Devil's Fruit (21+)

Mutiara Scarlet Penghisap?



Mutiara Scarlet Penghisap?

0Fruit 206: Mutiara Scarlet Penghisap?     

"Mutiara Scarlet Penghisap?!"      

Semua orang di kolam pun berbarengan berteriak penuh rasa terkejut.      

"Tidak! Tidak! Mama tidak boleh punya mutiara yang namanya sejahat itu di kepalanya!" Kuro makin kalut dan menangis ketakutan jika Andrea akan celaka setelah ini.      

"Rogard, apa kau yakin itu Mutiara Scarlet Penghisap?" Dante tak kalah panik mendengar nama mutiara yang disebutkan oleh Rogard. Nama itu terlalu menyeramkan dan berbau negatif. Sungguh nama yang provokatif!     

"Saya... saya sendiri belum yakin apakah itu benar-benar Mutiara Scarlet Penghisap, Tuan." Rogard jadi tak enak hati sendiri dan berharap andai tadi dia tidak menyebutkan nama mutiara itu.     

"Memangnya kenapa sampai dinamai seambigu begitu, Ro?" Andrea juga ketar-ketir dalam hatinya. Dia yang memiliki mutiara tak diundang ini di kepalanya, dia harusnya lebih ketakutan dan panik dibandingkan semua orang, tapi nyatanya dia masih bisa bertanya dengan nada tenang.     

"Setahu saya... Mutiara Scarlet memiliki karakteristik bentuk persis seperti yang Nona deskripsikan tadi. Namun, saya belum pernah dengar bahwa Mutiara Scarlet Penghisap bisa masuk ke tubuh makhluk hidup." Rogard menjelaskan sekilas.      

"Ro, kamu belum kasi jawaban dari pertanyaan aku tadi..." Wajah Andrea berubah suram menatap Rogard. Apa pria jiwa pedang ini sengaja mengalihkan topik?     

Rogard menarik napas sebentar sebelum mulai menjawab apa yang diinginkan Andrea. "Kemampuan Mutiara Scarlet Penghisap adalah... menghisap daya hidup seseorang."      

Dengan jawaban dari Rogard, semua orang di situ merasakan tulang belakang mereka seperti membeku.      

"Me-menghisap daya hidup seseorang?" ulang Andrea dengan suara bergetar.      

"HUWAAAAA!!!! TIDAAAKKK!!!" Kuro makin histeris menangis sambil mengusap-usapkan kepalanya ke leher dan wajah Andrea. "MAMA TIDAK BOLEH MATIIII!!! HUWAAA!!! MUTIARA JAHAT!! MUTIARA JAHANAM!!!" Ia sambil merutuk sang mutiara yang sedang diam tenang di dalam kepala Andrea.      

Dante merasakan napasnya tercekat. Menghisap daya hidup seseorang... apakah itu artinya Andrea akan... mendekati ajalnya tak lama lagi? "Ro-Rogard, jelaskan padaku tentang mutiara itu..." Ia nyaris jatuh ke lantai gua karena syok.      

Rogard makin tak enak hati. Ia sungguh berharap dia salah menebak nama mutiara itu. Sangat-sangat amat berharap. "Itu... mutiara itu sangat spesial, Tuan. Dia hanya dimiliki oleh Iblis dengan kekuatan yang sangat tinggi yang bisa memerintahkan mutiara itu untuk mengeksekusi siapapun yang dia inginkan."     

Andrea masih sibuk menenangkan Kuro yang masih menangis histeris takut kehilangan sang mama tercinta yang selalu menjadi idolanya. "Jadi... ini kayak media santet punya para Iblis level atas gitu, yak Ro?"     

Media santet! Bahasa mengerikan apa itu?!     

Dante makin tak karuan mendengarnya. Ia paham apa itu santet dan teluh. Dia sudah pernah hidup berbaur dengan manusia selama berabad-abad.      

"Mungkin seperti itu, Nona." Rogard makin memperparah patah hati Dante. Andai Rogard masuk ke tubuh Dante, mungkin dia akan mendengar bunyi 'kretekk kreteekk' dari arah hati sang Nephilim.      

"Eh bentar, tunggu..." Andrea meski juga syok karena merasa nyawanya di ujung tanduk, dia masih ingin berpikir rasional. "Kan tadi kamu bilang itu punya para Iblis level atas, ya kan Ro?"     

"Ya, Nona."     

"Yang aku bingung... kenapa mutiara itu bisa nyasar ke sini? Dan kalo emang itu digunakan untuk nyantet orang laen, berarti dia kagak bakal ngapa-ngapain aku, ya kan? Empunya si mutiara gelo ini kan entah di mana en kagak bakalan punya dendam ma aku. Jadi, kayaknya nih mutiara kagak bakalan macem-macem ke aku, deh!" Andrea mulai berpikir dengan logikanya.     

"Yah, memang bisa begitu, seperti yang Nona asumsikan. Tapi kita tidak tau semua apakah mutiara itu sungguh hanya terdampar di sini dan kebetulan masuk ke kepala Nona, atau itu memang dikirim oleh Iblis kuat yang menginginkan nyawa Nona."     

"Rogard, kau makin memperparah perasaan Andrea saja dengan bicara begitu..." Dante sudah suram menatap Rogard di sebelahnya. Padahal dia memaksudkan perasaan dia sendiri yang kian parah.     

