Devil's Fruit (21+)

Misteri Mutiara Scarlet



Misteri Mutiara Scarlet

0Fruit 205: Misteri Mutiara Scarlet     

Sabrina, Kuro, dan juga Kyuna terkejut bukan kepalang ketika mutiara merah scarlet tadi tiba-tiba menerjang ke dahi Andrea begitu cepat dan menghilang langsung seolah-olah mutiara merah itu masuk ke kepala Andrea.     

"Nonaku!" seru Sabrina dengan raut khawatir. "Apakah Nona baik-baik saja?!" Ia memandangi Andrea sambil terus meneliti tubuh sang Cambion, cemas jika terjadi sesuatu pada majikannya akibat dari masuknya mutiara merah misterius tadi.     

"Mama! Mama, katakan apa yang terjadi? Apa yang Mama rasakan?!" Kuro lebih blak-blakan lagi meluapkan ekspresi khawatirnya.      

"Noni- maksudku... Putri... apa yang sekarang kau rasakan?" Kyuna juga tak kalah kaget dan cemas.      

"Aku panggil Papa dulu!" Kuro segera keluar dari dalam kolam dan melesat ke bibir gua untuk menemui sang papa yang sedang duduk santai di depan gua bersama dengan para pria lainnya.      

Andrea kalah cepat dan tidak bisa mencegah si anak. Ia sendiri masih terkaget-kaget atas apa yang menimpa dia mengenai masuknya mutiara merah scarlet yang terlalu misterius.      

Benar-benar masuk ke kepala?     

Tapi kenapa Andrea tidak merasakan apa-apa saat ini? Bahkan hawa dari mutiara itu saja tidak terdeteksi di benak Andrea. Mutiara merah itu sungguh masuk kah? Andrea malah bertanya-tanya apakah tadi hanya fatamorgana saja? Atau justru halusinasi dia?     

Ingin mengatakan halusinasi, namun ternyata semua yang di kolam menyaksikan sendiri mutiara itu menabrak dahi Andrea dan masuk secara misterius (kalau tidak ingin disebut ghaib).      

Mutiara merah scarlet itu benar-benar sangat ajaib dan misterius. Itu karena, bahkan Kuro dan Kyuna saja tidak bisa menyentuh sang mutiara, tapi nyatanya... Andrea berhasil menarik lepas mutiara itu dari langit-langit gua.      

"Papa! Papaaaa!!!!" Kuro menjerit sekuat tenaga sambil menghambur ke Dante yang masih duduk santai di atas batu, berbincang dengan Rogard sambil mengelus-elus surai Noir di sampingnya.      

"Ada apa, Kuro?" Dante segera berdiri menyaksikan betapa paniknya Kuro datang dari dalam gua. Perasaannya mendadak tidak enak. Apakah terjadi sesuatu pada Andrea.      

"Hei! Kenapa kau sepanik itu, bodoh?" Shiro yang baru saja bermain-main dengan Gazum di atas batu lain pun segera menghampiri saudara kembarnya. Yah, saudara kembar beda bentuk.      

"Mama.... Mama, Pa!" Kuro menabrak pelukan Dante dan hampir menangis. Matanya sudah mulai basah.     

"Mama kamu kenapa?!" Dante makin penasaran. Tapi karena tak bisa membendung rasa khawatirnya lebih lama, Dante pun lekas terbang melesat ke dalam gua mencari Andrea.      

Andrea masih termangu tanpa menjawab pertanyaan Sabrina ataupun Kyuna yang masih memberikan ekspresi cemas di kolam.     

"Andrea!" teriak Dante dengan diikuti Rogard, Noir dan duo hybrid. "Andrea, apa yang terjadi padamu! Kau tak apa?!" Ia sudah sampai di tepi kolam dan melihat Andrea dan yang lain masih berendam di sana, namun paras Andrea seperti linglung dan hanya menatap kosong ke yang lain.     

Karena tidak langsung mendapatkan jawaban dari si gadis Cambion, Dante pun memburu ke Sabrina untuk bertanya. "Dia kenapa? Ceritakan!"     

Sabrina mengangguk patuh. Ia pun menceritakan mengenai temuan mutiara merah scarlet hingga tentang mutiara itu masuk secara ajaib ke dalam kepala Andrea.      

Dante sudah selesai mendengarkan cerita dari Sabrina dan lekas menghampiri Andrea yang masih duduk di pinggir kolam. "Andrea, Andrea, kau dengar aku?" panggil Dante berulang kali sambil menyentuh bahu telanjang Andrea. "Andrea... hei, bocah!"     

"Hah?" Dengan raut bingung dan sedikit linglung, Andrea menoleh ke Dante yang sudah berjongkok di tepian kolam sambil guncang-guncangkan bahunya. "Dante?" Ia malah seakan baru sadar keberadaan Dante di dekatnya. "EH ANJRIIITTT! NAPA KAMU BISA KE SINI?! WOIII, PEGI DAH KAUUU! DASAR NEPHILIM PIIIIPPPP!!!" Ia segera tersadar seratus persen sekarang dan meraba-raba tepian kolam mencari sepatu bot dia yang sekiranya bisa dia lemparkan ke Dante lagi seperti dulu.      

Tapp!     

Dante malah menangkap tangan Andrea yang mencari-cari sepatu. "Heh, bocah! Aku ke sini karena anakmu panik tak karuan mencariku tadi!"     

Andrea segera hentikan pencarian sepatu dan menoleh ke Kuro. Si hybrid hitam pun segera menerjang ke pelukan Andrea sambil menangis.      

