Devil's Fruit (21+)

Bersiap Membalas Dendam



Bersiap Membalas Dendam

0Fruit 209: Bersiap Membalas Dendam     

Andrea mengulum senyum menatap para koloni siluman kingkong yang berada di gua tempat Raja bermukim. Gua itu besar dan hanya dihuni oleh Raja dan keluarganya saja.      

"Nona manusia!" Salah satu anak Raja siluman kingkong segera mendekat ke Andrea sementara Raja dan Ratu membeku di tempatnya. "Apakah Nona akan mengusir kami?" Wajah gadis kingkong remaja itu tampak tak rela akan ucapan Andrea tadi.      

Nona Cambion menggeleng lemah. "Bukan begitu maksud aku. Ini bukan artinya aku mengusir kalian dari alam Cosmo ini. Aku... aku cuma gak mau memenjara kalian di sini andaikan aku nanti mati. Meski kita kagak berkontrak darah, tapi aku juga gak mau membatasi kalian di sini selamanya. Kalian layak dapat kebebasan dan kehidupan yang baik."     

"Kalau begitu biarkan saja kami tetap di sini tanpa perduli apakah ini selamanya atau tidak, kami tetap ingin di sini!" Anak remaja Raja lainnya ikut bertutur menyuarakan pendapatnya.      

"Iya, benar! Kami tidak keberatan terpenjara di sini, karena alam di sini sangat bagus dan tidak ada bahaya untuk kami!" seru anak yang lain.      

"Nona manusia, anak-anakku benar." Sang Ratu mulai berbicara lagi usai anak-anaknya beruntun memberikan argumen mereka. "Kami tidak keberatan tetap hidup di sini sampai kapanpun asalkan kami tetap merasakan kedamaian."     

Andrea menatap semua siluman kingkong di gua itu secara bergantian dengan pandangan heran, tercenung. Apakah mereka benar-benar menyukai alam Cosmo hingga tidak keberatan selamanya terpenjara di sini meski Andrea sudah tidak ada kelak?     

"Kalian..." Andrea sampai bingung harus memberikan sahutan apa. "Kalian yakin?"     

Raja dan seluruh keluarganya mengangguk mantap bersamaan. Tatapan mata mereka menyiratkan ketegasan keinginan mereka yang bertekad tetap di alam Cosmo, apapun yang terjadi.     

Setelah mendengar keputusan dan kebulatan tekad para siluman kingkong yang menolak keluar dari alam Cosmo, apapun yang terjadi, akhirnya Andrea mulai merasa lega salah satu beban pikirannya terangkat.      

Ia pun kembali ke pondok karena hari sudah terlalu larut malam.      

Di pondok, Dante sudah menunggu Andrea.      

"Bobok bareng lagi, nih?" tanya Andrea dengan senyum kecil menghias bibir indahnya.      

Dante mengangguk. "Yang penting kau tidur denganku. Tak masalah jika hanya berpelukan sampai pagi, asalkan bersama."     

Hati Andrea terasa hangat mendengar ucapan manis Dante. Sangat diluar kebiasaan Tuan Nephilim untuk berujar demikian manisnya. Oleh karena itu, Andrea tidak tega menolak dan menyetujui untuk masuk ke kamar sang Nephilim bersama-sama dengan Dante.      

Kuro, Shiro dan Kyuna tersenyum senang melihat Dante dan Andrea memasuki kamar sang pria. Mereka secara tulus mendambakan Andrea dan Dante bisa terus bersatu.      

Malam itu, Dante benar-benar mewujudkan kata-katanya. Dia hanya memeluk Andrea saja selama tidur, tanpa berbuat lebih jauh dari itu. Ia ingin memanfaatkan waktu yang tersisa bersama Andrea dengan sebaik-baiknya. Tidak masalah jikalau tidak berintim-intim, asalkan mereka terus berdekatan.     

Esok harinya, Andrea menyinggung mengenai hal balas dendam untuk Kyuna di saat mereka bersantap pagi bersama.      

"Noni Putri... kenapa Noni masih memikirkan itu?" Kyuna terkejut, tak mengira Andrea masih menyimpan pemikiran mengenai balas dendam klan Kyuna.     

"Tentu aja aku masih mikir itu laahh... Kan aku udah janji, masa sih kagak aku tepati?" Andrea menuang sup daging ke masing-masing mangkuk untuk orang-orang yang sudah menunggu di depan meja.      

"Tapi, Andrea... kau harus menjaga diri dan kondisi kamu." Dante mulai cemas. Ia tidak ingin Andrea beraktifitas yang membahayakan keselamatannya sendiri.      

Andrea mengerang pendek sebagai bukti dia menolak ucapan mereka. "Errrhh... ya tapi aku kan udah janji. Dan mumpung aku masih idup, masih punya tenaga, belum ambruk lunglai, apa salahnya aku tepati janji aku ke Kyu?" Ia memandang penuh mengiba ke Dante.      

Dante mendesah menghela napas. Diberi pandangan seperti itu, mana sanggup dia berkeras hati? Apalagi dia sudah berikrar untuk menuruti apapun keinginan Andrea. "Ya sudah, kalau kau memang ingin menepati janjimu, tak apa. Tapi kita harus merundingkan strateginya sebaik mungkin, jangan sampai berakhir buruk. Aku tak mau kau celaka, Andrea."     

