Devil's Fruit (21+)

Menginap Lagi



Menginap Lagi

0Fruit 244: Menginap Lagi     

Rombongan Andrea menginap di sana hanya semalam saja karena mereka harus melanjutkan perjalanan.     

Mereka semua tidak mendapatkan halangan atau gangguan apapun dari para hewan iblis dan iblis biasa. Itu karena ada Raja Naga Iblis Heilong yang menyertai mereka.     

Aura dari Raja Naga Iblis Heilong cukup untuk membuat mereka semua tidak berani berbuat macam-macam. Apabila mereka berada di pasar pun para penjual yang mengenali aura Raja Naga Iblis Heilong segera memberikan barang dagangan mereka secara cuma-cuma.     

Tentu ini sangat menguntungkan bagi kelompok Andrea. Namun, mereka tidak berani bersuara menginginkan sesuatu meski ada Raja Naga Iblis Heilong di sekitar mereka.     

Bahkan Andrea yang biasanya senang mengambil keuntungan pun segan untuk meminta sesuatu atas nama Raja Naga Iblis Heilong. Kharisma sang Raja begitu menguar mendominasi mereka.     

"Apakah tidak ada kristal api yang sangat besar untukku?" Kuro bertanya pada salah satu pedagang dengan nada putus asa.     

"Maaf, Nak. Aku hanya memiliki kristal air saja yang berukuran paling besar." Penjual itu ikut kecewa sambil mengeluarkan sebuah inti kristal air sebesar bola voli.     

Kuro menatap pilu inti kristal yang disodorkan di depannya. "Selain bukan inti kristal api, itu juga kurang besar seperti yang aku inginkan..."     

"Aku benar-benar tidak punya kristal api saat ini." Pedagang itu menanggapi.     

Kuro menoleh ke ayahnya. "Aku ingin inti kristal api yang besar. Kemarin Shiro sudah dibelikan kristal petir yang besar sekali sampai dia hibernasi beberapa hari." Rasanya hanya sang anak saja yang berani meminta secara blak-blakan pada Raja Naga Iblis Heilong.     

Raja Naga Iblis Heilong bertanya ke pedagang tadi. "Apa kau tau di mana orang yang jual inti kristal api berukuran besar?"     

"Hamba minta maaf, Raja, teman-teman hamba lainnya tidak menyediakan inti kristal sebesar yang hamba miliki." Pedagang itu menundukkan kepala dalam-dalam karena tau siapa sosok yang di depannya.     

"Ya sudah. Aku akan mencari di tempat lain." Raja Naga Iblis Heilong pun mendesah ikut kecewa karena tidak bisa mengabulkan apa yang diinginkan anaknya.     

"Raja, jika Raja berminat, sebentar lagi akan diadakan sebuah pelelangan di kota ini. Siapa tau di sana ada inti kristal seperti yang diinginkan Tuan Putri..." kata pedagang itu sambil melirik ke Kuro. Dengan bocah hybrid hitam itu memanggil ayah ke Raja Naga Iblis Heilong, sudah bisa dipastikan apa status dari Kuro.     

"Pelelangan?" ulang Raja Naga Iblis Heilong. "Hmm... sepertinya menarik. Sudah lama aku tidak ikut pelelangan. Kapan itu diadakan?"     

"Dua hari lagi, Raja." Pedagang menjawab.     

"Bagus. Tidak perlu menunggu terlalu lama. Nah, kita akan mencari penginapan lagi sekarang sambil menunggu dua hari di sini. Kalian tidak keberatan, kan?" Raja Naga Iblis Heilong menoleh ke Andrea dan Dante yang dianggap sebagai pemimpin kelompok.     

"Tidak masalah. Lagi pula, kita juga tidak bisa kembali ke penginapan yang dulu karena sudah terlalu jauh." Dante mengangguk, menyetujui saran dari Raja Naga Iblis Heilong.     

Maka, diputuskan bahwa mereka akan mencari penginapan terdekat yang sekiranya tidak terlalu jauh dari tempat pelelangan diadakan.     

Berkat aura Raja Naga Iblis Heilong, mereka mendapatkan sebuah penginapan yang mempunyai rumah halaman sendiri yang bisa menampung semua anggota inti dari kelompok Andrea. Mereka tidak perlu berbaur dengan pengunjung lainnya.     

Rumah khusus itu mempunyai sepuluh kamar dan luas, sehingga Sabrina dan Noir yang bertubuh besar bisa leluasa di sana. Sementara Gazum, karena dia bisa menyusutkan tubuhnya seukuran burung elang biasa, maka tidak ada kesulitan untuk dia berada dalam satu kamar sendirian.     