"Mamaaaa!!! Huhuhu~ aku khawatir Mama kenapa-kenapa! Mutiara itu ... aku takut mutiara jahat itu menyakiti Mama! Huhuhuuu..." Kuro menangis pilu di leher Andrea.      

Andrea lekas tenangkan si anak. "Mutiara jahat apa sih, sayank?" ujarnya membalas ucapan sang anak angkat. "Dia kayaknya gak jahat, kok..."     

Kuro tengadahkan kepalanya sejajar dengan mata Andrea. "Tapi... tapi tadi dia tiba-tiba masuk ke kening Mama! Aku khawatir dia akan jahati Mama dari dalam!"      

Andrea tersenyum, hatinya terasa hangat karena banyak yang mengkhawatirkan dirinya. Ia mengelus pipi Kuro. Shiro ikut mendekat dan si Cambion juga mengelus pipi sang hybrid putih. "Ampe sekarang Mama kagak kenapa-kenapa, kok. Kagak kerasa sakit apapun juga, nih!"     

"Kau yakin, bocah?!" Dante masih tak yakin akan kondisi baik-baik saja dari Andrea. Ia jelas masih khawatir sebelum memastikan mutiara apa itu dan mengapa mutiara itu memasuki kepala Andrea.      

"Iya, ini aku yakin seribu persen, bapak!" seloroh Andrea membalas Dante.      

Dante masih kernyitkan keningnya. "Benar-benar sangat yakin?"     

"Elaahh~ dikata aku akting gitu?! Aku ini baek-baek aja yah, bambang! Emang kamu maunya aku baek-baek aja apa celaka, sih? Curiga nih aku!" Gadis Cambion menyipitkan matanya dengan aura kesal.      

Tuan Nephilim pun mendesah, entah itu lega atau mencoba sabar. Yang penting bukan desahan nikmat ketika sedang berintim-intim dengan Andrea. "Ya sudah kalau kau memang tidak merasakan sakit atau apapun yang merugikan kamu."      

"Beuh! Udah dibilangin dari tadi juga!" sungut Andrea sambil lipat kedua tangan di depan dada. Lalu, dia tersadar dia masih telanjang di dalam kolam dan bertekad tetap duduk sampai para pria pergi. Untung saja air kolam itu semerah darah sungguhan dan bisa menutupi bayangan tubuh di bawah air.     

Dante menoleh ke Rogard. "Apa kau tau itu kira-kira mutiara apa, Rogard?"     

Rogard mengerutkan kening seperti berpikir, lalu berujar, "Kalau saya tidak melihat sendiri seperti apa bentuk mutiaranya, saya tidak bisa memberi kepastian itu benda apa dan berfungsi seperti apa."     

Meski mereka semua lega karena Andrea tidak mendapatkan sakit atau bencana apapun karena masuknya mutiara itu, tetap saja mereka masih penasaran mutiara apa yang bisa bertingkah seperti itu?     

"Coba Nona Andrea jelaskan karakteristik dari mutiara itu, mungkin saya bisa mengetahuinya setelah mendengar deskripsi dari kalian." Rogard naikkan alisnya sambil berkata ke Andrea.     

Andrea mengetuk-ketukkan dagu menggunakan telunjuknya sambil mengingat-ingat. "Um~ warnanya merah banget. Merah rada kehitaman gitu, sih! Bentuknya bulat kayak mutiara, en yah ukurannya emang sebesar mutiara normal, kayak kelereng mungkin yah?"     

"Lalu?" Rogard masih menunggu deskripsi lainnya.     

"Dia kagak mau disentuh ama Kuro en Kyuna." Andrea ingat itu.      

"Maksudnya?" Dante picingkan mata dengan heran.      

"Itu tadi kan ada di langit-langit gua tuh di sana..." Andrea menunjuk ke area tempat mutiara itu menempel sebelumnya. "Nah, ama Kuro mo diambil dah! Waktu Kuro mo ambil, Kuro tiba-tiba jerit kesakitan gitu ampe malah nyemplung dah Kuro ke kolam, ya kan Kuro sayank?" Andrea menoleh ke anak hitam dia yang ada di bahu kanan.      

Kuro mengangguk cepat. "Iya! Iya! Tadi itu aku memang sempat ingin mengambil mutiara itu, tapi waktu aku mendekat ke dia, tiba-tiba seperti ada kekuatan besar yang memukul aku sebelum aku menyentuh dia. Makanya aku kaget dan jatuh ke kolam lagi. Tapi aku juga kesakitan. Huhuuu... Mama... badanku masih terasa sakit gara-gara dipukul mutiara jahat..."     

Andrea lekas usap-usap lembut area yang dikata sakit oleh si manja Kuro.      

"Sewaktu aku ingin mengambil..." Kyuna turut bicara. "Aku julurkan ekorku ke mutiara itu, tapi ekorku juga seperti dipukul keras dan seperti tenagaku berbenturan dengan tenaga kuat lainnya dan ekorku nyaris terbakar gosong..." Ia memperlihatkan ekor yang ujungnya agak menghitam karena ingin mengambil sang mutiara misterius.     

Rogard berpikir keras. Ia mencari-cari tentang karakteristik bentuk dan kekuatan mutiara di dunia ini yang pernah dia tau. Apakah ada mutiara yang demikian? Ia sibuk memilah semua informasi di dalam memorinya.      

"Gimana, Ro?" tanya Andrea. "Kira-kira tau kagak itu mutiara apaan? Kenapa dia bisa aku ambil pake Mossa tapi langsung wuusss masuk ke jidat aku tanpa kasi aba-aba. Kan kesel! Tapi juga bingung."      

"Apakah itu Mutiara Scarlet Penghisap?" Rogard ragu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.