Devil's Fruit (21+)

Suara Aneh



Suara Aneh

0Fruit 255: Suara Aneh     

Setelah semua kursi penuh terisi, acara pelelangan pun dimulai. Walau begitu, masih ada banyak orang yang masih berada di luar tidak berhasil masuk. Mereka tidak beranjak dan rela berdiri di luar untuk mengikuti jalannya pelelangan.      

Acara dimulai dengan masuknya seekor siluman kucing yang cantik dan imut. Di kepalanya terdapat telinga kucing berwarna putih bersemu merah muda, menambah keimutan dia. Meski imut, siluman itu sudah berusia dewasa dan tubuhnya sudah menunjukkan kemolekan tubuh wanita muda yang matang.      

Banyak mata para lelaki yang terpukau akan pesona siluman kucing yang sore ini menjadi pembawa acara pelelangan. Mereka berdecak kagum dan sebagian lainnya meneteskan air liur penuh hasrat syahwat melihat tubuh sang siluman kucing.     

"Halo! Selamat sore kepada Tuan dan Nyonya semuanya di ruangan ini! Saya Jazie, pembimbing acara pelelangan ini. Saya percaya Anda semua sudah siap untuk membawa pulang banyak barang dari sini, karena barang-barang yang kami tawarkan tidak akan mengecewakan Anda! Karena kami adalah Paviliun Anggrek Putih yang selalu menjaga kualitas!"      

Siluman kucing bernama Jazie itu berujar menggunakan nada ceria dan centil namun tetap membuat siapapun nyaman mendengarnya.      

"Sebelum saya melanjutkan ke inti acara, perkenankan saya menghadirkan teman saya, Feriz yang akan menemani saya sore ini!" seru Jazie sambil mengundang rekan host dia ke atas panggung.      

Muncul sesosok wanita muda yang sepertinya adalah hewan iblis. Dia sangat cantik dan menggairahkan dengan lekukan tubuh yang terbalut busana tipis menerawang menggoda hasrat para lelaki. Dadanya sangat penuh hingga sepertinya busananya hampir robek karena ditekan dada besar menggiurkan itu.      

"Halo, saya Feriz, akan menemani Jazie untuk membantu Anda semua dalam memilihkan barang terbaik dari kami yang pantas untuk Anda bawa pulang." Feriz melenggang penuh gemulai di atas panggung, kontras dengan gaya centil ceria Jazie.     

"Waow!" seru Andrea. "Dapat dua host yang super hot! Kalian para lelaki pasti terhibur sepanjang acara ini." Dia melirik ke Dante dan beberapa lelaki dalam anggota kelompoknya.      

"Jangan bicara seenaknya, Andrea. Siapa yang kau maksud terhibur? Aku tidak merasa demikian." Dante menyahut.      

"Benar." Noir menambahkan. "Aku juga tidak merasa dihibur dengan adanya mereka. Mungkin hanya Gazum yang merasa demikian."      

Kyuna terkikik geli. Itu karena Gazum adalah sosok lajang tua yang ternyata belum pernah memiliki istri. Rajawali itu hanya beberapa kali saja mengenal wanita dan sudah lama melajang beberapa ratus tahun ini.      

"Mungkin Ro?" Andrea menoleh ke Rogard yang tenang.     

Rogard menjawab. "Saya tidak tertarik dengan wanita seperti mereka, Nona."      

Kyuna melirik Rogard yang duduk di sebelahnya sambil menyodok lengan pria jiwa pedang tersebut. "Benarkah? Lalu... Wanita seperti apa yang membuat kamu tertarik, Tuan Ro?" goda Kyuna, memancing Rogard yang jauh lebih amatir dibandingkan Gazum.      

Rogard membalas lirikan Kyuna. "Mungkin wanita yang pemberani dan tidak kenal takut."      

Mereka saling bertatapan beberapa saat. Rogard dan Kyuna, sebelum akhirnya Kyuna mengalihkan pandangan karena grogi sendiri.      

Andrea menangkap gelagat itu dan tersenyum kecil.     

Di bawah sana, di atas panggung, Jazie dan Feriz sudah mulai memperkenalkan sebuah barang yang dibawa oleh pelayan.      

"Nah, ini adalah pisau terbang milik Raja Siluman Troga. Sebelum Beliau meninggal, Beliau mengubur pisau terbang ini di sebuah rawa keramat. Beruntung kami berhasil mendapatkan pisau hebat ini." Suara Jazie mulai bersemangat menjelaskan sebuah barang.      

