Devil's Fruit (21+)

Kapan Kau dan Aku Bersatu Secara Wajar?



Kapan Kau dan Aku Bersatu Secara Wajar?

0Fruit 144: Kapan Kau dan Aku Bersatu Secara Wajar?     

Sebelum Dante bergerak lebih lanjut, tiba-tiba datang Gulungan Kuno yang lekas ditangkap Dante sebelum gulungan itu jatuh di kepalanya. Ia pun membuka gulungan dan membaca isi yang tertulis di sana.     

"Jika kau ingin menjadikan Beast sebagai peliharaan, gunakan kontrak darah agar mereka setia padamu. Sayat telapak tanganmu lalu tempelkan ke hidung Beast atau makhluk yang ingin kau kontrak. Salam dari Pangeran Djanh yang paling tampan!"      

Dante agak tak terima dengan kalimat terakhir gulungan itu. Memangnya hanya Djanh saja yang tampan di muka bumi ini? Mendecih singkat, Dante berikan gulungan ke Andrea. Rupanya dia cukup menempelkan telapak berdarah dia saja ke hidung Beast yang ingin dia kontrak, tak perlu meminumkan darahnya seperti yang Andrea lakukan pada Sabrina.     

Rogard, Andrea dan Sabrina mengawasi dari samping ketika Dante mulai menggores telapak tangannya dan segera ia tempelkan ke hidung singa hitam yang besar. Singa itu bersikap pasrah.     

Keduanya sama-sama menutup mata, berbicara menggunakan jiwa mereka.     

"Apakah kau bersedia mengikuti aku dan setia padaku?" tanya Dante melalui bahasa jiwa ke singa hitam.     

"Ya, saya bersedia, Tuan." Singa hitam menjawab.     

Seketika, ada untaian halus darah yang masuk ke hidung Singa Hitam Surai Emas. Itu adalah darah milik Dante. Dengan begitu, kontrak sudah tersegel antara mereka berdua.     

Usai itu, keduanya membuka mata. Dante tersenyum senang meski tidak berlebihan. Dia memang sangat pelit dalam hal senyum dan tawa. Seolah-olah urat senyum dan tawanya sangat terbatas.     

"Syukurlah..." Andrea menghela napas lega, dia ikut senang untuk Dante. Tak sia-sia usaha dia. Dan ini juga berkat Rogard yang memberikan sedikit 'dorongan ancaman' kepada Singa Hitam Surai Emas.     

Dante mengangguk ke Rogard dan Andrea dengan senyum tipis sebagai ungkapan rasa terima kasih dia.     

Lima orang itupun kembali ke alam Cosmo. Singa hitam terkejut dan tertegun karena tiba-tiba dia sudah berada di lingkungan lain yang serba hijau dan asri meski udara dingin masih menerpa karena terpengaruh dengan alam Winter milik Pangeran Djanh.     

"Di... mana ini?" Singa menatap sekelilingnya, bingung.     

"Ini adalah dunia pribadi milik Andrea." Dante menyahut.     

Sekarang, karena mereka sudah saling terikat kontrak, mereka bisa berbincang biasa dengan bahasa Dante.     

Andrea membantu Dante merawat luka-luka singa menggunakan ramuan herbal buatannya. Itu cukup membuat penyembuhan luka singa lebih mendapatkan progres. Dante membantu singa pulih dengan menyalurkan energi petirnya.     

Singa hitam takut pada Rogard. Ia merasa lelaki berambut ungu itu akan bisa merenggut nyawanya sewaktu-waktu. Dante menyadari itu, dan berkata pada Rogard, "Kau takkan memangsa singaku, kan Rogard?"     

Rogard menggeleng. "Tentu saja tidak, Tuan. Meski kekuatan petir putihnya menggoda saya, tapi mengingat dia adalah hewan kontrak yang sangat Tuan damba, maka saya takkan berani menaruh tangan padanya."     

Dante mengangguk puas. "Bagus, Rogard. Kau sangat berdedikasi."     

"Itu karena kebaikan Tuan selama ini pada saya yang sudah merawat saya dengan baik." Rogard membungkuk hormat ke Dante dengan sikap elegan.     

Singa hitam mengamati keduanya dan ia bernapas lega.     

Dante mulai berbincang dengan singa hitam. "Kenapa kamu sendirian di alam sana?"     

"Saya... hmhh... keluarga saya sudah dibantai, Tuan," jawab singa hitam. Ada nada kepahitan pada jawabannya.     

"Siapa yang membantai keluargamu?"     

"Gerombolan hyena itu, yang Nona tumpas."     

"Ternyata mereka!" Andrea menampar meja penuh emosional. "Huh! Untung aja aku langsung jadikan mereka hewan panggang!"     

Dante melirik Andrea yang ikut marah. "Memangnya kau tak bergabung dengan kawanan singa lain?"     

"Itu... sulit, Tuan. Saya sudah pernah mencoba bergabung, tapi saya ditolak. Oleh karena itu, saya akhirnya berkelana sendirian saja di sana dan terkadang susah mencari mangsa." Singa hitam tertunduk. Mungkin malu atau sedang teringat hidup sengsara dia.     