Kali ini Kyuna menolak satu kamar dengan Andrea dan meminta sang Cambion tidur satu kamar dengan Dante saja.     

Sedangkan duo bocah hybrid masih satu kamar dengan ayahnya di kamar utama rumah itu yang paling besar dan nyaman.     

Para hewan menempati kamar sendiri-sendiri karena jumlah kamar sangat banyak. Hanya Andrea dan Dante, serta keluarga Raja Naga Iblis Heilong yang menempati kamar bersama.     

Andrea meletakkan sepatu bot dia di sebelah ranjang dan ingin mulai beristirahat ketika Dante menarik pinggangnya untuk memeluk dia. "Ada apa, sih Dan?" tanya Andrea bingung dengan sikap impulsif sang Nephilim.     

"Siapa tau kau kedinginan." Dante masih saja memberikan jawaban beraroma gengsi.     

Andrea mendengus geli mendengarnya. Jawaban itu terlalu jelas berbau kebohongan. Tapi dia tidak keberatan. Itu adalah keunikan Dante yang menurutnya manis. "Ya, ya, aku emang rada kedinginan." Ia menepuk-nepuk punggung Tuan Nephilim sembari membalas pelukan pria itu.     

"Apakah menurutmu Raja Naga Iblis Heilong akan tetap di pihak kita?" Dante mengatakan sambil mempererat dekapannya.     

Andrea menyamankan dirinya pada pelukan Tuan Nephilim. Ia tempelkan pipinya pada dada Dante yang sudah tidak memakai baju atasnya. Pria itu begitu kilat untuk urusan melepas baju. Untung saja dia masih menyisakan celana panjangnya. "Aku yakin sih kalo Raja Naga Iblis Heilong kagak bakal nyakitin kita, kecuali dia nekat pengin anak-anaknya ngamuk ke dia."     

Dante melonggarkan pelukan dan mengangkat dagu Andrea, menyatukan tatapan mereka sambil berujar, "Aku takut dia berbuat sesuatu yang mencelakaimu. Apalagi kalau dia mengetahui tentang Cosmo."     

Andrea senyum kecil sambil tepuk-tepuk lembut pipi Dante. "Aku yakin kok kalo dia bukan jenis orang yang serakah kayak si Yugho itu."     

"Yoghu, Andrea. Yoghu..." ralat Dante.     

Andrea putar bola matanya. "Bodo, dah! Mo Yoghu, kek... Yugho, kek... auk kagak minat inget-inget nama orang gak penting itu." Ia masih kesal pada Iblis rendahan Yoghu.     

Dante terkekeh lepas. "Akui saja kalau kau lupa nama dia. Jangan berkelit dengan alasan ini dan itu, bocah..."     

"Bodo amat, pokoknya bodo am-ummpphh..."     

Dante sudah menyumpal mulut Andrea dengan sebuah ciuman yang berlanjut dengan cumbuan lembut keduanya. Usai itu, ia menjalarkan bibirnya ke area leher sang Cambion. Andrea melenguh kecil.     

Ia mulai menikmati ciuman-ciuman lembut dari Dante sekarang ini. Ia lebih suka Dante bersikap lembut di alam nyata. Dan ia tidak keberatan dengan sikap agresif beringas Dante di alam mimpi.     

Saking menikmati cumbuan lembut Dante, hingga Andrea tidak sadar dia sudah diangkat dan direbahkan pelan-pelan ke ranjang besar kamar penginapan itu. Ia terus memejamkan mata, mempersilahkan Dante menarik lepas baju-bajunya.     

Namun, ketika Dante ingin menarik rok mini yang dipakai Nona Cambion, gadis itu menahan tangan Dante. Meski dia tidak keberatan Dante menjelajahi dada dan payudaranya sesuka sang pria, tapi Andrea belum memperbolehkan Dante menjamah area selatan tubuhnya.     

"Di mimpi aja, Dan..." bisik Andrea.     

Dante menelan kekecewaannya, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa selain mengangguk mengiyakan ucapan Andrea. Ia pastinya harus berpuas akan keputusan Andrea yang meminta ini diteruskan di alam mimpi.     

Bagaimanapun, ini adalah suatu yang termasuk langka setelah hubungan mereka meningkat lebih baik dari sebelumnya.     

Kini, Andrea tidak perlu menjebak atau menipu Dante lagi untuk ke alam mimpi. Dia akan dengan terang-terangan mengajak ke sana ketika hasrat Dante terlihat sudah memuncak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.