"Maafkan saya, Tuan. Saya benar-benar ingin mengurai apa adanya." Rogard membungkuk penuh penyesalan.     

"Eh, gakpapa lageee!" Andrea menyahut. "Justru kira musti korek banyak info dari Ro biar jelas ini apaan dan gimana cara kerjanya. Jangan disuruh kicep ato disuruh ngomong yang berbunga-bunga aja." Ia mengingatkan Dante.      

Ucapan Andrea ada benarnya. Dalam situasi begini, mereka harus siap mendengarkan apapun kenyataan yang terpapar. Tak perlu ucapan indah jika kenyataannya tidaklah demikian.      

"Ya, Noni Putri benar." Kyuna mengangguk menyetujui ucapan Andrea. "Kita harus siap menerima informasi apapun dan lekas mencari solusinya."     

Andrea tersenyum sembari mengangguk ke Kyuna yang seolah memberikan pembelaan padanya.      

"Tapi..." Rogard masih ingin berkomentar karena Andrea justru menginginkan penjabaran detil mengenai mutiara dan dampaknya. "Yang saya tau... Mutiara Scarlet Penghisap tidak masuk ke dalam tubuh seseorang, itu tadi sudah saya jelaskan sedikit."     

"Biasanya dia berada di mana, Rogard?" Dante mulai mengatur detak jantung yang menggila. Ia menenangkan dirinya sendiri.      

"Biasanya dia berada di sekitar tubuh korbannya, Tuan, bukan masuk ke tubuh. Dia akan berada tak jauh dari tubuh yang diincar oleh empunya dia atau bisa juga menempel ke tubuh calon korbannya tanpa diketahui korban dan terlepas setelah korban meninggal." Rogard memaparkan sesuai dengan yang dia ketahui dari berbagai wawasan beribu tahun silam.     

Dante menghembuskan napas dingin. "Jadi... bisa dikatakan... ini bukan Mutiara Scarlet Penghisap, benar?"     

"Semoga demikian, Tuan." Rogard menunduk hormat ke majikannya.     

"Halah! Siapa tau nih mutiara udah berevolusi en bisa masuk ke bodi orang?!" sambar Andrea cepat.     

"Kau ini! Bocah, apa kau lebih suka itu sungguh-sungguh Mutiara Scarlet Penghisap?" Dante melotot kesal karena kesannya Andrea justru mematahkan harapan yang mulai memercik di hati Dante.     

Andrea terkikik. "Oke, misalkan nih, ini beneran Mutiara Penghisap apalah apalah... kira-kira apa yang bakalan aku rasain gegara tuh mutiara? Apa, tuh Ro?" Ia ingin fokus kembali mengenal seluk-beluk mutiara yang seolah sangat kejam tersebut.     

Rogard berdehem terlebih dahulu seakan membersihkan tenggorokannya. "Biasanya, korban tidak akan merasakan apapun selama beberapa waktu, dan akhirnya korban akan makin lemas dan makin kehilangan kekuatan dan mulai jatuh sakit hingga akhirnya meninggal."     

"Wuidiihh... beneran kayak korban santet, yak! Hahah!" Andrea bagai takjub dengan tebakannya sendiri.      

"Bocah! Bisakah kau lebih serius akan hidupmu sendiri?!" Dante kesal.     

"Trus aku suruh gimana, heh? Aku musti lonjak-lonjak sambil bilang 'Aku bentar lagi matek! Aku bentar lagi matek! Kalian buruan sembah aku!', gitu?" Andrea tak kalah sengit menjawabnya. Dia silangkan dua lengan ke depan dada dengan memutar tubuh menghadap ke Dante yang masih berdiri di atas tepian kolam. "Emangnya aku harus galon melon lalu baper akut ampe kagak bisa ngapa-ngapain, gitu? That's NOT me!"      

Dante menghela napas, mungkin sedang mencoba bernapas ala yoga agar tenang dan sabar. "Aku tidak menyuruhmu untuk begitu. Aku hanya tak suka kau seolah-olah bercanda akan hidupmu sendiri. Aku tak suka!"      

"Cih!" Andrea mendecih sebal. "Kalo kagak suka ya udah sono pergi!"     

"Bocah!"     

"Apa?! Apa?!"      

Anggota yang lain hanya bisa menahan napas melihat ketegangan antara Dante dan Andrea.      

Gyuutt~     

Kyuna menyentuh dan meremas lengan sang Cambion. "Noni Putri... Tuan Dante sebenarnya hanyalah sangat mengkhawatirkan dirimu saja. Dia terlalu cemas, takut kalau Noni Putri akan meninggalkan dia selama-lamanya, makanya dia... frustrasi dan menganggap ini suatu masalah yang sangat serius untuk disikapi. Dia... dia sangat mencintai Noni Putri..."     

Dante mendengus dan membalikkan tubuh memunggungi kolam yang berarti juga memunggungi Andrea. Wajahnya memerah karena Kyuna menjabarkan perasaan dia dengan akurat. "Sepertinya siluman licik itu lebih pandai dibandingkan kau, bocah tolol!"      

Kemudian Dante pun melenggang pergi diikuti Noir yang hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan keras kepala dua orang yang sebenarnya sama-sama saling mencinta. Entah sampai kapan mereka akan tetap batu dengan tingkah mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.