Devil's Fruit (21+)

Penghujung Alam



Penghujung Alam

0Fruit 216: Penghujung Alam     

Memang, seperti yang dikatakan Andrea, ini sudah memasuki bulan kesepuluh mereka di alam milik Pangeran Incubus Djanh. Bahkan ini sudah mulai pertengahan bulan tersebut.      

Namun, semua masih normal-normal saja selayaknya kehidupan mereka biasanya. Masih saling latih tanding, saling mengakrabkan diri, Andrea lebih berkonsentrasi dalam membuat pil. Seperti itu.      

"Aku kepingin keluar sebentar nyari tanaman obat." Andrea mengulum senyumnya sambil memandang mereka semua di meja makan. "Apa ada yang pengin ikutan?"     

"Tsk, Andrea, mana mungkin kami akan tetap di sini jika kau keluar dari Cosmo?" Dante menyahut sembari mengunyah dagingnya, kemudian menyeruput kuah berbumbu tersebut.      

Andrea terkikik. "Jadi... kalian semua cemas ma aku kalo aku keluar?" Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling orang.      

"Apa masih perlu dipertanyakan hal seperti itu, Andrea?" Dante menyahut lagi. Ingin rasanya dia menambahkan kata 'bodoh' seperti biasanya, namun dia sudah berikrar untuk terus bersikap manis pada Andrea.      

Gadis Cambion makin terkekeh. "Oke, oke, abis ini... kita keluar, yak! Kita jalan-jalan, kagak usah bunuh-bunuhan. Mendingan hepi-hepi aja." Andrea menepuk dua telapak tangannya dengan wajah riang.      

Dia memang membutuhkan beberapa tanaman herbal untuk melengkapi ramuan obat yang sedang dia buat.      

Tak berapa lama kemudian, rombongan inti Andrea sudah berada di luar alam Cosmo. Ketika Andrea baru saja menjejakkan kakinya di alam Pangeran Djanh, tiba-tiba sudah ada Gulungan Kuno muncul dari langit dan siap menjatuhi kepala Andrea.      

Gadis itu lekas berkelit dan gulungan itupun jatuh di samping kakinya.      

"Dasar Djanh piipp, dari dulu napsu banget pengen bikin jidat aku benjol?" Andrea bersungut-sungut seraya mengambil Gulungan Kuno dan lekas membukanya. Dalam benaknya, Andrea membatin, apakah selama ini Djanh selalu memantaunya dua puluh empat jam sehari? Kenapa Pangeran Incubus itu selalu tau kapan Andrea muncul di alam dia dan memberinya Gulungan Kuno?     

Biarlah itu menjadi misteri saja.      

Andrea membaca pelan-pelan isi Gulungan Kuno. "Kalian teruslah berjalan ke arah panah yang ditunjukkan kompas yang menempel di gulungan ini, nanti kalian akan tiba di penghujung alam. Note: jangan sampai lengah atas apapun yang kalian jumpai atau nyawa kalian bisa hilang. Dari Djanh yang selalu tampan tiada band-ahhh, dasar si piiippp!" Andrea tidak sudi meneruskan kalimat dalam gulungan karena itu hanya berisi kenarsisan Pangeran Djanh.      

Gulungan itu pun dilemparkan ke Dante. Sedangkan Kyuna menatap heran mengenai datangnya gulungan tadi dari langit. Kuro dan Sabrina dengan sabar menceritakan asal muasal Andrea dan Dante bisa ada di alam ini.      

"Tunggu! Berarti aku ini... aku ini hanya penghuni alam buatan ini?" Kyuna terkesiap. Dia tidak menyangka dia hanyalah 'semut' di dalam dunia yang ternyata buatan dari seorang Iblis.      

Kuro dan Sabrina sama-sama mengangguk. "Kami juga, kok! Tapi kami tidak mempermasalahkan itu." Senyum cemerlang Kuro agak menentramkan perasaan Kyuna.      

Meski begitu, dia tidak menyangka bahwa dia berada di dalam alam ciptaan belaka, bukan sebuah dunia luas seperti yang sering diceritakan tetua klan siluman rubah.      

"Mungkin si Djanh piipp itu mindahin klan kalian dan hewan lainnya tanpa kalian sadari. Yah, dia kan emang Iblis piipp, jadi wajar aja kalo kalian gak nyadar tau-tau udah di sini. Lah aku ma Dante aja tetiba diculik ke sini, kok!" Andrea mengomel sambil terus berjalan.      

