Devil's Fruit (21+)

Tidur Bersama (1) (21+)



Tidur Bersama (1) (21+)

0Fruit 199: Tidur Bersama (part 1)     

Setelah menyelesaikan persoalan Kyuna dan mengenai tempat tidur untuk sang siluman rubah ekor sembilan, kini semua anggota kelompok Andrea kembali ke tempat istirahat mereka masing-masing.     

Meski Kuro dan Shiro masih sedikit waspada akan Kyuna, tapi mereka tidak berani membantah lagi mengenai mereka tidur satu kamar dengan Kyuna, karena mereka teringat ucapan sang papa saat mereka berbincang bertiga saja.     

"Ini adalah kesempatan Papa bisa tidur dengan Mama kalian. Apakah kalian tidak suka itu?" Begitulah yang dibisikkan Dante ke duo hybrid di teras pondok. Dan Kuro terkesiap mendengarnya. Ia merasa bersalah karena kurang peka akan keinginan sang papa.     

Setelah lampu di ruang makan dimatikan, semua masuk ke tempat peraduan masing-masing. Demikian juga Andrea dan Dante yang berjalan beruntunan ke kamar Tuan Nephilim.     

Dante jalan di depan, tampak bersikap biasa saja. Andrea mengikuti di belakangnya. Setelah mereka berdua masuk ke dalam kamar, Dante menutup pintu kamar.     

"Errnghh..." Andrea rasanya ingin menolak ditutupnya pintu kamar itu.     

Dante menoleh ke Andrea. "Kenapa?"     

"Anu... harus ditutup, yak?" Ia tersenyum canggung sambil melirik ke pintu.     

"Kenapa memangnya kalau pintu ditutup? Bukannya itu hal yang wajar?" Dante melirik sebentar ke Andrea dan mulai melepas baju atasnya, melemparnya secara sembarangan ke atas meja tak jauh di sana.     

"He-heeiii... jangan telanjang, yah! Pokoknya dilarang keras telanjang!" Andrea sudah berdebar-debar jika nantinya Dante juga memelorotkan celana boxer dari kulit binatang itu.     

"Tsk! Kau ini cerewet dan merepotkan." Dante berlagak memakai nada kesal. "Cepat sana ke ranjang dulu! Aku ingin berkemih dulu. Atau kau mau ikut juga? Aku bisa gunakan toilet, kau bisa gunakan lantai. Kalian cukup berjongkok saja, kan?"     

"Dasar cowok piiippp!" Andrea memaki disertai muka merah padam dan segera meloncat ke ranjang Dante tanpa mau mengganti bajunya dengan baju tidur. Ia hanya mengenakan apa yang dia pakai seharian ini, atasan tanpa lengan dan rok mini.     

Dante mendecih sebelum masuk ke kamar mandi di kamar itu. Andrea bisa mendengar bunyi kucuran air seni Dante di lobang toilet duduk di sana. Kemudian ada suara guyuran flush. Tak lama, Dante muncul di kamar tidur.     

Tuan Nephilim melihat Nona Cambion sudah naik ke ranjang dan tidur miring menghadap ke tembok, memunggungi Dante.     

Mendesah sebentar, Dante pun menyusul Andrea.     

Sreett...     

Tepp!     

"Hei!"     

"Ssstt, diam, bocah. Nanti kau membuat anak-anak kita bangun dan ingin tau."     

Andrea melengkungkan ujung mulutnya ke bawah. Wajahnya suram. Itu karena Tuan Nephilim seenaknya memeluk dia dari belakang. "Tapi kan gak usah-"     

"Ranjangnya kecil, bocah. Lagipula, bukankah posisi seperti ini membuat nyaman dan hangat?" Dante beralasan.     

"Kalau kau kedinginan, sono pake selimut en pake tuh baju kamu!" Andrea mencubit punggung tangan Dante.     

Pria tampan itu hanya mendesis kesakitan sebentar, lalu tetap memeluk sang Cambion. "Aku senang kau ingin tidur di sini."     

"Kayaknya aku salah kasi keputusan, deh! Besok mendingan aku suruh Kyuna tidur di- engghh... Dante!" Andrea sudah bergerak tak nyaman ketika Dante makin perketat pelukannya.     

"Ssshh... tidak bisakah kau ini diam dan tidur saja?" Dante berkilah cepat.     

"Itumu! Itumu kagak usah nempel-nempel segala di pantat aku!" Andrea menghardik tertahan, karena kamarnya ada di sebelah. Dia kuatir kedua ular hybrid di sebelah akan mendengar suara keributan mereka dan benar-benar datang untuk melihat karena rasa penasaran.     

