Devil's Fruit (21+)

Keributan di Depan Kamar VIP



Keributan di Depan Kamar VIP

0Fruit 254: Keributan di Depan Kamar VIP     

Andrea dan kelompoknya diberikan ruang VIP nomer satu. Kamar tersebut sangat nyaman dan mewah. Terdapat hidangan buah roh di atas meja dan tak lama kemudian, pelayan datang lagi membawakan beberapa piring berisi hidangan daging.      

Ini semua berkat Pil Jiwa Dewa.      

Ruangan VIP mempunyai jendela kaca yang besar yang bisa dengan mudah melihat aula dan ruang duduk di pelataran bawah yang luas untuk umum. Namun, orang yang duduk di bawah tidak bisa melihat siapa saja yang ada di dalam ruangan VIP.      

Dan untuk berbicara dalam menawar harga lelang, sudah disediakan sebuah lempengan batu giok yang berfungsi seperti mic. Maka, orang di dalam kamar VIP tidak perlu susah payah berteriak ketika ingin menawar.     

Ketika mereka sudah duduk semua di kursi masing-masing yang empuk dan nyaman, terdengar suara di luar pintu kamar. Sepertinya ada yang marah di sana.      

"Kenapa aku tidak boleh memilih kamar nomer satu? Apa kau lupa bahwa aku ini anak kepala desa ini?!" Suara pemuda terdengar sengit. Rupanya anak kepala desa Awan Hijau ingin mendapatkan kamar VIP nomer satu yang ditempati Andrea.      

"Maaf, Tuan Muda Regan, kamar VIP nomer satu sudah ditempati kelompok lain. Anda bisa ke kamar nomer dua." Pelayan mencoba membujuk anak kepala desa Awan Hijau.      

"Enak saja! Sejak kapan aku menempati kamar selain nomer satu? Apa kau sudah bosan bernapas, heh?! Akan aku laporkan ini ke manajer kamu agar kau dipecat!" Tuan Muda Regan berseru dengan arogan.      

Raja Naga Iblis Heilong sudah bangkit berdiri akan mengurus Tuan Muda Regan yang sombong, namun Andrea lekas menahan dia.      

"Paman. Tidak usah. Paman jangan melulu pakai aura Paman untuk menekan orang lain, yah! Pakainya kalo di momen darurat bahaya aja. Oke?" Andrea kedipkan satu mata ke Raja Naga Iblis Heilong.      

Sang Raja Naga pun surut dan kembali duduk setelah mengiyakan dengan patuh permintaan Andrea. Padahal dia gatal sekali ingin memberikan pelajaran bagus ke anak kepala desa Awan Hijau. Dia paling kesal dengan orang yang kerap memanfaatkan nama orang tua untuk menindas pihak lain yang lebih lemah.      

Oh, Paman Heilong, Andrea kemarin juga melakukan hal yang nyaris serupa dengan Tuan Muda Regan pada dirimu. Hanya bedanya, Andrea tidak bermaksud menekan secara arogan.     

Keributan di depan pintu kamar VIP nomer satu masih belum usai. Malah kini terdengar suara perempuan yang ikut berbicara sengit ke pelayan yang malang. "Kalian ini dibayar berapa, hah?! Sini aku bayar kalian dua kali lipat, tidak, lima kali lipat dari yang dibayarkan manajer paviliun ini asalkan kami bisa masuk ke kamar satu seperti biasanya!"      

"Sungguh maaf, Nona Aiko. Manajer kami sudah memerintahkan agar kamar VIP nomer satu diberikan pada tamu terhormat yang ditunjuk manajer." Pelayan itu menundukkan kepalanya ke Nona Aiko, kekasih dari Tuan Muda Regan.      

"Huh! Aku bisa merobohkan paviliun ini jika memang aku ingin. Ayahku akan dengan mudah menghancurkan tempat ini jika aku melaporkan penghinaan ini!" Tuan Muda Regan masih belum ingin menyerah mengintimidasi sang pelayan yang hanya bekerja sesuai perintah majikannya.      

Tidak berapa lama kemudian, muncul Manajer Huo yang datang segera ke lantai atas karena mendapat laporan dari salah satu penjaga mengenai keributan di depan kamar VIP nomer satu. "Tuan Muda Regan, Nona Muda Aiko. Salam." Manajer Huo segera menangkupkan kepalan tangannya dalam gestur Gong Shou sebagai tanda hormat.      

