Devil's Fruit (21+)

Perebutan Sengit Untuk Dua Pedang Misterius



Perebutan Sengit Untuk Dua Pedang Misterius

0Fruit 256: Perebutan Sengit Untuk Dua Pedang Misterius     

Andrea menatap intens kedua pedang yang diletakkan pada sebuah rak kayu tunggal secara horisontal. Ia ingin memastikan apakah benar kedua pedang itu yang sungguh berbicara di dekat telinga dia terus menerus.      

Akhirnya, karena suara itu makin tidak sabaran, Andrea mencoba menggunakan kekuatan Razum sembari dia menyentuh kalung merah di lehernya. Diharapkan dengan begitu, dia bisa berkomunikasi dengan suara tersebut.      

"Apakah kalian kedua pedang di panggung pelelangan?" tanya Andrea di dalam hatinya.      

"Benar. Ayo, cepat tawar kami! Cepat!" Suara itu mirip suara wanita, tapi juga mirip suara pria.      

Andrea terkejut meski dia sudah mengantisipasi kenyataan bahwa itu benar-benar suara dari pedang di panggung pelelangan. Tapi jika mendengar sendiri dari yang bersangkutan tetap saja mengejutkan. "Hei, kenapa aku harus beli kalian?"      

"Sudah, jangan banyak tanya dan lekas menawar!" Suara itu makin panik karena sudah ada beberapa orang yang mulai menawar.      

"Sepuluh batu emas!"      

"Dua puluh emas!"      

"Dua puluh delapan batu emas!"      

Andrea tercengang. Harga kedua pedang sudah mencapai nominal puluhan batu emas. Haruskah dia menuruti pedang itu dan ikut menawar?      

"Tiga puluh batu emas!"      

"Tiga puluh satu batu emas!" Akhirnya Andrea ikut menawar. Tapi dia tidak begitu yakin apakah dia akan berhasil memenangkan lelang yang ini.      

Dari arah kamar VIP nomer dua, terdengar suara. "Tiga puluh lima batu emas!" Rupanya Tuan Muda Regan berniat bersaing dengan Andrea. Dia masih dengki akibat tidak bisa masuk ke kamar nomer satu.      

"Nona, cepat berikan tawaran lebih tinggi dari orang itu!" Suara dari pedang itu kembali terdengar. "Nona kau takkan rugi jika memiliki kami!"      

Andrea mengerang lirih dan kembali bersuara. "Empat puluh batu emas!"      

Tuan Muda Regan tidak mau kalah. "Lima puluh batu emas!"      

Sesudahnya, hening dari arah kamar VIP nomer satu. Tuan Muda Regan tersenyum penuh kemenangan. "Huh! Ternyata uangmu hanya segelintir itu saja!" ejeknya dari kamar nomer dua dia.      

"Benar-benar tidak tau malu." Nona Aiko menyambung ucapan kekasihnya. "Orang miskin tapi berlagak kaya! Sia-sia kamar nomer satu diberikan pada dia! Dasar gadis melarat. Jangan-jangan dia menjual tubuhnya ke Master Paviliun Anggrek Putih, sayank..."      

"Huh! Bisa jadi. Tidak heran dia diberi kamar VIP nomer satu! Dasar wanita murahan." Tuan Muda Regan makin menjadi menghina Andrea.      

Nona Cambion pun panas seketika. Ia menggerakkan giginya sambil berseru ke lempengan giok. "Seratus batu emas!" Dia tidak rela dirinya dihina begitu rendah. Menjual tubuhnya hanya untuk mendapatkan kamar VIP nomer satu ini? Dalam satu juta tahun lagi pun itu takkan terjadi!      

Kini, usai Andrea memberikan penawaran setinggi itu, keadaan menjadi hening di area pelelangan. Beberapa pengunjung mulai menengok ke arah lantai atas untuk menerka-nerka kira-kira siapa yang berada di kamar VIP nomer satu yang memberikan penawaran tinggi untuk pedang es dan api misterius.      

Bahkan, kamar nomer dua tidak terdengar lagi suaranya. Kini ganti Andrea yang berujar pongah. "Halah! Ternyata kemampuan anak kepala desa cuma segitu doang. Idih!"      

Andrea sengaja mengeraskan suara dia agar terdengar hingga ke kamar sebelah. Di sebelah, Tuan Muda Regan mengamuk dengan menendang dan melemparkan berbagai benda yang ada di kamar itu.      

"Seratus batu emas pergi satu kali." Suara Feriz mulai membahana. "Seratus batu emas pergi dua kali! Seratus batu emas pergi ti-"      

"Seratus sepuluh batu emas!" Terdengar seruan dari kamar nomer dua.      