"Kenapa dia menuliskan bahwa kita tidak boleh lengah? Bahkan dia menyebutkan... penghujung alam?" Dante masih penasaran akan dua bagian itu. "Andrea, jangan-jangan ada alam terakhir yang harus kita lalui agar kita bisa keluar dari sini?!" Tiba-tiba wajah Dante berseri setelah berpikir ini dan itu.      

Andrea hanya mengangkat bahunya bersikap acuh tak acuh saja menanggapi Dante. Tuan Nephilim rasanya ingin mengomeli Andrea seperti biasa tapi dia lekas elus dadanya sendiri agar tabah dan sabar.      

Setelah itu, mereka mulai berjalan ke arah yang ditunjukkan oleh Gulungan Kuno. Dikertas berat itu memang terdapat sebuah kompas sederhana yang hanya ada panah yang bergerak sesuai dengan arah yang diminta oleh Djanh meski dipegang dengan berbagai cara dan sudut.      

"Moga-moga aja ada banyak tanaman obat yang bisa aku liat di jalan nanti," harap Andrea. "Ro, kamu kan lebih hafal jenis-jenis tanaman obat, buruan kasi tau ke aku, yah, kalo nemu yang kita belum punya."      

Rogard pernah memiliki seorang Tuan pada jaman dahulunya yang menjadi seorang alkemis dan juga peramu pil handal. Selama mantan tuan dari Rogard sedang meracik bahan obat, Rogard sering ditaruh di dekat meja peracikan dan bisa melihat semua proses.      

Bahkan Rogard bisa mengenal berbagai macam tanaman obat dari pengalaman bersama sang mantan tuan yang sering membawa Rogard ke hutan hingga ke kedalaman hanya untuk mencari bahan tanaman obat.      

Nama mantan tuan Rogard itu adalah Frega. Selain alkemis handal, dia juga memiliki bakat sihir dan sering menggunakan sihirnya untuk kebajikan dan menolong orang. Sayangnya nasib Frega sungguh tragis, dan kini secuil jiwa Frega ada di dalam tubuh Andrea. Tidak heran Andrea cepat memahami ilmu alkemi.      

"Nona, sepertinya itu di sana ada Rumput Penentang Langit." Rogard menunjuk ke sebuah tempat yang berisi rumpun tak jauh dari mereka berjalan.      

Andrea berbinar. "Eh iya, beneran Rumput Penentang Langit itu! Wahahaa! Gak nyangka bisa nemu rumput kayak gitu di sini!" Ia berlari menghampiri rumpun tersebut.      

Rumput Penentang Langit adalah salah satu jenis rumput herbal yang ada dalam tingkat tinggi dan langka. Rumput itu bisa menyambung tulang yang patah dan bisa juga menumbuhkan daging yang terpotong sekalipun. Oleh karena khasiat luar biasa rumput tersebut, dia dinamakan Rumput Penentang Langit.      

Namun, ketika Andrea hendak mengulurkan tangan menjangkau rumpun dari Rumput Penentang Langit, Rogard sudah menahan tangan itu agar tidak terjulur.      

Andrea terpaku menatap bingung ke Rogard yang sudah memegangi pergelangan tangannya.      

"Nona, rumput seistimewa ini tidak mungkin tidak dikuasai makhluk apapun." Rogard memperingatkan Andrea. Ini memang sudah rahasia umum dalam dunia herbal dan pemurnian pil. Sebuah tanaman obat langka, tidak akan dibiarkan tumbuh tanpa ada yang menungguinya.      

Benar saja, tak lama setelah Rogard memperingatkan Andrea, terdengar kekehan dari arah belakang rumpun Rumput Penentang Langit. "Wekekekekk... tak kusangka ada yang punya kewaspadaan tinggi juga."      

Begitu empunya suara itu memunculkan wujudnya, ternyata itu adalah seekor siluman ular piton. Separuh tubuh atasnya adalah manusia, dan separuh bawah sisanya adalah badan ular besar. Ia sepanjang sepuluh meter.      

"Bolehkah kami memetik sedikit rumput ini?" Andrea terpaksa bertanya dengan cara sopan karena dia sejak lama ingin mempunyai Rumput Penentang Langit dalam koleksi tanaman herbalnya setelah mendengar cerita dari Rogard mengenai khasiat rumput tersebut.      

Siluman ular piton itu mengangkat alisnya dan dia menyeringai memperlihatkan taring panjangnya meski wajahnya tampan. Namun begitu, setampan apapun siluman, tetaplah menakutkan. Apalagi matanya mirip mata ular pada umumnya. Ada dua tanduk di dahinya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.