"Benar!" Feriz menyambung. "Pisau terbang milik mendiang Raja Troga mampu menembus armor baja apapun! Dan konon juga bisa menembus dinding bata setebal satu meter!"      

"Tidak hanya itu saja, Feriz, pisau terbang ini juga bisa menebas bukit kecil." Jazie kembali menyambungkan ucapan rekan host-nya.      

"Kau tidak sedang bercanda, kan Jazie?"      

"Tentu tidak! Pisau terbang milik Raja Siluman Troga sangat khas dengan ukiran kepala harimau berwarna hitam yang terdapat di bilah pisau. Kau boleh melihatnya untuk memastikan barang hebat ini!"      

Feriz berlagak meneliti pisau terbang itu dan berseru. "Itu benar! Ada ukiran kepala harimau berwarna hitam di masing-masing bilahnya!"      

Jazie tersenyum dan berkata, "Apakah ada di antara pengunjung yang ingin meneliti pisau terbang ini? Kami tidak ingin dikatakan curang."      

Lalu, ada seorang pengunjung yang menyatakan dirinya adalah kerabat dekat Raja Troga. Dia naik ke panggung dan meneliti pisau terbang itu. "Benar! Ini pisau terbang milik Baginda Troga. Tidak salah lagi! Tidak kusangka Paviliun Anggrek Putih menemukan pisau-pisau milik Baginda Paman Troga."      

Pengunjung mulai saling berbisik. Dengungan bagai lebah terdengar di seantero ruangan.      

"Baiklah, karena ini benar-benar pisau terbang milik Raja Siluman Troga, maka kami akan membuka dengan harga lima batu emas atau dua ribu lima ratus kristal menengah!"      

"Enam batu emas!"      

"Delapan!"      

"Sepuluh batu emas!"      

"Lima belas!"      

"Dua puluh lima emas!"      

Setelah itu, tidak terdengar lagi penawaran selanjutnya dari pengunjung.     

"Baiklah! Dua puluh lima batu emas pergi sekali! Dua puluh lima batu emas pergi dua kali..." Suara Jazie lantang menyebutkan harga tertinggi terakhir yang disebutkan pengunjung tadi. "Dua puluh lima batu emas pergi tiga kali!"      

Tokk! Tokk! Tokk!      

Palu pelelangan dipukulkan pada kayu khusus di atas mimbar kecil di atas panggung.      

Kemudian, muncul barang kedua. Itu adalah sebuah jimat yang bisa menyembunyikan sosok bagai menghilang tanpa jejak. Benda itu terjual dengan sepuluh batu emas.      

Lalu berbagai barang terus dimunculkan di atas panggung. Hingga sepasang pedang di bawa ke panggung.      

Pedang itu berwarna merah terang dan biru pucat. Itu jenis pedang Tiongkok yang berbentuk lurus dan elegan. Sarungnya terhiasi dengan berbagai ukuran dan batuan berkilau seperti permata.      

Andrea menatap acuh tak acuh pada kedua pedang tersebut. Namun, samar-samar dia mendengar suara yang berkelebat di sekitar telinganya. "Dapatkan kami, lekas dapatkan kami..."        

Nona Cambion menoleh ke kanan dan kiri, mengira itu adalah suara dari anggota kelompok dia. Siapa tau ada yang iseng menggoda dia. Tapi, ternyata semua anggota kelompok Andrea masih fokus menatap ke panggung pelelangan. Mereka semua menutup mulut, tidak ada yang seperti berbicara. Sedangkan suara itu terus berkumandang di dekat telinga Andrea.      

"Kalian..." Andrea tampak ragu untuk bertanya.      

"Ada apa, Ma?" Kuro bertanya balik ke mamanya.      

"Anu... Kalian dengar suara aneh gitu, gak?"      

"Suara aneh?" Kyuna ikut menoleh ke Andrea seperti Kuro. "Suara aneh yang seperti bagaimana, Noni Putri?"      

Sekarang, Andrea yang kebingungan menjelaskan. Apakah hanya dia yang bisa mendengar suara itu?      

"Nonaku, kau tidak apa-apa?" Sabrina memanggil Andrea yang terlihat linglung.      

"Oh... Umm... iya, gak napa-napa, kok!" Andrea terpaksa berbohong agar kelompoknya tidak khawatir. Namun, suara itu tidak berhenti dan terus terdengar.      

"Lekas beli kami... Lekas dapatkan kami... Hanya kau yang kami harapkan... Ayo, cepat! Jangan sampai kami jatuh ke tangan pihak lain!"      

Andrea tertegun. Apakah... kedua pedang itu yang sedang berbicara padanya saat ini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.