"Nah, Manajer Huo! Kebetulan sekali!" Tuan Muda Regan memandang Manajer Huo penuh harap. "Aku ingin masuk ke kamar nomer satu, tapi pelayan brengsek dan tolol ini terus-menerus menolak. Manajer Huo, kau tau sendiri, ayahku biasa menempati kamar nomer satu di sini. Kebetulan ayahku sedang pergi dan menyuruh aku datang untuk mewakili Beliau."     

"Oh, jadi demikian masalahnya..." Manajer Huo mengangguk paham.     

"Karena kau sudah mengerti masalahnya, lekas keluarkan orang-orang yang ada di dalam kamar nomer satu agar aku dan Aiko bisa masuk ke sana. Lekaslah, Manajer Huo. Aku sudah lelah berdiri!" Tuan Muda Regan berkata tidak sabar.      

"Kami sebagai tuan rumah sungguh sangat menyesal karena tidak dapat memberikan kamar VIP nomer satu kepada Anda kali ini, Tuan Muda Regan. Kamar tersebut sudah kami berikan pada tamu istimewa kami. Mohon Tuan Muda Regan bermurah hati untuk masuk ke kamar nomer dua." Sekali lagi, Manajer Huo melakukan Gong Shou ke anak kepala desa Awan Hijau.     

"Kau!" Tuan Muda Regan kehabisan kata-kata.     

"Manajer Huo, apakah Anda yakin menolak keinginan kami?" Nona Aiko memicingkan matanya bermaksud menekan Manajer Huo. "Pemilik paviliun ini adalah teman ayahku. Rasanya tidak bijaksana jika kau yang hanya manajer bersikap keras pada pelanggan setia Paviliun Anggrek Putih. Tolong pertimbangkan nama baik Paviliun Anggrek Putih sebelum rusak karena Anda, Manajer Huo."      

"Dengan sangat menyesal kami tetap tidak bisa memasukkan Anda berdua di kamar VIP nomer satu. Master Paviliun Anggrek Putih yang telah menitahkan pada saya untuk memberikan kamar VIP nomer satu ke tamu Beliau. Mohon kemurahan hati Tuan Muda dan Nona Muda untuk tidak menyulitkan saya dan juga memberi muka ke Master Paviliun Anggrek Putih." Manajer Huo tidak lelah membujuk meski dia sudah ingin marah.      

"Huh! Ya sudah kalau memang Master Paviliun Anggrek Putih yang mengatakan demikian!" Akhirnya Tuan Muda Regan menyerah meski tetap saja bernada sengit karena kecewa. Sedangkan kekasihnya, Nona Muda Aiko hanya mendengus keras ke Manajer Huo sebelum keduanya memasuki kamar VIP nomer dua dengan kesal.      

Manajer Huo menghela napas lega karena berhasil menyelesaikan masalah yang diakibatkan dua remaja manja. Dia kemudian menepuk pundak pelayan dan penjaga yang berdiri di depan pintu kamar VIP nomer satu.      

Masing-masing pintu kamar VIP dijaga satu pelayan dan satu penjaga.      

Manajer Huo masuk ke dalam kamar tempat Andrea dan kelompoknya duduk. Dia meminta maaf pada mereka atas keributan yang baru saja terjadi yang siapa tau menimbulkan rasa ketidak nyamanan bagi kelompok Andrea.      

Setelah itu, Manajer Huo pun pergi kembali ke ruang utama paviliun.      

Suasana di areal bawah semakin ramai. Kursi-kursi sudah dipenuhi para pengunjung yang telah melewati pemeriksaan di depan pintu masuk paviliun tadi. Banyak yang datang dengan penampilan elegan dan juga terkesan dari latar belakang yang kuat.      

Mereka sesekali menoleh ke arah atas meski hanya akan mendapati jendela besar berwarna hitam saja tanpa bisa menilik penghuni di dalamnya.      

Acara pelelangan sebentar lagi akan dimulai. Ruangan-ruangan VIP juga sudah mulai terisi semua. Acara kali ini sungguh dipadati pengunjung dari berbagai latar belakang dan desa. Semua tertarik dengan keberadaan Pil Jiwa Dewa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.