Devil's Fruit (21+)

Menjual Pil



Menjual Pil

0Fruit 251: Menjual Pil     

Andrea dan Rogard sampai di sebuah tempat yang memang adalah sebuah paviliun besar. Di sana, acara pelelangan akan diselenggarakan nanti sore. Masih ada beberapa jam lagi sebelum acara dimulai.     

"Nona, apa keperluan Anda di sini?" tanya salah satu penjaga paviliun ketika Andrea hendak melangkah masuk ke dalamnya.     

"Aku ingin menjual suatu barang untuk acara pelelangan nanti sore. Kepada siapa aku harus mencari untuk keperluan ini?" Andrea menatap kedua penjaga itu. Dia termasuk sangat awam dengan hal pelelangan.     

"Andrea." Tiba-tiba terdengar transmisi suara dari Dante melalui Anting Linux.     

Gadis Cambion pun menekan Anting Linux merah dia dan menjawab. "Ada apa, Dan?"     

"Kamu di mana? Masih di Cosmo?"     

"Enggak. Udah keluar."     

"Apa sekarang kamu di penginapan?"     

"Emm... enggak juga, sih?"     

"Lalu di mana?"     

"Di Paviliun Anggrek Putih, tempat acara pelelangan ntar."     

"Untuk apa datang ke sana di jam sekarang? Bukannya acara itu nanti sore?"     

"Umm... mendadak aku kepingin ngejual beberapa pil aku makanya aku mo coba tawarin ke mereka ini."     

"Ya sudah, aku akan menyusul kamu di situ. Jangan kemana-mana."     

"Kagak usah, woi! Ini udah ada Ro di sini. Kamu lanjutin jalan-jalan aja, gih!"     

"Yakin tidak akan berbuat sembrono di sana, Andrea?"     

"Haiihh! Kagak, kagak! Udah, pokoknya kamu terima beres aja, okei?!"     

Kemudian transmisi pun disudahi.     

"Nona, masih ingin menjual barangmu ke kami?" tanya penjaga itu setelah Andrea selesai bicara dengan Dante melalui Anting Linux.     

Andrea tersadar dan mengangguk. "Oh, iyalah! Masih, tentu saja! Jadi, bisa bawa kami ke orang yang mengurus soal ini?"     

Penjaga itu mengangguk sekali dan mempersilahkan Andrea dan Rogard untuk masuk ke dalam paviliun. "Silahkan ikut kami, Nona dan Tuan."     

Andrea dan Rogard pun berjalan memasuki Paviliun Anggrek Putih.     

Mata gadis Cambion menatap sekeliling bangunan yang terlihat kokoh dan megah itu. Ini persis seperti bangunan Tiongkok kuno yang banyak memakai batu untuk bahan dinding dan lantainya, dan ada banyak unsur kayu di seluruh bangunan ruang.     

Mereka berdua dibawa ke sebuah gazebo yang berada di tengah kolam teratai besar. Gazebo itu sangat indah dan penuh nuansa oriental, nuansa klasik Asia Timur yang khas.     

"Silahkan tunggu manajer kami dulu di sini. Kami akan memberitahukan kedatangan Anda berdua kepada Beliau." Penjaga itu berwujud manusia, meski sepertinya bukan manusia asli. Mungkin iblis tingkat rendah atau hewan iblis.     

Andrea mengangguk dan membiarkan penjaga itu berlalu. Dia mengedarkan pandangan ke arah kolam teratai yang asri. Ada banyak teratai yang sudah bermekaran, indah dan besar. "Suasana di sini enak banget, yah Ro."     

"Iya, Nona." Rogard duduk di salah satu bangku yang ada di gazebo.     

Andrea yang tadinya berjalan mengelilingi gazebo, akhirnya ikut duduk pula di bangku berwarna merah terang. "Kalo Cosmo dikasi kayak gini, kira-kira kamu setuju, gak Ro?"     

"Terserah Nona saja. Saya akan selalu setuju apapun yang Nona dan Tuan kehendaki."     

Andrea mencibirkan bibir. Rogard memang susah diajak berdiskusi, karena pasti akan langsung main setuju saja. "Kalo gitu, bahan-bahan apa aja yah untuk bikin ginian?"     

"Semen, batu, kayu, benih teratai dan genteng tanah liat." Jawaban Rogard sangat padat.     

Andrea sudah ingin menanggapi ucapan Rogard ketika dia melihat seorang manusia tua yang berjenggot putih melambai dengan pakaian ala orang Tiongkok kuno, datang menghampiri ke gazebo mereka. "Apakah kalian yang hendak menjual beberapa barang ke pelelangan?"     

"Betul," Andrea mengangguk.     

"Nama saya Huo Wei. Saya manajer yang mengurusi pelelangan, sekaligus juru taksir." Lelaki tua itu memperkenalkan diri. "Silahkan duduk, Nona." Ia mempersilahkan Andrea untuk kembali duduk dan dia juga duduk di seberang Andrea.      

