Devil's Fruit (21+)

Kebun Herbal Andrea



Kebun Herbal Andrea

0Fruit 203: Kebun Herbal Andrea     

Pagi itu suasana terasa hidup di dalam pondok. Sabrina dan Noir juga ikut bergabung. Sedangkan Gazum tetap bersikukuh untuk bertengger di pohon di depan pondok dan tidak menampik sarapan pagi yang diberikan Andrea.     

Rogard keluar dari tubuh Dante dan duduk tenang di sebelah Kyuna yang masih syok mengenai cabai. Si pria jiwa pedang itu berbicara pada Kyuna, menjelaskan mengenai buah cabai dan apa saja yang terkandung di dalamnya dan apa manfaat dari buah yang mengerikan bagi Kyuna bagi peradaban manusia.     

Mereka saling berbincang hangat sembari makan pagi dengan masakan Andrea.     

Andrea sudah menyediakan banyak daging berbagai versi untuk pemulihan tenaga Dante. Apalagi di meja makan juga sudah tersedia buah energi dan buah kristal. Tentu saja Dante hanya mengambil buah energi saja untuk membantu mempercepat kembalinya tenaga dia yang sudah dikuras habis Andrea semalam.     

Usai makan pagi, Andrea membereskan piring-piring kotor dibantu dengan Kyuna. Keduanya mulai makin akrab dan kerap berbincang apa saja yang berhubungan dengan dunia wanita. Sesekali Kuro akan ikut mendengarkan agar dia tau apa saja hal-hal yang berkaitan dengan feminitas pada umumnya.     

Shiro sudah asik menempel ke sang papa yang telah berjalan bersama dengan Rogard ke kolam misterius untuk berendam.     

Hari itu, mereka tetap akan melanjutkan acara berendam di kolam darah mulai siang nanti. Dante berendam terlebih dahulu di kolam misterius agar dia bisa lebih tahan dengan energi yang kembali penuh ketika berendam di kolam darah yang menakutkan.     

Bukit dan lembah alam Cosmo dipenuhi dengan gua-gua sederhana yang dibangun para siluman kingkong. Pagi ini sudah banyak siluman kingkong kecil yang berkeliaran berlari dan bermain bebas di sana.     

Raja dan Ratu siluman kingkong menatap penuh syukur pada para bocah-bocah kingkong kecil yang riang gembira bermain. Kini mereka tidak perlu menahan keriangan, tidak perlu takut lagi akan ancaman sekitar dari siluman jahat lainnya.     

Ini semua berkat Andrea. Jasa Andrea pada kehidupan koloni mereka masa kini sungguh besar dan pasti membekas erat di kalbu masing-masing siluman kingkong.     

Setelah Andrea selesai mengurus piring dan ruang makan pondok, dia mengajak Kyuna dan Kuro ke halaman di belakang pondok. Sabrina tentu saja sudah mengekor pada Noir yang menunggui Dante di kolam misterius.     

Kyuna menatap takjub ke sebuah lahan yang lumayan luas di belakang pondok. Terhampar banyak tanaman hijau segar berbagai jenis di lahan itu.     

"Selamat datang di kebun herbal Andrea!" ucap Andrea memperkenalkan kebun herbal dia yang selama ini dia rajin rawat. Dia tentu saja tidak melulu menanam jenis tanaman herbal saja di lahan itu, tapi juga beberapa jenis sayuran setelah dia menemukan bibit mentahnya di lemari pondok.     

"Ini semua... bahan tanaman obat?" tanya Kyuna sambil takjub tak terkira. Tidak pernah dia terpikirkan ada sebuah lahan kebun khusus untuk menanam tanaman herbal. Manusia memang luar biasa dengan pemikirannya.     

Andrea mengangguk. "Tapi gak semuanya tanaman obat, sih! Ada juga tanaman buah dan sayur yang kecil-kecil, yah seperti cabe tadi, ada kok! Mau liat?" ajak Andrea.     

Kyuna agak ragu karena dia masih merasa apatis pada buah cabai yang dahsyat efeknya bagi dia. Tapi, melihat Andrea yang antusias mengajaknya, dia tak tega, dan akhirnya patuh digandeng Andrea ke sisi timur lahan.     

