Devil's Fruit (21+)

Badak Armor Baja



Badak Armor Baja

0Fruit 101: Badak Armor Baja     

Tak lama, Dante bisa melihat Andrea keluar dari lubang pohonnya. Aura gadis itu kini kian kuat sesuai dengan bertambahnya kekuatan sang Cambion pula.     

=[[ Dante POV ]]=     

Gadis itu makin kuat dan juga... makin berkilau mempesona. Itu aku akui dengan sesungguh perasaanku kali ini.     

Oh, bahkan sekarang dia... dia mengikat rambutnya ke atas membentuk ekor kuda di puncak kepalanya. Cantik. Dia makin cantik dan—hngh... tololnya aku. Iya, aku memang terlalu tolol sampai berurusan intim dengan Revka hanya untuk hal konyol.     

Harus aku tegaskan sekali lagi, bahwa takkan ada gadis lain yang akan aku sentuh, kecuali Andrea saja! Tak boleh ada lagi tingkah tolol seperti sebelumnya!     

Andrea... betapa cantiknya kau... apalagi dengan gaya rambut seperti itu, kau makin cemerlang bersinar di mataku. Sayangnya kau masih tak bisa aku raih.     

Hngh~     

=[[ Author POV ]]=     

Andrea yang sudah berdandan rapi setelah membereskan semua selimut dan alas tidurnya, segera keluar dari lubang pohon barunya. Pakaiannya masih seperti kemarin, satu warna dengan yang dipakai Dante.     

Kali ini, Andrea mencoba menguncir semua rambutnya ke atas puncak kepala membentuk ekor kuda karena dia merasa agak mengganggu juga jika rambutnya tergerai ketika dia sedang bertarung melawan Beast.     

Maka, menggunakan tali pita yang terbuat dari kulit bulu serigala, ia berhasil mendandani rambutnya.     

Andrea melirik ke arah pohon Dante bernaung. Tatapan mereka bertemu, namun Andrea masih saja berwajah masam dan cepat membuang pandangannya sambil mulai duduk santai di dahan.     

Satu menit...     

Dua menit...     

Sepuluh me—     

Andrea gusar menoleh ke Dante yang masih melongo memandanginya sejak tadi. "Mau sampai kapan kau diam saja di sana, Nephilim bodoh?!"     

Dante segera tersadar dari lamunannya dan kerjapkan mata beberapa kali. Dia pun lekas paham apa makna ucapan Andrea. Selanjutnya, tubuh pria itu mulai melesat terbang dan hinggap di dahan tempat Andrea duduk sambil goyang-goyangkan kaki jenjangnya.     

Tanpa banyak cakap, Dante susupkan dua tangannya untuk menggendong Andrea ala bridal, turun ke bawah. Rupanya tadi Andrea menunggu Dante menurunkan dia dari pohon.     

Usai menapak tanah, Andrea lekas menuju ke semak untuk—tau sendirilah kira-kira kegiatan rutin apa yang dia lakukan saban pagi.     

Sedangkan tugas Dante adalalah memanggang daging yang sebelumnya sudah direndam ke air asin oleh Andrea. Mereka punya banyak sekali persediaan air asin. Air minum pun sudah menumpuk di Cincin Ruang Andrea. Maka, mereka secara otomatis takkan takut kelaparan dan kehausan untuk waktu yang lama.     

Selesai menunaikan hajatnya di semak-semak, Andrea melangkah santai ke sebuah tunggul pohon yang mirip seperti meja besar. Mereka pun mulai sarapan pagi penuh sunyi dan tenang. Hanya ada bunyi kunyah saja tanpa adanya obrolan seperti dulunya sebelum Andrea marah.     

Setelah Andrea merasa kenyang usai menghabiskan enam potong daging seukuran telapak tangan, ia menyuruh Dante, "Potong lepas tunggul ini, lalu cari tunggul lainnya yang lebih kecil, dua!"     

"Ya." Dante tidak membantah. Begitu dia selesai makan, ia langsung tebas tunggul yang dimau Andrea, lalu mencari tunggul lainnya. Beruntung dia cepat menemukan sebanyak dua buah.     

Sang gadis Cambion terlihat puas akan kinerja Dante. Kini dia berlagak bossy pada Dante. Ia memang menginginkan tunggul-tunggul itu untuk dia jadikan meja dan kursi ketika nantinya mereka akan bersantap makan. Segera, ketiga tunggul itu ia masukkan ke Cincin Ruang.      

"Hgh!" Andrea langsung bersikap waspada.     

