Devil's Fruit (21+)

Kyuna



Kyuna

0Fruit 193: Kyuna     

"Mereka memang bukan orang tua yang melahirkan aku dan Shiro," jawab Kuro dengan suara ketus. "tapi bagiku, mereka berdua adalah Mama dan Papaku!"     

Mata siluman rubah betina berbinar senang. Dengan ucapan dari Kuro, manandakan Andrea dan Dante bukanlah siluman. Dia bisa mencium aroma samar siluman dari Kuro dan Shiro. Rupanya Andrea dan Dante hanyalah orang tua angkat kedua boa itu.     

Siluman rubah betina lega. "Dan kalian pasti bukan suami istri, benar kan?" Telunjuk dia mengarah ke Andrea dan Dante.     

Andrea menatap tak suka pada pertanyaan siluman rubah betina. "Memangnya kenapa kalau dia bukan suamiku?"     

Siluman rubah betina hanya terkikik genit. "Hihi... tidak, tidak apa-apa. Baiklah, aku akan menunggu giliran aku bisa berendam di kolam sana." Ia mulai duduk di sebuah batu dengan sikap provokatif di hadapan Dante.     

"Hei! Apa kau tidak dengar aku?!" Kuro meradang. "Bukankah sudah kubilang agar kau cari kolam lain untukmu sendiri? Pergi sana! Jangan ganggu kami!"     

"Hei bocah!" Siluman itu membalas Kuro dengan suara sengit pula. "Apakah kau tidak diajarkan sopan santun dari mamamu? Bisa-bisanya kau ini berucap kasar begitu! Ya ampun..." Ia berlagak sedih akan kekasaran Kuro dan mulai merapikan rambutnya yang tergerai.     

Kuro sudah ingin menimpali, namun Andrea sudah menyahut terlebih dahulu. "Ya udah kalo emang kamu kepingin berendam di kolam, tapi tunggu ampe semua kelompokku kelar berendam."     

Andrea tidak suka siluman rubah betina malah membawa-bawa mengenai masalah kesopanan yang akhirnya dihubungkan dengannya. Sudah jelas itu hanyalah untuk mengecilkan Andrea saja.     

"Baiklah." Siluman rubah betina pun mengangguk. "Aku akan menunggu sampai giliranku tiba." Ia melirik ke Dante. Gemas juga rasanya ketika ada lelaki tampan yang seakan-akan kebal pada daya tariknya. Baru kali ini dia menemukan lelaki yang begitu.     

Dante memang dari awal tidak berminat untuk memberikan pandangan dan perhatian pada siluman rubah betina itu, maka jangan heran jika dia bersikap dingin. Itu sudah menjadi ciri khas dia selama ini. Di alam Nephilim pun sudah terkenal sikap dingin Dante pada siapapun. Meski dia diidolakan banyak Nephilim perempuan, Dante tidak pernah menanggapi.     

Hanya Revka saja yang tidak tau diri terus menempeli Dante kapanpun ada kesempatan.     

Dan siluman rubah betina makin merasa tertantang dengan sikap dingin Dante. Dia tidak percaya ada lelaki yang tidak bertekuk lutut pada pesonanya. Apalagi Dante dan Andrea tidak memiliki hubungan suami istri.     

'Ah, andaikan mereka sepasang suami istri pun... aku tetap akan menggoda lelaki tampan itu...' batin siluman rubah betina, tak tau malu. "Oh ya, siapa namamu?" Ia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke Dante. "Namaku Kyuna."     

"Dante." Tuan Nephilim menjawab dengan enggan dengan sekali melirik ke arah siluman rubah betina yang mendekatinya dan berhenti di depan dia.     

"Apakah dia saudaramu?" Siluman rubah betina menunjuk ke Rogard.     

"Dia pengawalku." Dante memberikan jawaban singkat tanpa mau repot-repot menatap berlama-lama ke siluman rubah betina yang sedang memainkan rambutnya.     

Dari arah gua, datanglah siluman kingkong remaja yang menghampiri Andrea. "Nona, kami sudah selesai."     

Siluman rubah betina menyela. "Apakah sekarang tiba giliranku?"     

"Belum." Andrea tegas sambil menatap tajam ke siluman rubah betina. "Kau masih harus nunggu sekali lagi karena masih ada kelompokku yang akan berendam setelah ini." Andrea pun masuk ke dalam gua bersama Kuro dan siluman kingkong remaja tadi. Dia harus memulangkan kelompok itu ke Cosmo dan mengeluarkan kelompok terakhir yang akan berendam hari ini.     

