Devil's Fruit (21+)

Pecahan Jiwa yang Saling Beresonansi



Pecahan Jiwa yang Saling Beresonansi

0Fruit 238: Pecahan Jiwa yang Saling Beresonansi     

"Kuro?!" Andrea sampai tercengang kaget ketika jari sang raja naga terarah ke Kuro. "Inikah? Ini anak Baginda Raja?" Ia mengangkat Kuro yang kini sudah berada di bahu dia agar jelas apakah memang bocah hybrid itu yang dimaksud oleh Heilong.     

"Iya, dia. Tentu saja dia." Raja Naga Iblis Heilong mengerutkan keningnya, agak tidak suka pada pertanyaan Andrea. "Kau pikir anakku adalah yang itu?" Ia menunjuk ke arah Gazum yang diam tenang menapak di tanah.     

Andrea gelagapan. Bukannya dia ingin bertanya sesuatu yang kasar di mata Raja Naga Iblis Heilong. Duh, mungkin dia harus lekas bersiap-siap kabur ke alam Cosmo jika Raja Naga Iblis Heilong akan merebut Kuro dari mereka dengan kekerasan dan paksaan.     

"Kau... apakah kau ayahku?" Mendadak Kuro ikut berbicara ke Raja Naga Iblis Heilong tanpa terlihat rasa takut sedikitpun.     

"Ya, tentu saja aku ini ayahmu, bocah. Memang kau pikir siapa ayahmu, hm?" Raja Naga Iblis Heilong terlihat bangga dengan dirinya sendiri dan menaikkan dagunya sebagai tanda pongah secara alami karena status besar yang dia miliki.     

"Ayahku adalah Papa Dante! Dan ini Mama Andrea!" Kuro menunjuk ke Dante dan Andrea secara bergantian.     

Wajah Raja Naga Iblis Heilong mendadak kusam ketika mendengar ucapan Kuro. Jelas saja dia tidak suka jika anaknya malah mengakui orang lain sebagai orang tuanya. Siapapun akan mengiyakan pemikiran Raja Naga Iblis Heilong.      

"Kuro..." Andrea membisik ke anaknya yang dikhawatirkan akan membuat Raja Naga Iblis Heilong murka.     

"Mama... aku kan hanya berusaha berbicara jujur apa adanya saja. Bukankah Mama yang mengajari aku untuk selalu jujur?" Kuro balas menatap Andrea dengan pandangan tanpa dosa sama sekali.     

"Ehem!!!" Raja Naga Iblis Heilong berdehem agar dirinya kembali diperhatikan. "Jadi, kau yang merawat anakku selama ini, hai manusia?" Tatapan Raja Naga Iblis Heilong tajam ke Andrea. Hal itu membuat Dante bergerak makin merapat ke Andrea, khawatir jika gadis itu tiba-tiba diserang.     

"Iya, saya yang merawat Kuro dan Shiro." Andrea kembali mendongak untuk menjawab Raja Naga Iblis Heilong.     

"Ternyata benar ada dua!!!" Raja Naga Iblis Heilong tampak terkesiap mengetahui bahwa anaknya ternyata berjumlah dua. "Mana yang satu lagi?"     

"Hei, kau yang mengaku sebagai ayahku!" Kuro berteriak lantang. "Bisakah kau turun dan berubah jadi manusia atau hewan lainnya? Apa kau tidak tau kalau terus menerus mendongak itu bisa melelahkan?"     

Semua anggota kelompok Andrea langsung merasa jantung mereka telah meloncat ke perut mendengar teriakan Kuro. Mendadak punggung mereka basah oleh keringat dingin. Kuro terlalu berani! Bagaimana bila Raja Naga Iblis Heilong membantai mereka sekaligus? Pasti itu bagai semudah menindas semut, kan?!     

Apakah ini kesalahan Andrea yang mengajarkan untuk berbicara jujur?     

Di saat semua orang merasa dingin pada tulang belakangnya, Raja Naga Iblis Heilong malah terbahak keras dan tak berapa lama dia pun berganti wujud menjadi seorang manusia. Dia turun dari langit dan menapak ke tanah di depan kelompok Andrea.     

Wujud manusia Raja Naga Iblis Heilong seperti lelaki berumur empat puluh tahun yang gagah dan tampan penuh dengan pesona kharisma. Orang takkan mengira bahwa sosok itu adalah seekor Raja Naga Iblis. Bahkan tanduknya pun tidak ada! Semua tampilannya mirip dengan manusia normal pada umumnya.     

"Beginikah yang kau mau, Nak?" Raja Naga Iblis Heilong berjalan mendekat ke Kuro.     