Dante merespon cepat akan tingkah Andrea. "Ada apa?" Ia yakin pasti ada yang tidak beres. Dia sudah mempercayai kekuatan pelacak Andrea, Sniffer.     

"Badak." Andrea menjawab singkat sembari dia menyiapkan duri terbesar yang dia punya di tangan kanannya. Sorot tajam matanya menuju ke arah tertentu. Sudah bisa dipastikan dari arah sana nantinya Beast Badak akan datang ke arah mereka.     

Pedang Rogard mulai mengeluarkan cahaya petir ungunya dengan sang empu sudah bersiap.     

Benar saja, tak sampai tiga menit, muncullah seekor Badak yang besarnya hampir menyamai gajah normal. Tubuhnya begitu besar dan anehnya, dia memiliki sisik besar yang sepertinya terbuat dari besi baja memenuhi tubuh sampingnya bagai itu adalah perisainya.     

Pandangan Andrea kian tajam sekaligus kesal. Ia bisa membayangkan kekuatan besar dari Badak itu.     

Tebakan Andrea tidak sepenuhnya salah. Badak itu memang kuat. Dia juga menggunakan cula besar nan tajamnya untuk menyeruduk Andrea dan Dante. Keduanya secara alami berpencar menghindari terjangan Badak.     

Yang lebih mengerikan, Beast ini memiliki kecepatan lari di atas Badak normal.     

Andrea baru saja berguling di tanah untuk menghindari terjangan Badak Armor Baja, namun dia harus segera bangun karena Badak Armor Baja sudah berbelok dan mulai memburu ke arahnya lagi. Beast itu selain bertubuh besar namun juga cepat. Andrea mencoba menggunakan serangan Cero ke tubuh Badak itu, namun rupanya perisai baja yang melindungi Badak itu sangat kuat.     

Cero Andrea hanya memberikan sedikit efek pembakaran yang meninggalkan warna hitam gosong saja di atas titik yang diserang Andrea.     

Dante tak mau berdiam diri. Dia meloncat dan semburkan petir ungunya ke arah Badak. Rupanya, petir Dante lumayan memberikan dampak lebih besar ke Badak. Terbukti dengan Badak Armor Baja agak linglung dan terdiam untuk beberapa detik sebelum mulai mengaum marah dan ganti menerjang ke arah Dante, seakan ingin membalas dendam atas rasa sakit dan malu yang dia terima.     

Sebagai hewan besar dan juga memiliki perisai di sekujur tubuh, wajar saja dia malu karena Dante berhasil membuatnya terkena dampak petir ungu. Andai ini disaksikan Beast lain, akan ditaruh ke mana muka si Badak?     

Dante langsung paham bahwa serangan petirnya lebih membawa dampak ke Badak Armor Baja ketimbang serangan Cero Andrea. Maka dari itu, dia lebih intens lagi menyerangkan petir ungunya ke arah Badak Armor Baja.     

Andrea berdiri tenang di sudut lain, menganalisa apa yang dia lihat. Mungkin Cero-nya memang kuat, namun dalam keadaan tertentu, ada beberapa elemen yang sepertinya tidak bisa mudah dihancurkan Cero. Ia teringat akan Beruang Raksasa yang pernah mereka hadapi beberapa hari lalu. Telapak Beruang Raksasa itu juga memiliki tameng baja dan serangan Cero-nya susah menembus.     

'Sepertinya Cero aku agak lemah jika berhadapan dengan baja. Hm...' gumam Andrea dalam hati, segera mengetahui titik lemah dari Cero-nya sendiri. Memang, di dunia ini tidak ada kekuatan absolut. Bahkan, tidak ada yang namanya kekuatan elemen paling hebat. Mereka punya keunggulan dan kelemahan sendiri-sendiri.     

Di sisi Dante, dia sedang menggempur Badak tersebut dengan kekuatan petir ungu yang terus dia semburkan. Serangkaian ledakan seperti guntur keras bergema di udara bersamaan dengan jatuhnya semburan petir ungu yang dihantamkan Dante ke Badak Armor Baja.     

Serangan itu membangkitkan gelombang udara bergulir yang mengakibatkan badai petir menyapu keluar membungkus tubuh Badak Armor Baja, mendatangkan malapetaka pada hewan tersebut. Tak ada sudut yang bisa lolos dari penganiayaan Dante sama sekali.     

"Jangan buat dia gosong!" teriak Andrea sebelum Dante menyelimuti tubuh Badak dengan serangan petir besar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.