Devil's Fruit (21+)

Tekanan Untuk Berdusta



Tekanan Untuk Berdusta

0Fruit 262: Tekanan Untuk Berdusta     

Andrea memutar kedua bola matanya ketika melihat hadirnya sepasang sejoli menyebalkan.     

Tuan Muda Regan menghampiri Bendahara Huo Di. "Tuan Huo Di, sebenarnya apa yang terjadi?" Ia bertanya sambil melirik penuh dengki ke arah Andrea. Nona Muda Aiko mengikuti di belakangnya.     

Andrea bergerak mundur karena Tuan Muda Regan memaksa masuk ke dalam gazebo. Dante segera mendekat ke Andrea seolah olah bersikap melindungi gadis itu.     

Bendahara Huo Di yang mengetahui itu adalah anak kepala desa Awan Hijau, dia tentu tidak berani bersikap arogan. Ia segera menangkupkan kepalan tangannya di depan wajah dan menunduk untuk menghormat ke Tuan Muda Regan sambil menjawab, "Tuan Muda Regan, ini hanya sebuah kesalah pahaman kecil antara saya dan Nona ini."     

Bendahara Huo Di dan Tuan Muda Regan bersama-sama melirik ke Andrea yang berwajah masam.     

"Memangnya apa masalah yang dia sebabkan di sini hingga membuat Tuan Huo Di gusar?" tanya Tuan Muda Regan. Dia tidak tau apa alasan Andea datang ke Bendahara Huo Di berhubungan dengan penjualan pil-pil hebat malam ini. Dia hanya mengetahui kalau Andrea penghuni kamar VIP nomer satu.     

Bendahara Huo Di sebenarnya enggan membuka ini pada orang lain selain kedua belah pihak yang bertransaksi, namun karena dia menghormati Kepala Desa Awan Hijau, ayah Regan, maka dia terpaksa memberi penjelasan singkat. "Dia menjual barang pada kami di pelelangan dan tidak puas dengan kesepakatan yang ada pada kami sebelumnya."     

"Kesepakatan apa, kampret?!" Andrea meradang. Untung saja tidak ada sensor untuk kata yang diucapkan Andrea saat itu. Mungkin Pangeran Djanh tidak tau definisi kampret jaman sekarang yang kadang dipakai untuk memaki kesal. "Heh, jelas-jelas tadinya aku udah sepakat ama Manajer Huo Wei tentang potongan dua puluh persen."     

"Nona, tidak perlu berteriak-teriak di sini. Sangat memalukan." Bendahara Huo Di malah menegur sikap gusar Andrea.     

Tuan Muda Regan terkekeh sambil menatap remeh ke Andrea. Aiko pun mengikuti. "Perempuan liar!" sembur dia. "Kenapa jalang liar seperti ini bisa masuk ke ruang VIP satu?"     

Dante langsung maju dan mendorong dada Tuan Muda Regan menggunakan tenaga petirnya. Tuan Muda Regan langsung saja terbang beberapa meter ke belakang dan mendarat di kolam teratai.     

BYUURR! Bunyi itu begitu keras di tengah malam buta sehingga membuat penghuni Paviliun Anggrek Putih mulai tertarik untuk mengetahui suara dari mana itu?     

Aiko segera melayang masuk ke kolam dan lekas membantu Tuan Muda Regan bersama dengan para pelayan paviliun yang berdiri di dekat gazebo. "Kau! Kau cari mati, yah?! teriak Aiko ke Dante.     

"Suruh dia untuk menata mulutnya atau dia akan menerima lebih dari sekedar masuk ke kolam seperti anjing tolol!" Dante tanpa menahan apapun, memburaikan kalimat penghinaan dia.     

Tuan Muda Regan berdiri sempoyongan sembari berpegangan pada tangan Aiko. Dia masih merasakan sakitnya serangan petir Dante tadi meski tidak fatal. "Bajingan kau! Aku ingin lihat ada berapa nyawamu!" Dia bersiap untuk menerjang ke Dante.     

"Berhenti!" Tiba-tiba saja terdengar suara berat dari arah pintu taman.     

Bendahara Huo Di tampak terkejut melihat siapa yang datang. Ia lekas merundukkan punggung seraya menangkupkan kepalan tangannya sambil menyapa orang itu. "Salam untuk Tuan Paviliun."     

Tuan Paviliun Anggrek Putih, Huo Tian, datang bersama dengan beberapa orang yang sepertinya sosok penting dari paviliun itu. Juga ada Manajer Huo Wei di antara rombongan itu. "Hmm... ada apa ini? Huo Di, bisa kau jelaskan?"     

Tuan Paviliun Huo Tian sama sekali tidak memandang ke arah Tuan Muda Regan yang basah kuyup dan mulai dipapah keluar dari kolam oleh Nona Aiko dan dua pelayan paviliun. Andrea tersenyum senang karena hadirnya Tuan Paviliun, bahkan ada Manajer Huo Wei juga.     

"Menjawab Tuan Paviliun," Bendahara kembali membungkuk hormat sambil bicara, "Saya hanya sedang menggenapi pembayaran pada Nona ini. Saya minta maaf karena tidak bisa mengendalikan keributan yang terjadi karena Nona ini." Ia masih ingin menyalahkan Andrea.     