Andrea tanpa sadar menggenggam tangan Dante di sebelahnya. Dia memang ketakutan. Dia masih belum menghilangkan trauma kejadian kemarin. Dia tidak ingin kehilangan anggota kelompoknya, siapapun!     

Dante membalas remasan tangan Andrea sambil terus menatap Raja Naga Iblis Heilong. Dia siap bertaruh nyawa jika memang itu keharusan. Apapun rela dia lakukan demi Andrea tetap hidup. Tapi, dia tentunya harus ingat, dia juga tidak boleh mati jika tak ingin Andrea ikut mati.     

"Rupanya kau adalah ayah yang gagah!" Kuro berteriak spontan begitu Raja Naga Iblis Heilong berjalan ke arahnya.     

Sedangkan Kyuna, Gazum, Sabrina dan Noir segera membungkuk hormat di depan Raja Naga Iblis Heilong. Ini hanya sebuah fromalitas jika bertemu dengan raja dari para hewan.     

Raja Naga Iblis Heilong tertawa kembali saat Kuro berbicara seolah sedang memuji dirinya. "Hahaha! Anakku memang luar biasa!" Ia menjulurkan tangan ke depan, seakan akan meminta agar Kuro mau meloncat ke tangannya.     

Tapi, sayang sekali Kuro justru tidak menanggapi keinginan tersirat Raja Naga Iblis Heilong dan malah memiringkan kepala seperti bingung. "Ada apa?" tanyanya polos.     

"Tentu saja untuk melihatmu lebih jelas, Nak." Raja Naga Iblis Heilong menanggapi keheranan Kuro, anaknya.     

Andrea sudah akan menyerahkan Kuro ke Raja Naga Iblis Heilong, namun Kuro justru menjerit dan bersembunyi di belakang punggung Andrea.     

"Mama! Jangan seenaknya memberikan aku ke orang asing!" jerit Kuro tidak terima jika sang mama begitu saja menyodorkan dirinya ke Raja Naga Iblis Heilong.     

"Kuro sayank, dia itu bapak kamu. Kau harus memberi salam padanya dengan pantas." Andrea membujuk si hitam.     

"Tidak mau! Belum tentu dia benar-benar ayahku!" Kuro bersikeras menolak dan tetap di belakang punggung Andrea. "Atas dasar apa dia mengatakan aku ini anaknya? Apa buktinya?"     

Andrea sudah akan menasehati anak angkatnya lagi ketika Raja Naga Iblis Heilong berujar, "Aku yakin dengan pasti bahwa kau memang anakku. Kuro? Nama apa itu? Huh! Sungguh tidak berkelas!"     

"Aku suka nama ini! Kuro adalah nama dari Mamaku tersayank. Tidak boleh ada yang menghina itu atau aku akan membenci orangnya!" Kuro merajuk.     

Raja Naga Iblis Heilong terkesiap. Wajahnya berkerut masam, tidak menyangka anaknya begitu menempel pada gadis manusia. "Hghh... baiklah, baiklah... kau boleh memakai nama itu." Baginda Heilong mengalah.     

"Kau belum menjawab aku. Apa bukti bahwa aku ini anakmu?" Kuro masih membuka topik pertanyaan itu meski wajah semua anggota kelompok Andrea sudah memucat ketakutan.     

Mana mungkin Raja Naga Iblis Heilong salah mengira seseorang? Mana mungkin Raja Naga Iblis repot-repot mengakui ular kecil menjadi anaknya jika memang tidak benar adanya?     

"Ketika kalian lewat di hari kemarin dulu, aku sudah mulai mengendus bau aroma kamu, Nak. Aku sangat mengenal aroma kamu. Itu aroma dari ibumu dan sebagian kecil ada aroma aku. Namun, waktu aku berusaha mencari, tiba-tiba kalian sudah lenyap dan hanya ada beberapa bangkai hewan iblis lain di sana. Aku kehilangan jejak kalian. Dan hari ini, ternyata langit masih berbaik hati padaku." Raja Naga Iblis Heilong menjelaskan.     

"Hanya dari aroma? Mana bisa itu dipercaya?" Kuro masih tidak mau kalah.     

Raja Naga Iblis Heilong mengulurkan tangannya ke depan tanpa menyentuh Kuro dan tiba-tiba saja sesuatu dari dalam dadanya tampak bersinar bagai itu sebuah mutiara besar. Dan anehnya, sesuatu dari dalam dada Kuro juga beresonansi dengan mutiara bersinar di dada Raja Naga Iblis Heilong. "Itu buktinya. Kau memiliki pecahan kecil jiwaku yang kutitipkan pada ibumu untuk ditelan dan agar disimpan di tubuh masing-masing telurnya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.