Andrea yang ingin menjatuhkan Tuan Muda Regan yang sombong pun dengan santai mengucapkan, "Seratus delapan puluh batu emas."      

Tuan Muda Regan menggigit kuat geraham dia. Cakar panjang dia mulai keluar. Tangannya berubah menjadi tangan serigala. Aiko yang ada di samping dia pun segera menenangkan. Siluman Hyena itu mengelus punggung Regan berulang kali.      

"Tawar lagi lebih tinggi, sayank! Akan aku bantu dengan uangku!" Aiko mendukung kekasihnya. Bagaimanapun, dia tidak ingin melihat sang kekasih marah atau kecewa.      

"Bagus!" Tuan Muda Regan menyeringai puas. "Dua ratus batu emas!"      

"Tiga ratus..." sahut Andrea dengan mudahnya seakan jumlah seperti itu hanyalah jumlah main-main saja. Bukan sesuatu yang akan dia pandang serius.     

"Tiga ratus dua puluh batu emas!" Regan belum ingin menyerah.      

"Empat ratus..." sahut Andrea kalem.     

Regan menggebrak mejanya. Dia tidak bisa menawar lebih tinggi lagi karena uang dia dan uang Aiko tidak lebih dari empat ratus batu emas. Mereka tidak mungkin nekat menawan lebih tinggi dan hanya akan membayar setelah pelelangan usai.      

Tidak. Tidak bisa begitu. Sistem pelelangan ini adalah membayar setelah barang dimenangkan. Jika tidak bisa mengeluarkan uang tersebut, maka pihak itu akan mendapatkan black list dari Paviliun Anggrek Putih. Itu bukan hal yang baik.     

Oleh karena itu, Tuan Muda Regan terpaksa menyerah dan membiarkan sepasang pedang jatuh ke tangan Andrea.      

Andrea tersenyum puas. Bukan karena dia berhasil memiliki dua pedang misterius, tapi karena sukses mengalahkan Regan dan bisa menampar Tuan Muda manja itu dengan nominal uang dia.      

"Ro, tolong siapkan dua ratus ribu kristal menengah. Kyu, tolong kau bantu Ro menghitung kristal." Andrea memberikan perintah halus ke Rogard dan Kyuna seraya menyerahkan kantong ruang pada keduanya.      

Di dalam kantong itu terdapat hampir satu juta kristal tingkat menengah yang telah dimasukkan Andrea dari hasil penjualan dasar tadi siang dan kristal dari alam Cosmo. Dia tidak memiliki batu emas, oleh karena itu, dia hanya bisa membayar menggunakan kristal.      

Rogard dan Kyuna lekas menghitung kristal. Bahkan, Kuro dan Shiro sekarang ikut membantu pula. Sedangkan Raja Naga Iblis Heilong menawarkan untuk memberikan bantuan dua ratus batu emas, namun Andrea menolak. Ia ingin memakai uangnya sendiri.     

"Paman, lebih baik Paman Heilong gunakan uang emas Paman untuk membeli kristal api istimewa untuk Kuro." Andrea menghargai niat baik Raja Naga Iblis Heilong, tapi dia enggan banyak berhutang pada siapapun, terutama hutang uang. Itu hal yang teramat sensitif bagi Andrea.      

Raja Naga Iblis Heilong tidak bisa memaksa lagi dan hanya mengangguk sambil ikut membantu menghitung kristal sebelum pelayan paviliun datang memberikan dua pedang disertai menagih uang pembayaran.      

Andrea tidak terlalu merasakan sakit di hatinya akibat mengeluarkan banyak inti kristal. Toh nanti akan terganti lebih banyak ketika pil-pil dia berhasil meraup banyak keuntungan, tidak lama lagi.      

Penghitungan selesai tepat ketika seorang pelayan masuk ke dalam kamar VIP yang ditempati kelompok Andrea membawa dua pedang.      

Andrea menyerahkan kantong berisi dua ratus ribu kristal menengah ke pelayan. "Hitunglah dulu sebelum keluar dari sini." pintanya pada pelayan tersebut. Dia tidak mau dirugikan secara tidak adil jika nantinya dia dikatakan tidak memberi jumlah yang sesuai.      

Lantas, pelayan itu pun duduk di sudut ruangan sambil tekun menghitung.      

Sementara itu, Andrea memegang pedang api. Dia bisa merasakan kekuatan elemen api yang amat besar dari pedang tersebut. Dan ketika tangan dia menyentuh pedang es, seketika itu juga hawa dingin beku es menyerbu telapak tangannya, membuat Andrea cepat-cepat menarik tangan dari pedang biru pucat itu.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.