Devil's Fruit (21+)

Gempar Karena Pil Jiwa Dewa



Gempar Karena Pil Jiwa Dewa

0Fruit 259: Gempar Karena Pil Jiwa Dewa     

"Mama! Pil Anti Racun kamu sukses dan bisa mengumpulkan banyak uang emas!" Kuro berseru senang.     

Andrea lekas tempelkan telunjuk di bibir dia. "Ssstt... jangan keras-keras, sayank." Ia acungkan telunjuk tadi ke arah sebelah, kamar VIP nomer dua.     

Kuro segera paham akan maksud sang mama dan terkikik lirih seraya mengangguk.     

Usai Pil Anti Racun, orang-orang mulai bersiap untuk bangkit dari tempat duduknya karena mengira pil tadi adalah barang pamungkas dari acara pelelangan ini.     

"Ayo kita pulang saja! Sepertinya hanya bohong jika mengatakan ada Pil Jiwa Dewa!"     

"Iya! Padahal kita sengaja menyempatkan waktu datang dari desa lain ke sini hanya untuk Pil Jiwa Dewa, bahkan aku sudah mengambil semua uang yang aku punya untuk membeli Pil Jiwa Dewa!"     

Feriz dan Jazie terkikik bersama-sama melihat gerutuan sebagian pengunjung yang hendak pergi dari tempatnya. "Kalian yakin ingin pulang?"     

Pertanyaan sederhana dari Feriz karuan saja membuat orang-orang yang sudah berdiri langsung termangu mematung di tempatnya.     

"Apa maksudnya?"     

"Nona Feriz, apa yang kau maksud barusan?"     

"Apakah... acara pelelangan ini belum usai?"     

Feriz mengedipkan bulu mata lentiknya disertai senyuman menggoda. "Apakah kami sudah mengatakan acara selesai?"     

Segera saja para pengunjung mulai berbicara sendiri-sendiri dengan rekannya hingga ruangan aula terasa hiruk pikuk.     

"Ternyata belum usai!"     

"Hei, apa ini artinya Pil Jiwa Dewa memang ada?"     

"Oh Dewata! Tidak sia-sia aku menjual semua tanah dan hasil kebunku jika memang ada Pil Jiwa Dewa!"     

"Aku bahkan rela jika harus menjual anak dan istriku jika bisa membeli Pil Jiwa Dewa!"     

"Kau ini sinting!"     

Kemudian, satu demi satu pengunjung kembali duduk dan mulai tenang menunggu para host cantik kembali bersuara.     

"Nah, sekarang ini... tiba waktunya sesuai yang kalian harapkan!" Jazie membuka ucapan.     

"Barang yang kalian tunggu-tunggu hingga berdarah-darah akan tiba!" sambung Feriz.     

Sesudah itu, seorang pelayan naik ke atas panggung dan menyerahkan sebuah botol giok yang masih ditutupi kain merah menyala pada Jazie. Nona siluman kucing itu pun hati-hati meletakkan nampan dengan sebuah botol giok di atasnya pada meja. "Nah, ini dia..."     

Pengunjung yang tadinya ramai, langsung hening bagai kuburan. Semua mata menatap pada satu titik fokus, botol yang ditutupi kain merah di atas meja di panggung.     

Jazie perlahan mengangkat kain merah itu dan terlihat botol giok yang sama seperti botol sebelumnya. Yang membedakan hanya isinya saja. Gadis manis itu mengangkat botol kecil itu pelan-pelan, takut jika tangannya licin dan botol jatuh ke lantai panggung. "Ini... yeah... ini adalah Pil Jiwa Dewa... dengan tingkat kemurnian... sembilan puluh satu persen!"     

"Sembilan puluh satu persen!"     

"Dewata! Begitu tinggi sekali tingkat pemurniannya!"     

"Oh tidak! Ini terlalu indah! Cubit aku! Cubit aku sekarang!"     

"Baiklah..."     

"Hei! Kenapa kau memukulku! Aku memintamu untuk mencubit!"     

"He he, hanya agar kau benar-benar yakin kau masih di dunia, bukan di tempat Raja Hades!"     

Jazie dan Feriz tersenyum senang melihat kehebohan luar biasa para pengunjung di aula bawah paviliun. Mereka tentu tidak tau apakah lantai atas di kamar-kamar VIP juga seheboh aula bawah? "Sepertinya kami tidak perlu lagi banyak bicara mengenai kehebatan pil ini, bukan?"     

Feriz pun perlahan mengeluarkan sebutir Pil Jiwa Dewa dari botol itu. Ia mengangkat tinggi-tinggi pil bulat sebesar telur puyuh berwarna putih berkilauan bagai dilapisi butiran berlian. "Kalian bisa melihat, bukan? Ini pil yang terlalu ... CANTIK!"     