"Hah! Akan kita lihat gimana nasib yang menolak kamu itu, singa ganteng!" Andrea menepuk-nepuk punggung singa. "Dengan kau ikut kami, kau pasti akan mengungguli mereka. Lihat saja seberapa menyesal mereka nantinya!"     

"Andrea, kenapa kau yang emosi?" Dante menahan geli.     

"Tentu saja aku emosi. Aku paling tak suka sikap meremehkan."     

"Bukankah kau baru saja juga meremehkan gerombolan singa yang menolak dia?"     

"Eh? Benarkah? Oh, sepertinya aku mengalami amnesia detik itu." Andrea berlagak inosens. Dante hanya putar mata saja.     

Dikarenakan singa hitam dan Sabrina sama-sama hewan kontrak milik Dante dan Andrea, maka secara alami mereka tidak akan berkelahi. Para pemilik bisa tenang mengetahui itu.     

Hari-hari selanjutnya diisi Dante dengan puas berinteraksi dengan singa hitam. Ia ingin seperti Andrea juga yang bisa leluasa berjalan-jalan dan berlatih tanding dengan hewan terkontraknya.     

Andrea dan Dante akhirnya menemukan fakta bahwa alam Cosmo tidak berkaitan dengan peraturan alam ciptaan Pangeran Djanh. Mereka sudah mencoba berjauhan melebihi seratus meter di alam Cosmo dan ternyata tidak terjadi sambaran petir hukuman seperti di alam Djanh.     

Itu cukup melegakan, meski bukan berarti mereka akan saling membunuh di alam Cosmo nantinya. Toh mereka sudah menumbuhkan keakraban dan keintiman yang susah dijabarkan kata-kata sederhana. Hubungan mereka cukup rumit.     

--------     

Pagi ini, Dante mengajak singa hitam untuk berjalan-jalan menjelajahi alam Cosmo. Andrea juga pergi dengan Sabrina di bukit lain untuk berlatih tanding.     

Terkadang mereka berempat sama-sama pergi menjelajah beriringan, kadang pula beraktifitas sendiri-sendiri.     

Makin hari, tubuh kurus singa hitam makin berisi dengan kumpulan otot-otot kuat yang dibalut daging keras.     

Ini benar-benar membuktikan janji Dante dan Andrea pada singa hitam bahwa mereka akan merawat singa hitam jika singa itu bersedia mengikuti Dante.     

Sekarang, di ruang makan pondok, sudah sesak dengan tambahan singa hitam yang duduk tenang di sebelah Sabrina.     

"Udah nemu nama buat singa ganteng nan gagah ini, Dan?" Andrea mengelus santai kepala singa sambil berdiri. Padahal si singa hitam sedang duduk rebah di lantai. Itu menandakan seberapa besar tubuh singa tersebut.     

"Noir." Dante menyahut tanpa menoleh. Dia sedang menikmati pangsit kukus dari daging ayam hutan.     

"Noir?" ulang Andrea. "Dibaca Noa, ya kan? Um... dari bahasa Perancis, yah?"     

Dante mengangguk tanpa memberikan sahutan.     

"Artinya hitam, benar kan?" Andrea memastikan.     

"Yup!" Dante menatap ke Noir yang gagah.     

Andrea tersenyum ke Noir di sebelahnya, lalu menggusak gemas surai Noir yang berwarna keemasan. "Noir, kamu sekarang ganteng banget, tau gak?"     

"Terima kasih, Nona." Noir menjawab tanpa terganggu dengan ulah Andrea pada surainya.     

"Aku jadi penasaran, kalo kamu ama Sabrina... anaknya bakal kayak apa, yah? Hihi..." Andrea terkikik nakal sambil melirik kedua hewan terkontrak di depannya.     

Dante mendelik seketika dan menoleh ke Andrea. "Bisakah kau tidak menularkan kemesumanmu itu pada mereka?"     

"Hei! Kok aku disalahkan, sih?" Andrea cemberut mengerucutkan bibirnya sambil berkacak pinggang. "Kan wajar-wajar aja kalo mereka misalkan timbul getar-getar asmara, lalu nantinya aku bakalan punya banyak macan-macan unyu~" Mata Andrea sudah penuh bunga-bunga seolah-olah dia sudah melihat para bayi Sabrina dan Noir.     

"Lalu, kalau kau berharap mereka bersatu karena itu sebuah kewajaran, lalu kapan kau wajar bersatu denganku?" Dante santai mengucapkannya.     

Andrea langsung sunyi seketika. Bibir bawahnya dikulum kuat-kuat dengan perasaan berkecamuk riuh di batinnya. Ia lekas balik badan dan pergi keluar dari ruang makan. "Bree, ayo kita jalan-jalan!" Dia mengalihkan pembicaraan secara kilat.     

Dante mendengus melihat Andrea dan Sabrina mulai keluar dari pondok. Ia melirik ke singa peliharaanya. "Jangan terprovokasi omongan sesat Andrea, Noir. Abaikan saja."     

"Ya, Tuan." Noir menjawab sambil melirik sekilas ke arah Sabrina yang sudah menghilang dari balik pintu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.