Tidak. Anak-anak mereka tidak boleh tau hal yang berbau dewasa. Andrea bertekad seperti itu.     

Maka, menahan kesal, Andrea pun membiarkan Dante terus memeluknya dan bergerak aneh di belakang Andrea.     

"Andrea... apakah kau cemburu ke Kyuna?" tanya Dante ingin tau saja. Ia paham, Andrea takkan mengakuinya, tapi dia hanya ingin bertanya saja.     

"Csk! Untuk apa cemburu? Memangnya kamu siapa ampe perlu aku cemburui segala?" Andrea tidak menoleh dan tetap memunggungi Dante sambil dia menjawab.     

"Aku ingin kamu cemburu. Aku ingin kamu marah seperti waktu kamu menyerbu ke Kyuna secara emosional saat aku mencium Kyuna." Dante menempelkan bibirnya ke tengkuk Andrea.     

Andrea sipitkan mata. Lalu, dia menoleh sedikit ke samping tanpa benar-benar ingin melihat wajah Dante. "Heh, gimana kamu tau soal itu?" Dia curiga. Bukankah waktu itu Dante sedang ada dalam pengaruh hipnotis Kyuna? Bagaimana lelaki itu bisa mengetahui apa saja yang sudah terjadi?     

"Shiro dan Kuro yang menceritakan itu ke aku," jawab Dante, seolah-olah dia tau keheranan dari Andrea.     

"Oh, ternyata anak-anak yang kasi tau kam- aanghh! Dante!" Kali ini Andrea nyaris berteriak jika dia tidak ingat duo bocah hybrid ada di kamar sebelah. Ia sibuk memukuli tangan Dante yang meremas payudaranya.     

"Sungguh kau tidak cemburu aku mencium Kyuna? Bahkan katanya aku juga meraba-raba tubuh Kyuna. Sungguh kau sama sekali tidak cemburu, Andrea?" Dante makin giat beraksi di dada montok Andrea.     

Gadis itu melenguh lirih, berusaha sebisa mungkin untuk meredam suaranya, bahkan kalau perlu, jangan sampai suara itu bocor keluar dari mulutnya.     

Namun, tingkah nakal Dante tidak surut. Justru kian menggebu.     

"Da-Dante, brenti, woii!" Andrea masih berteriak tertahan sambil mengupayakan agar dia bisa menyingkirkan tangan binal Dante.     

"Jawab dulu, apakah kau cemburu atau tidak?"     

"Enggak! Kagak cemburu sama sekali!"     

"Lalu kenapa kamu menyerbu Kyuna semarah itu waktu aku dan Kyuna berciuman di depan gua?"     

"Hngh-kagak! Itu... itu aku... aku cuma gak mau anggota kelompokku diperalat... angh... siapapun tanpa seijin aku! Dante, stop!"     

Tangan Dante malah makin berani dan menyusup masuk ke dalam baju atas Andrea dan mencari benda kenyal yang didamba.     

Andrea makin panik dan menggeliat berusaha memberontak. Ia menoleh ke belakang. Apa daya, Dante lebih sigap dan malah beralih posisi naik di atas tubuh Andrea.     

Sreett!     

Andrea membelalakkan mata sambil membeku. Dia dikurung oleh kedua lengan Dante. Wajah Dante di atas sungguh mengintimidasi dia.     

Disertai tatapan tajam, Dante berujar dalam dalam suara setengah serak, "Kalau kau tidak cemburu, maka akan aku buat sampai kau mengakui bahwa kau cemburu, Andrea..."     

Andrea kernyitkan kening sambil mulutnya mengerucut kesal. "Ini namanya kamu maksa banget, Dante! Apapun jawaban aku pasti hasil akhirnya tetap sama, ya kan?"     

Dante terkekeh kecil. "Bagus kalau kamu sudah paham..."     

"Dante apaan, sih? Kamu gaje banget, dah mirip siluman babi aja mesumnya! Ini beneran Dante apa-mmpphhh!" Andrea tak sempat melengkapi kalimatnya karena mulutnya sudah terlanjur dibungkam mulut Dante.     

Pagutan dari bibir Dante terus menguasai, sementara tangan Dante mendominasi dada Andrea dan terus berkutat pada payudara sang Cambion.     

"Dante-aanghh... mmsshh... jangan gini-mmrrpphh..." Andrea kewalahan menolak ciuman Dante.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.