pertarungan tersebut.     

Singa Awan tidak menyerah, bangun lagi meski tubuhnya sudah berdarah-darah akibat panah cahaya tadi yang sudah berkali-kali berhasil menembus badannya.     

Sang Singa Awan kembali menerjang ke depan Andrea dengan cakar besarnya siap merobek tubuh indah Andrea dan moncongnya terbuka ingin menerkam Andrea bulat-bulat.     

Namun, Andrea tidak bodoh. Dia melambung cepat menggunakan Mossa untuk menghindari terjangan sengit Singa Awan. Dan Singa Awan pun mengejar Andrea di udara.     

Andrea segera ciptakan banyak anak panah cahaya dan membidik ke arah perut Singa Awan. Kali ini setelah dia sudah menjejak ke tanah dan singa itu masih berada di udara di atas Andrea, maka gadis itu harus memanfaatkan kesempatan ini.     

Dia membidik ke arah dada singa tersebut, berharap anak panah cahayanya berhasil menembus jantung singa dan ia memenangkan pertarungan ini.     

Setidaknya, jika Andrea meleset membidik jantung si Singa Awan, anak panah cahayanya masih bisa menusuk area perut si singa, dan pasti singa itu takkan bisa bertahan lebih lama lagi.     

Zupp! Zuppp! Zuupp! Zuupp! Zuupp!     

Suara mendesing anak panah menguasai udara. Andrea berkali-kali lesatkan anak panah cahaya dari bawah ke atas ketika Singa Awan masih di udara, hendak turun ke bawah.     

Zlep! Zlepp! Zleepp!     

Tiga anak panah cahaya berhasil menembus tubuh Singa Awan. Satu di dada, dan dua lainnya di area perutnya. Singa itu meraung kesakitan sambil tubuhnya mulai meluncur jatuh ke tanah.     

Andrea sigap berguling menghindari jatuhnya tubuh besar Singa Awan. Ia sudah menyiapkan anak panah selanjutnya andai singa itu masih gigih bangkit untuk menyerang.     

Ternyata, singa itu hanya bisa terdiam di tanah dengan napas mulai pendek-pendek dan setelah menggeram sekali, tubuh singa itu segera terdiam, tergolek di tanah. Mati.     

Andrea pun lenyapkan busur dan anak panah cahaya dari tangannya dan mulai dekati singa yang sudah tidak bernapas lagi. Ia pun berjongkok dan keluarkan sebuah cakar besar elang mantan Beast yang ia kalahkan.     

Menggunakan cakar tajam itu, Andrea berhasil merobek kulit kepala singa dan menggunakan tekanan Mossa, ia berhasil meremukkan tempurung kepala singa dan mengeluarkan inti kristal binatang buas itu untuk segera disimpan ke Cincin Ruangnya. Ia tersenyum puas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.