Andrea menyahut. "Salam, Tuan Huo Wei. Aku Andrea, dan ini asisten aku Rogard. Aku bermaksud menjual beberapa pil yang aku buat. Harap Tuan Huo Wei menaksir apakah pil buatanku pantas dijual di pelelangan Tuan." Dia mengeluarkan sebuah kotak kayu kecil dari cendana dan menaruhnya di atas meja.     

Manajer Huo Wei pun membuka kotak kayu cendana itu dan melihat ada empat pil di sana. Itu adalah dua Pil Anti Racun dan dua Pil Jiwa Dewa. Mata Manajer Huo Wei berbinar sambil mengangkat salah satu pil untuk dia periksa. "Ya Dewa! Apakah ini... Pil Jiwa Dewa?!" Pandangannya tidak lepas dari pil itu.     

"Betul, Tuan Huo Wei. Itu adalah Pil Jiwa Dewa yang aku buat sendiri." Andrea merasa sepertinya pil dia dihargai jika melihat reaksi dari Manajer Huo.     

Manajer Huo Wei pun tersenyum kecil dan mulai membaui pil itu untuk memastikan kemurnian pil tersebut. "Ini benar-benar Pil Jiwa Dewa yang bagus! Ini... tingkat kemurniannya bahkan tinggi! Sekitar sembilan puluh satu persen, Ya Dewa! Tidak kusangka masih ada yang bisa membuat pil ajaib ini!"     

Andrea sudah membayangkan keuntungan besar yang akan dia dapatkan nantinya. "Bagaimana, Tuan Huo Wei? Apakah pil itu bisa ditaruh di pelelangan?     

"Tentu bisa! Sangat bisa!" Manajer Huo tertawa senang. "Apakah kau punya banyak pil ini?" Ia bertanya penuh antusias ke Andrea. Dia tidak menyangka manusia seperti Andrea sanggup membuat Pil Jiwa Dewa yang tingkat kemurniaannya mencapai sembilan puluh satu persen!     

"Emm... aku hanya punya enam. Bagaimana dengan itu? Kurang?" Andrea berbohong. Dia sebenarnya memiliki dua belas. Tentu saja dia tidak ingin menjual semuanya. Dia juga harus menyimpan beberapa untuk dia dan kelompoknya sendiri.     

"Enam!" Manajer Huo terkesiap. "Itu sangat lebih dari cukup! Ah, aku akan membayar dulu pil ini dan nanti setelah pelelangan selesai, kami akan memberikan pembayaran penuh atas hasil lelang yang didapat. Pil ini per biji akan aku hargai dua puluh ribu inti kristal menengah, bagaimana Nona?"     

Dua puluh ribu inti kristal level menegah! Andrea nyaris terengah-engah. Dan itu masih harga dasar saja! Jika keenam pilnya dibeli semua, maka dia langsung akan membawa pulang seratus dua puluh ribu inti kristal!     

Tapi Andrea terus berusaha mengendalikan dirinya. Ia tetap berusaha bersikap tenang dan terus tenang. "Baiklah. Lalu, berapa bagian yang akan aku dapatkan nantinya dari hasil lelang?"     

"Anda akan mendapatkan delapan puluh persen dari hasil lelang. Apakah itu baik - baik saja untuk Anda, Nona?" Manajer Huo memberikan kepastian. "Jadi... delapan puluh persen itu nanti akan dipotong dengan kristal yang sudah Anda dapat sekarang ini."     

Andrea menimbang - nimbang sejenak perkataan Manajer Huo. Delapan puluh persen. Apakah itu termasuk besar? Atau kecil? Tapi... meskipun itu kecil, toh dia bisa panen banyak inti kristal. Siapa tau pil dia akan laku sampai ribuan kristal per biji.     

"Baiklah. Aku setuju." Akhirnya Andrea mengangguk pada Manajer Huo.     

Manajer Huo tersenyum dan melambai ke salah satu penjaga yang berdiri tak jauh di sana. "Ia menyuruh penjaga untuk menghubungi Bendahara Paviliun Anggrek Putih menyiapkan seratus dua puluh ribu kristal menengah saat ini juga.     

"Tuan Huo Wei, bagaimana dengan Pil Anti Racun-ku? Itu adalah tingkat sempurna." Andrea mengingatkan.     

Manajer Huo mengangkat Pil Anti Racun yang disebutkan Andrea. Ia memeriksa dan mencium bau pil itu untuk memastikan kualitasnya. "Hmm... pil ini memang bagus, tapi tidak seistimewa Pil Jiwa Dewa. Apakah Anda bersedia menjual per biji seharga tiga ribu kristal menengah?"     

"Hanya tiga ribu saja? Bisa naik lagi?" Andrea agak kecewa.     

Selagi mereka berbincang mengenai Pil Anti Racun, penjaga itu kembali dan menyerahkan sebuah kantong ke Manajer Huo. Sang Manajer pun memeriksa isi kantong dan menyerahkan ke Andrea. "Ini seratus dua puluh ribu kristal menengah yang saya janjikan. Silahkan Nona hitung."     

Ternyata itu kantong ruang seperti RingGo milik Andrea. Gadis itu menyerahkan kantong ke Rogard untuk menghitung kristal di dalamnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.