Andrea mendelik karena masih saja Bendahara Huo Di mencoba untuk memerangkap dia dalam skema tuduhan palsu. "Tuan Paviliun, bukan mau aku untuk membuat keributan di sini. Jika Bendahara Huo enggak ingkar dari perjanjian, aku juga udah pulang dari tadi!"     

Tuan Paviliun Huo Tian melirik ke Andrea setelah dia duduk di gazebo.     

"Nona, tolong rendahkan nada suara Anda bila berbicara dengan Tuan Paviliun," salah seorang tetua dari paviliun menegur Andrea.     

Andrea sudah ingin memprotes, namun Dante sudah maju lebih dahulu. "Maafkan atas keributan malam ini, Tuan Paviliun." Ia menangkupkan dua tangannya seperti yang dilakukan oleh Bendahara Huo Di sebelumnya, tapi tidak dengan aksi membungkukkan punggung.     

"Hmm..." Tuan Paviliun itu pun memberikan gumaman rendah sambil mengelus jenggot peraknya yang tidak begitu panjang. Setidaknya tidak sepanjang jenggot putih milik Bendahara Huo Di.     

Dante melanjutkan. "Kami berdua kemari setelah acara lelang usai untuk menerima pembayaran penuh atas semua barang kami yang berhasil terjual di acara lelang."     

Tuan Paviliun Huo Tian menoleh ke Dante. "Barang apa saja yang kalian taruh di lelang malam ini?"     

"Dua jenis pil, Tuan Paviliun." Dante bersikap layaknya juru bicara Andrea. Itu karena dia menganggap Andrea terlalu mudah emosi dan kurang bisa menahan amarahnya. Dante, kau lupa siapa yang menceburkan Tuan Muda Regan ke kolam tadi?     

"Hmm... pil apa saja itu?" tanya Tuan Paviliun terus bertanya. Sementara itu, Bendahara Huo Di mulai merasakan punggungnya basah karena khawatir.     

"Pil Anti Racun dan Pil Jiwa Dewa, Tuan." Dante tenang menjawabnya.     

Tuan Muda Regan dan Aiko membeku di tempat mereka berdiri. Mereka tidak pernah mengira bahwa pil yang mereka perebutkan dengan sengit di acara lelang tadi malam ternyata dari Andrea sendiri!     

Huo Tian sempat berkilat matanya ketika mendengar soal pil tersebut. Namun, dia lekas kembali ke sikap tenangnya semula. "Lalu, ada masalah apa dengan pembayaran dari kami?" tanya Tuan Paviliun Huo Tian ke Dante.     

"Awalnya, Andrea sudah sepakat dengan Manajer Huo Wei bahwa pembagian adalah delapan puluh persen untuk Andrea dan dua puluh persen untuk Paviliun Anggrek Putih. Tapi, Bendahara Huo Di justru mengubahnya menjadi empat puluh persen untuk paviliun Anda, Tuan. Dan dia tidak mau tau apabila sudah terjadi kesepakatan sebelumnya dengan Manajer Huo Wei." Dante menjelaskan sebaik mungkin duduk perkara pada Tuan Paviliun.     

"Jadi... karena itu?" tanya Tuan Paviliun Anggrek Putih sambil melirik singkat ke Dante, menjaga sikap berwibawa dia.     

Kemudian muncul transmisi suara dari Bendahara Huo Di ke Tuan Paviliun Huo Tian. "Tuan Paviliun, memang sebenarnya mereka sudah bersepakat dengan Huo Wei sebesar dua puluh dan delapan puluh. Tapi saya melakukan perubahan dikarenakan untuk kesejahteraan paviliun juga, Tuan. Saya hanya ingin yang paling baik untuk paviliun ini saja. Bayangkan jika kita mendapatkan keuntungan empat puluh persen, tentu paviliun ini akan semakin maju dan makmur. Semoga Tuan Paviliun memahami niat baik saya untuk kemajuan paviliun."     

Tuan Paviliun Huo Tian sudah mendengar transmisi suara diam-diam dari Bendahara Huo Di dan menghirup napas panjang. "Jadi begitu." Lantas dia melirik ke Huo Wei yang berdiri tidak jauh darinya. "Huo Wei, maju ke sini."     

Manajer Huo Wei pun dengan sikap takut dan hormat, segera maju. Namun, dia mendapatkan transmisi suara dari Tuan Paviliun Huo Tian terlebih dahulu sebelum ditanya. "I-iya, Tuan. Saya di sini."     

"Manajer Huo Wei," sebut Tuan Paviliun Huo Tian. "apakah benar kau memberikan pernyataan kesepakatan sebesar dua puluh persen dan delapan puluh persen ke Nona ini? Untuk semua pil yang dia taruh di pelelangan?"     

"Ti-tidak, Tuan. Nona Andrea sepertinya... salah mendengar ucapan saya. Saya... menyebutkan empat puluh persen dan enam puluh persen." Manajer Huo Wei menunduk, tidak berani menatap mata Andrea. Itu karena dia tau dirinya sudah berbohong dan ini dia lakukan di bawah paksaan dari Tuan Paviliun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.