"Wokei, bos! Gyehee~" Andrea memasang gestur hormat ke Dante.      

Mereka pun mengatur strategi untuk melawan dan membalaskan dendam Kyuna ke klan Serigala Bulan. Kyuna memberikan banyak detil mengenai klan Serigala Bulan pada orang-orang yang ada di meja makan.      

"Enaknya kita ajak para siluman kingkong apa kagak, yah?" tanya Andrea.      

"Sebaiknya tidak usah," sahut Dante. "Mereka biar saja tetap di sini tanpa dilibatkan pada aksi kita. Mereka layak mendapatkan hidup tentram seperti yang mereka damba."     

Andrea mengangguk paham dan setuju akan opini Dante. "Iya juga, yah! Yodah, kagak usah libatkan para siluman kingkong. Cukup anggota inti kita aja pasti bisa beresin Serigala Bulan, iya kan? Kita pasti bisa, ya kan?"     

"Iya, Ma! Aku sih yakin sekali kalau kita akan sukses memusnahkan para serigala jahat itu!" Kuro membara. Dia kini sudah mulai akrab dan dekat dengan Kyuna.      

"Ma, apakah kita akan membasmi semua anggota klan Serigala Bulan itu? Bagaimana dengan anak-anak kecil mereka nantinya?" Shiro berceletuk ketika semua sudah mantap akan rencana mereka.     

Andrea jadi teringat. "Wah, untung aja kamu ingatkan Mama soal itu, Shiro sayank." Ia patut berterima kasih ke Shiro. "Oke, mungkin yang harus aku lakuin ke para anak-anak Serigala Bulan nantinya... bakalan sama kayak yang aku lakuin ke anak-anak para Mammooth yang dulu. Kamu masih inget itu, ya kan Dan?" Ia menoleh ke Dante di sebelahnya.      

Dante mengangguk.      

"Memangnya dulu Mama berbuat apa ke anak-anak Mammoth?" Kuro penasaran dan mendekat ke mamanya, ingin tau.      

Andrea pun menceritakan sekilas mengenai pengalaman dia dan Dante yang sempat bertemu dengan rombongan Mammooth secara singkat dan menceritakan dia harus menidurkan anak-anak para Mammoth itu dalam tidur panjang selamanya di kuburan es agar tidak menyakiti mereka."      

Kuro dan yang lainnya mendengarkan dengan seksama cerita Andrea.      

Maka, dengan itu, keputusan tambahan pun dibuat. Andrea akan menidurkan para anak-anak dari Siluman Serigala Bulan menggunakan cara yang sama seperti yang Andrea lakukan ke anak-anak para Mammooth.      

"Enaknya kapan nih kita mulai bergerak? Lebih cepat lebih baik, loh yah!" Andrea mulai bersemangat sambil memakan sup dagingnya. Kali ini dia memasak sepiring sayuran juga. Yah, sayuran sederhana saja seadanya bahan. Dia kangen dengan sayuran.      

Andrea sengaja memasak sedikit sayuran karena tau yang lainnya takkan mau mengambil sayuran tersebut karena yang lain merupakan makhluk carnivora, tak mungkin memaksakan sayur ke para Carnivora.      

"Dua hari lagi." Dante memberi kepastian. "Rasanya itu waktu yang tepat. Kalian setuju?"     

Semua yang di ruangan itu pun mengangguk bersamaan atas ucapan Dante.      

Kemudian, sisa waktu yang ada digunakan masing-masing orang untuk berlatih dan terus memperkuat tenaga mereka. Itu karena kekuatan para Siluman Serigala Bulan tidak bisa dianggap gampang dan remeh.      

Mereka memang tidak sekuat para siluman rubah, namun bukan berarti mudah diatasi. Siluman Serigala Bulan memiliki tenaga yang besar dan kadang ada pula yang bisa menggunakan teknik ilusi seperti siluman rubah.      

Kyuna pernah mencoba menyerang mereka sendirian saja usai pembantaian klan dia, namun ternyata kekuatan penuhnya masih belum cukup untuk membasmi seluruh koloni Siluman Serigala Bulan.      

Dari cerita Kyuna itu, bisa disimpulkan bahwa Siluman Serigala Bulan memang kuat. Andra bahkan membayangkan mereka seperti werewolf di film-film supernatural yang dia tau. Ia sempat bergidik ngeri jika seandainya memang penampilan para anggota klan Siluman Serigala Bulan seperti yang ada dalam bayangannya.     

"Kyu, apakah orang-orang siluman serigala itu... mereka tinggi besar dan seperti manusia?  Misalkan saja... seperti werewolf?" Andrea tergelitik untuk menanyakan itu pada Kyuna yang sudah berhadapan dengan mereka.     

"Werewolf?" Kyuna berpikir sejenak. Dia memang hidup lama di alam ciptaan Pangeran Incubus Djanh, namun dia juga paham apa saja makhluk-makhluk supernatural lainnya yang pernah diceritakan oleh para tetua klan dia dulunya. "Jika itu yang Noni maksud mereka bisa berdiri seperti manusia dan bertubuh tegap tinggi, yah... banyak diantara mereka yang seperti itu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.