Di sana ada tanaman pendek setinggi pinggang Kyuna. Di dahan-dahan kecil tanaman itu bergelantungan buah cabai dengan berbagai warna. Ada yang masih hijau, merah dan juga oranye hingga kuning.     

"Ini... mereka cantik sekali..." Kyuna tak sadar memuji tanaman yang membuat dia sempat syok. Ia mengulurkan tangan seputih gioknya yang ramping ke salah satu buah cabai kecil di sana dan mengelus seolah berhati-hati takut merusaknya.     

"Ya, kan? Cantik. kan?" Lalu Andrea menunjuk ke sisi lain, tak jauh dari pohon-pohon cabai. "Itu, liat deh di sana itu..." Ia mengarahkan telunjuknya ke pohon tomat yang sudah hampir menyamai tinggi Andrea.     

Kyuna bergerak mendekati pohon tomat. Matanya membola berbinar indah melihat banyaknya tomat berwarna oranye dan merah bergelantungan cantik di masing-masing dahannya. "Astaga, indah sekali mereka!" pujinya tulus. Ia pun menoleh cepat ke Andrea. "Apakah itu terasa membakar juga? Seperti cabe?" Ia ingin memastika terlebih dahulu daripada terkena jebakan batman seperti sebelumnya.     

Andrea menggeleng sambil tersenyum. "Dia lebih cenderung asam dan segar, ada pula sedikit manis, tapi kujamin tidak membakar lidahmu. Coba saja! Sebentar, aku ambilkan yang sekiranya udah matang beneran." Andrea berjalan mendekat ke salah satu pohon tomat dan memetik satu tomat untuk diberikan ke Kyuna.     

Siluman rubah ekor sembilan itu menerima buah tomat dari Andrea, lalu dia amati buah sebesar kepalan bayi baru lahir dan berwarna merah terang di telapak tangannya. Sedikit ragu, ia menggigit buah itu.     

Seketika matanya terbelalak. Semburan rasa asam dan segar memenuhi seluruh indera perasa Kyuna. Tapi ternyata asamnya tidak membuat dia gentar, meski awalnya dia agak menyipitkan mata, tapi setelahnya dia malah menghabiskan tomat itu dan menyisakan pangkal batangnya saja. "Hahaa... ini sangat menyegarkan meski ada rasa aneh."     

"Rasa aneh yang kamu maksud itu mungkin yang bernama rasa asam. Atau bisa juga dibilang kecut." Andrea menjelaskan.     

"Kecut?" Kyuna mengulangi.     

"Iya, rasa seperti itu bisa dinamakan kecut. Nah, kalo kamu nemu rasa yang seperti itu, kamu bisa bilang rasanya kecut, maka aku bakalan paham, hehe..." Andrea megusap hidungnya secara cepat, seolah bangga dengan jerih payah dia selama ini bercocok tanam.     

Andrea memang suka bercocok tanam. Dia juga memiliki kebun mini di rumah Oma dan Opa yang berisi tanaman cabai, tomat, dan mangga yang biasa dia panjat. Tentunya pohon mangga yang dipanjat Andrea, yah! Bukan pohon cabai atau pohon tomat. Jangan salah menafsirkan.     

Dengan adanya beberapa jenis tanaman sayur di belakang pondok yang berhasil ditanam Andrea, dia sedikit banyak bisa menambahkan cita rasa pada masakannya. Kini dia tidak perlu melulu tergantung pada bumbu instan dari pondok. Meski kadang masakannya terasa aneh, tapi bagi lidah yang baru merasakan tentu saja itu lezat.     

Tapi andaikan ada manusia biasa yang memakan masakan Andrea, mereka mungkin akan mengernyitkan kening dan menolak untuk memakan semuanya.     

Andrea adalah pemasak yang buruk meski dia sudah berupaya sekeras apapun. Beruntung saja yang ikut kelompoknya tidak pernah tau kuliner dunia manusia atau mereka akan memilih makan daging mentah saja.     

Setidaknya, hargai saja usaha Andrea untuk memberikan nuansa makan yang baru untuk para hewan miliknya.     

Sedangkan Dante dan Rogard tidak terlalu perduli dengan rasa masakan Andrea. Dante tidak sering makan makanan manusia sebelumnya. Sedangkan Rogard, dia lebih memilih makan intisari dari kristal elemen saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.