Devil's Fruit (21+)

Meraih Inti Kristal Idaman



Meraih Inti Kristal Idaman

0Fruit 257: Meraih Inti Kristal Idaman     

Andrea heran sekaligus takjub ketika dia merasakan kedua elemen kuat yang menyelubungi pedang-pedang misterius itu. Ia menoleh ke Rogard. "Ro, gimana menurut kamu pedang-pedang ini?" Ia ingin tau apakah Rogard bisa merasakan jiwa pedang di dalam kedua pedang tersebut.     

Rogard menoleh dan Dante melirik. Ia heran kenapa Andrea lebih banyak bergantung kepada Rogard dalam banyak hal ketimbang kepada dirinya saja? Dante bertanya-tanya apakah dia tidak cukup kompetibel bagi Andrea?     

Sementara Dante sedang berkutat dengan pemikiran ajaib cemburu tak jelas dia begitu, Rogard sudah menyentuh pedang biru pucat. Ia segera menarik tangannya kembali, sama seperti Andrea tadi.     

"Gimana, Ro?" tanya Andrea menunggu opini Rogard.     

"Hm... pedang ini... sangat kuat elemennya, Nona. Jika tangan saya masih di atasnya, tidak terasa apa-apa, tapi begitu tangan saya menyentuh itu, dia langsung menyemburkan hawa sedingin es yang sangat kuat seolah menolak saya." Rogard berargumen. Dia tidak berbohong. Pada kenyataannya memang demikian.     

"Coba yang ini sekarang." Andrea sudah menjajal menyentuh pedang merah itu dan memang terasa ada semburan elemen api namun tidak seberingas pedang biru. Apakah karena dia juga berlemen api?     

Rogard meletakkan tangannya di udara, di atas pedang merah, tidak terasa apa-apa, namun begitu dia menyentuh sedikit pedang itu, seketika tangannya bagai disengat api yang tajam. Ia buru-buru menarik tangannya lagi. "Nona, yang ini juga sama saja."      

Andrea  menatap putus asa ke dua pedang itu. Kenapa dia se-apes ini membeli dua pedang mahal yang pada akhirnya cuma hanya bisa dilihat, namun tidak bisa disentuh. Apa-apaan itu?! Buang-buang uang saja.     

"Hei Nona, jangan putus asa pada kami!" Tiba-tiba terdengar lagi suara dalam pikirannya. Andrea yakin seratus persen bahwa itu adalah si pedang yang berbicara.     

Nona Cambion pun mengeluarkan lagi kekuatan Razum dia agar bisa berkomunikasi dengan si pedang yang menyusahkan. "Kau udah aku beli mahal-mahal, tapi kalian malah kagak mau dipegang. Trus maunya apa, sih?"     

"He he... maaf, Nona, bukan maksud kami untuk berlagak ganas, tapi... kami masih ingin membebaskan sedikit aura kami karena kami sudah terlalu lama disimpan."  Pedang itu menyahut, entah yang mana, Andrea tidak tau, dan tidak ingin tau juga.     

"Bodo amat, dah! Pokoknya, kalo ampe ntar pulang kalian masih aja ogah dipegang, mendingan aku buang aja kalian di tong sampah! Biar ditumpukin ama sampah bau busuk, biar kalian mikir sebelum merugikan orang yang udah nolong kalian. Beuh!" Andrea tidak menahan-nahan rasa kesalnya menggunakan kekuatan pikiran yang ditransmisikan ke pedang di hadapannya.     

"Arrghh... Nona, kau ini kenapa terlalu mudah marah? Jangan lekas tersinggung hanya karena kami... sedikit ingin berkenalan denganmu, he he..." Pedang itu mendadak ciut begitu Andrea mengumandangkan ancaman mengenai tong sampah.     

Bagaimana pun juga tidak ada makhluk hidup yang ingin dibuang ke tempat sampah, berkumpul dengan banyak barang busuk dan bau lainnya. Namun, apakah mereka benar-benar makhluk hidup?     

Andrea memutar bola matanya. "Sedikit berkenalan, katamu, heh? Dih! Kalo tau gini, mendingan tadi kagak aku beli, deh! Bikin menyesal aja kalo gini."     

Dan setelahnya, Andrea tidak menggubris lagi ucapan pedang itu di kepala dia. Nona Cambion memilih untuk kembali menikmati acara pelelangan.     

Kali ini, barang yang dikeluarkan adalah inti kristal api yang diidam-idamkan Kuro. Bocah manis itu pun lekas berseru penuh semangat.     

"Ayo, Yah! Cepat belikan itu! Belikan itu untukku!" Kuro menggoyang-goyangkan lengan baju ayahnya.     

Raja Naga Iblis Heilong antara bingung tapi juga senang karena merasa dia berguna untuk sang anak. "Iya, Nak, iya... pasti akan Ayah menangkan untukmu. Kau duduk tenang saja dan lihat aksi ayahmu ini, ya!"     

Kuro kembali duduk dan asik menggoyang-goyangkan ekor ular dia yang mengambang di udara ketika duduk di kursi. "Kristal api... kristal api..." Bahkan dia bisa membuat lagu aneh hanya dengan lirik 'kristal api'.     