Mereka masih memiliki dua hari tersisa untuk berendam di kolam air darah. Dan syukurlah semua orang tidak ada yang akan menjeda, maka mereka tidak akan berlama-lama berada di ngarai tersebut.     

Andrea sendiri sudah tau bahwa ini sudah memasuki bulan kesembilan sejak lama. Mungkin ini pertengahan bulan kesembilan dia terdampar di alam ciptaan Pangeran Djanh.     

Hanya ada Dante dan Rogard yang berada di mulut gua. Andrea percaya Rogard akan melindungi tuannya dari apapun, termasuk dari siluman binal rubah betina.     

Andrea harus mengurus koloni siluman kingkong di kolam terlebih dahulu.     

Maka, kesempatan itu sungguh digunakan oleh siluman rubah betina. Begitu Andrea sudah masuk ke gua dan tinggal mereka bertiga saja di depan gua, ia hampiri Dante lebih dekat dan dari mulutnya ia semburkan asap berwarna merah muda ke wajah Dante.     

"Fuuuhhh..." Siluman itu meniupkan asap aneh dari mulutnya seraya matanya berkilat berwarna kuning emas.     

Rogard menyadari bahaya pada tuannya dan bergerak. Namun, asap itu kembali ditiupkan sang siluman ke pria pedang yang langsung membeku tak mampu bergerak dan akhirnya Rogard ambruk ke tanah dan berubah menjadi pedang.     

"Astaga! Ternyata kau hanyalah sebuah pedang! Hihi... untung aku tidak salah pilih... iya, kan... pria tampanku sayank..." Ia mulai mengelus pipi Dante yang diam tak bisa apa-apa.     

Mata Dante tampak sayu dan terlihat pasrah. Wajahnya juga memerah dengan napas mulai tak beraturan. Ia menatap siluman rubah betina yang masih sama-sama berfdiri berhadapan dengannya.     

Pikiran Dante merasa kosong. Benar-benar kosong, dan hanya terisi satu hal saja: siluman rubah betina di depannya. Dia bahkan terlupa siapa dirinya, siapa namanya, dan siapa saja yang telah bersamanya selama ini.     

Dante bagai dihipnotis. Dia melupakan segalanya kecuali siluman rubah betina yang terus memberikan senyuman nakal padanya.     

Sreett!     

Dante menggapai pinggang si siluman rubah betina agar tubuh mereka bisa lebih dekat melebihi sebelumnya. Ini sungguh sebuah sihir khas dari siluman rubah betina. Kabut asap itu merupakan sebuah feromon dari sang rubah itu sendiri yang sudah bercampur dengan afrodisiak yang mampu membangkitkan gairah lelaki, sedingin apapun lelaki, pasti akan takluk pada kabut asap spesial milik siluman rubah.     

Siluman rubah betina terkikik senang asap spesial dia langsung manjur pada Dante. Ia melirik ke arah Pedang Rogard yang tergeletak di tanah di dekat Dante. Dengan menggunakan kakinya, Kyuna sang siluman rubah betina menendang Pedang Rogard menjauh dari mereka.     

Ia menarik tangan Dante, agar mereka bisa menjauh sedikit dari gua. Ia harus bergerak cepat sebelum Andrea kembali.     

"Kau ini... dasar tampan..." Dia menelusuri dada Dante yang keras dan berotot. "Kau berlagak tidak tertarik denganku, hmhh?" Ia makin menempelkan tubuhnya ke Dante, lalu berjinjit untuk bisa mengecupi pipi Dante.     

Satu kecupan telah mendarat di wajah Dante, namun... Dante justru merangkum rahang si siluman rubah betina dan mulai melumat bibir sang siluman tanpa ragu-ragu sambil tangannya berkeliaran ke punggung siluman dan mengelus pantatnya.     

Kyuna si siluman rubah betina makin membara atas kepatuhan Dante sesuai dengan keinginan dia. Dia agak kewalahan menghadapi cumbuan dari Dante.     

"Oummcchh... aanghh... priaku... mmhh... mungkin sebaiknya kita... oummcchh... mencari tempat sepi-mmcchh... aanghh... tanganmu nakal sekali... hihi... sepertinya kau... mmhh... sudah tidak sabar..." Siluman rubah betina terkikik sambil palingkan wajah sehingga Dante menciumi lehernya dan tangannya meremas-remas pantat siluman tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.