"Bahkan aromanya..." Jazie bertindak menghidu udara. "Aromanya tajam tapi menenangkan! Apakah Anda semua bisa mencium aroma kental pil cantik ini?"     

"Oh Mama! Itu sungguh-sungguh Pil Jiwa Dewa yang legendaris! Aku pernah melihatnya ketika aku masih sangat kecil dan aku takkan lupa kilauan indah khas pil itu!"     

"Kau benar, Saudaraku!" Kilau sempurna yang bagai permata itu memang ciri khas Pil Jiwa Dewa. Kilau seperti itu tidak pernah muncul di pil lainnya!"     

"Baunya! Aduhai... aku rasanya kembali muda dua puluh tahun hanya dari mencium baunya saja dari sini!"     

"Lekas sebutkan harga, Nona Jazie!" teriak pengunjung di barisan belakang, tidak sabar. Dia sengaja ke sini demi Pil Jiwa Dewa.     

"Baiklah kalau begitu. Kuharap kalian semua bersiap-siap! Harga awal... seribu batu emas! Dan kenaikan harga hanya dalam kelipatan ratusan saja!"     

"Dua ribu emas!"     

Andrea menahan napas beberapa detik mendengar suara lantang dari arah kamar VIP entah.     

"Dua ribu dua ratus!"     

"Aku harus dapatkan ini! Dua ribu lima ratus emas!"     

"Kumohon biarkan aku memenangkannya! Ibuku sedang sakit keras! Dia butuh pil ini! Tiga ribu emas!"     

Namun, pengunjung lain tidak peduli apakah ibu orang itu akan mati atau sekarat. Suara penawaran masih terdengar di berbagai sudut, hingga akhirnya terjual dengan harga sembilan ribu batu emas!     

Andrea mulai kipas-kipas menggunakan tangannya dengan raut sumringah. Dia tidak percaya ternyata dia bisa mudah mendapatkan uang hanya dari membuat pil saja. "Ternyata tidak sia-sia aku bergelut di dunia alkimia, yah!"     

Rogard mengangguk. "Nona harus tau, bahwa status seorang alkemis itu sangat prestisius dan terhormat di dunia dulunya. Seorang alkemis mudah menjadi kaya raya melebihi raja."     

"Waow!" Andrea takjub. Ternyata status seorang alkemis begitu dihargai di manapun di jaman dulunya. "Tapi kenapa sekarang jarang ada alkemis, Ro?"     

"Karena banyak alkemis yang dibunuh ketika terjadi perebutan alkemis di antara klan-klan besar di dunia manapun. Klan yang berhasil mendapatkan alkemis harus menjaga ketat alkemis dia agar tidak dibunuh klan lain yang gagal mendapatkannya." Rogard memaparkan kisah hitam perburuan alkemis hanya karena rasa iri dan persaingan antar klan.     

"Terlalu banget kalo ampe gitu aja bikin alkemis jadi punah sekarang!" Andrea menggertakkan giginya. Apakah ini artinya dia bakalan diburu juga jika dia menolak sebuah klan?     

"Apalagi... formula pil ikut menghilang dengan tiadanya alkemis. Sehingga formula pil merupakan benda yang sangat berharga pula di dunia sekarang. Dulu di era Nona Frega, banyak alkemis yang dituduh sebagai penyihir jahat dan mereka dibantai habis." Mau tidak mau, Rogard harus menyebutkan kembali sang mantan tuan yang telah tiada dengan kisah tragisnya.     

"Kuharap, aku tidak diburu hanya karena aku ini alkemis meski otodidak." Andrea mengeluh pelan.     

Dante menoleh ke arah nona Cambion. "Tak usah ketakutan, bocah. Ada aku dan yang lainnya yang akan selalu melindungimu."     

Andrea tersenyum hangat pada lelaki Nephilim di sisinya.     

"Nah! Nah!" Suara Jazie kembali berkumandang lantang di panggung. "Karena tadi persaingan mendapatkan Pil Jiwa Dewa sangat sengit di antara Anda semua, dan berhasil dimenangkan oleh Tuan di kamar VIP enam, maka tidak ada salahnya jika sekarang kami keluarkan satu lagi Pil Jiwa Dewa!"     

Suasana langsung gempar.     

"APA?!"     

"Astaga! Ternyata masih ada lagi?!"     

"Akhirnya! Mungkin ini kesempatan untuk aku!"     

"Brengsek! Jika tau itu ada dua, aku takkan gila-gilaan menawar sampai sembilan ribu emas!" keluh seseorang di kamar VIP enam yang tadi sudah memenangkan pil pertama.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.