Dari situ terlihat jelas betapa Kuro sangat menginginkan kristal api di atas panggung pelelangan.      

"Lihat! Ini adalah sebuah inti kristal api yang sangat besar, kau setuju yang kukatakan, bukan, Feriz?" Jazie bertanya kepada rekan host-nya dengan maksud memancing minat pengunjung pelelangan.     

Feriz yang seksi segera menatap ke inti kristal merah membara yang berukuran sebesar bola basket itu dengan tatapan takjub. "Wuaahh! Ini benar-benar inti kristal yang sangat, sangat besar yang pernah aku lihat! Luar biasa pasti jika kita menelan atau menyerap energi di dalamnya, Jazie!"     

Memang itu hanya akting mereka, tapi tetap saja terlihat menghibur. Paviliun Anggrek Putih ini sungguh tau bagaimana membuat mata pengunjung betah menatap ke panggung.     

"Oh, tentu saja, Feriz! Inti kristal ini disinyalir didapat dari hewan iblis gajah bulu api. Paviliun sangat beruntung mendapatkannya ketika gajah itu sudah tergeletak di tanah setelah pertempuran dengan hewan iblis lainnya. Mungkin jika ini diserap oleh siluman tingkat rendah, dia akan bisa menerobos ke tingkat tinggi dalam sekali jalan!" Jazie mulai berpromosi.     

"Kau tidak mengada-ngada, kan Jazie?! Dari siluman tingkat rendah langsung ke tingkat tinggi hanya dengan menyerap inti kristal ini?!" Feriz membolakan matanya yang indah.     

Jazie mengangguk tegas. "Tentu saja aku sangat serius mengenai ini! Tapi... tentu saja ini semua tergantung pada tingkat bakat dan kejeniusan siluman yang mengonsumsinya."     

Feriz segera mengumandangkan harga pertama untuk inti kristal tersebut. "Yeah, Anda semua sudah mendengar kehebatan efek dari inti kristal api istimewa ini. Kami akan membuka harga di seratus batu emas, atau sepuluh ribu batu perak, atau lima puluh ribu kristal menengah!" teriaknya lantang menyebutkan harga dasar kristal api tersebut.     

Banyak orang yang segera menyerukan penawaran mereka. Ini karena mereka mempunyai anak yang ingin lekas ditingkatkan level kekuatannya. Mereka ingin anaknya segera menjadi jenius hanya dengan menyerap inti kristal api itu. Tentu saja hanya para keluarga yang berelemen api saja yang ikut menawar.     

"Seratus lima puluh emas!"     

"Dua ratus lima puluh emas!"     

"Kalian lebih baik menyerah. Empat ratus batu emas!"     

"Hei, kau kira aku tidak sanggup? Enam ratus batu emas!"     

"Kumohon biarkan anakku memiliki kristal itu! Delapan ratus emas!"     

Terdengar berbagai seruan para orang tua yang bersaing mengeluarkan harga yang lebih tinggi. Sementara itu di kamar VIP nomer satu, Raja Naga Iblis Heilong masih tenang dan diam, seakan tidak terganggu dengan hiruk pikuk di bawah sana.     

Kuro mulai gelisah. "Ayah! Kenapa kau belum menyebut harga?! Bagaimana nanti apabila kita kalah dan inti kristal itu jatuh ke tangan orang lain, Yah?!"     

Raja Naga Iblis Heilong masih tidak bergerak, tetap duduk tenang sambil melipat kedua lengan di depan dada. "Tenang saja, Nak. Kau cukup duduk dan melihat saja aksi Ayah nanti."     

"Huh! Ayah bicara berulang-ulang membuatku bosan dan marah saja! Pokoknya aku tidak mau tau! Jika kristal api itu jatuh ke tangan orang lain, Ayah HARUS merebutnya untukku!"     

Raja Naga Iblis Heilong menghirup napas dingin. Kenapa anaknya begitu keras kepala dan sewenang-wenang begitu? Ia tanpa sadar melirik ke Andrea seakan mempertanyakan pengajaran seperti apa sehingga Kuro sangat egois dan tidak masuk akal seperti itu.     

Andrea merasakan lirikan Raja Naga Iblis Heilong dan mendekat ke Kuro sambil berkata pelan. "Kuro sayank, ayah kamu itu sengaja diam agar semua orang puas mengeluarkan harga. Nanti, jika mereka semua sudah lelah dan tidak ada yang berani menaikkan harga, barulah ayah kamu bicara dan mendapatkan kristal itu untuk kamu."     

Kuro menoleh ke ayahnya. "Apa benar seperti yang diucapkan Mama?"     

Raja Naga Iblis Heilong hanya memberikan senyum tipis tanpa menjawab.     

Tepat ketika Feriz sudah akan mengetukkan palu lelang di harga seribu delapan ratus batu emas, Raja Naga Iblis Heilong mulai mengambil lempengan giok untuk bicara. "Dua ribu emas!"     

Seketika, aula pelelangan gempar karena penawaran di detik-detik terakhir yang sangat fantastis. Strategi Raja Naga Iblis Heilong tepat seperti yang dikatakan Andrea tadi. Kuro sampai menjerit penuh gembira.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.