Devil's Fruit (21+)

Pondok Alkimia



Pondok Alkimia

0Fruit 236: Pondok Alkimia     

Selama menunggu kesembuhan dari ketiga hewan yang terluka berat sampai pulih seratus persen, Andrea tidak keluar dari Cosmo.     

Pil Jiwa Dewa yang dia berikan pada Sabrina, Noir dan Gazum memang manjur luar biasa. Daging yang terkoyak bisa tumbuh kembali, otot dan urat yang terputus pun juga bisa menyatu lagi. Pil itu sungguh ajaib dan menentang takdir.     

Namun begitu, Andrea tidak mau lekas kembali ke alam milik Pangeran Djanh. Ia masih ingin di Cosmo dahulu untuk terus meracik Pil Jiwa Dewa dan bahkan ingin mengubahnya menjadi pasta obat seperti yang pernah dia lakukan pada ramuan lainnya.     

Sedangkan untuk para hewan di Cosmo, Andrea membebaskan mereka ingin beraktifitas apapun asalkan tidak membahayakan jiwa.     

Di hari lainnya, Andrea diajak oleh Raja dan Ratu Siluman Kingkong untuk bertandang ke suatu area yang ternyata banyak ditumbuhi tanaman herbal yang kata Rogard itu adalah langka di dunia lain.     

Dengan ini, Andrea merasa dia menemukan harta karun di tempatnya sendiri. Ini sungguh suatu kejutan tak terkira bagi dia yang ingin terus mengasah ilmu alkimia dalam pengobatan kuno.     

Meski dia lumayan menyesal karena dulu tidak menjelajahi alam Cosmo dengan lebih teliti, tapi dia masih bersyukur karena menemukan berbagai bahan obat langka di dekatnya sendiri, tidak perlu mempertaruhkan nyawa untuk mendapatkannya.     

"Ini kayaknya kalo aku lebih jauh menjelajahi Cosmo, pasti bakalan ada lebih banyak tanaman herbal keren lainnya, nih!" Dia mengusap keningnya yang berkeringat ketika dia sedang memanen Bunga Tujuh Rupa.     

"Nona bisa lakukan itu jika semua urusan Nona sudah selesai di alam Djanh." Rogard menimpali.     

"Yeaahh... itu kalo umur aku masih ada, yah!"     

Rogard dan Dante yang mengikuti Andrea ke areal bukit lain yang jauh dari pondok, bagai diingatkan mengenai Mutiara Scarlet Penghisap. Wajah Dante seketika jatuh suram.     

Andrea sepertinya mengetahui apa yang sedang dipikirkan kedua pria itu. Mereka semua biasa bereaksi begitu saban Andrea menyebutkan mengenai umur pendek dia terkait dengan masuknya Mutiara Scarlet Penghisap tanpa ijin ke tubuh Andrea yang konon Mutiara jenis itu menghisap daya hidup seseorang.     

"Ahahaha! Kalian ini ngapain, sih? Baper amat, ih!" Andrea malah tergelak kecil sambil meninju kecil lengan Dante yang ada di sebelahnya.     

"Andrea, kamu-"     

"Iya, iya, aku gak maksud bikin kalian auto-gloomy, kok! Dibikin santai aja, gaes! Aku yang ngalami aja santai, kok! Seperti aku pernah bilang sebelumnya, ayok kita bikin kenangan yang sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya biar kagak nyesal. Oke?!" Setelah mengucapkan itu, Andrea mengalihkan topik pembicaraan ke hal lainnya.     

Setelah panen banyak tanaman herbal, biasanya Andrea esok harinya akan berkutat seharian penuh di Kamar Alkimia bersama Rogard. Dan sekarang sudah ada Dante yang memaksa ikut masuk ke kamar tersebut, meski hanya untuk mengamati saja, tidak membantu apapun.     

"Kau bilang kita harus banyak-banyak mengumpulkan kenangan sebaik-baiknya, kan?" Ini alasan Dante setiap Andrea akan mengusir dia keluar dari kamar tersebut.     

Andrea hanya memutar bola matanya dan paham niat Dante. Tidak ingin terlalu lama berpisah darinya.     

Esoknya, gantian Kuro yang ikut memaksa masuk di kamar alkimia dengan alasan yang sama seperti Dante. Kemudian Kyuna juga, lalu Sabrina ikut menyusul. Mereka semua menggunakan alasan itu saja untuk diperbolehkan mengamati kerja Andrea dalam meracik obat.     

"Kalian ini... lagi ngelakuin konspirasi, yah? Liat deh, nih! Kamar jadi sumpek banget, astaga! Gih dah kalian keluar aja daripada bikin gerah, malah aku susah konsen kalo kalian berjubel di sini, ya ampun!" Andrea terpaksa mengusir mereka setelah hari kesekian dan merasa tidak nyaman dengan mereka berdesakan di kamar ukuran kecil tersebut.     

"Kenapa Mama tidak membuat obat di ruangan yang lebih besar? Misalnya ruangan makan?" Kuro memberikan saran.     

"Gak bisa, dong, sayank... nanti kita makan di mana kalo itu jadi ruangan alkimia?" Andrea gemas dan menggosok kepala licin Kuro yang berwarna hitam pekat dengan sedikit pola diamond berwarna emas di atas sana.     

"Para Siluman Kingkong pasti tidak akan menolak jika kita meminta bantuan mereka untuk membuatkan ruangan independen di luar pondok yang besar yang bisa menampung banyak orang. Noni Putri bisa menggunakan ruangan itu untuk mengerjakan alkimia." Kyuna tiba-tiba saja memberikan ide.     

"Wah! Itu ide brilian sekali, Kak Kyuna!" Kuro jadi bersemangat mendengar ide Kyuna.     

"Wait, wait... kita jangan nyusahin para siluman kingkong, lah? Bikin ruangan gede di luar pondok? Ya ampun, itu kan gak gampang! Jangan ngerepotin mereka, lah!" Andrea menolak ide itu dengan alasan dia tidak ingin mengusik kehidupan santai dan tenang para koloni kingkong.     

Namun, Kuro sudah melesat keluar begitu saja tanpa memperdulikan panggilan dari sang mama.     

Tak lama, Kuro datang dengan salah satu anak Raja Kingkong.     

"Nona Manusia ingin membuat sebuah ruangan?" Putra Raja Kingkong bertanya ke Andrea, membuat gadis Cambion itu jadi tak enak hati. "Nona Manusia jangan khawatir! Kami juga pandai membangun rumah dari kayu, kok! Walau biasanya kami lebih menyukai gua batu yang lebih awet."     

Maka, tanpa Andrea bisa membantah, Putra Raja Kingkong itu menyanggupi membuat sebuah ruang besar dari kayu bersama para koloni dia dengan alasan sebagai balas budi atas kebaikan Andrea selama ini.     

Dan, beberapa hari ini, di dekat pondok terdengar bunyi kayu yang diolah oleh para koloni kingkong yang bekerja bersungguh-sungguh bahu membahu membuat sebuah pondok tunggal dari kayu yang luas.     

Dalam waktu dua hari saja, pengerjaan pondok kayu tunggal sudah selesai. Itu karena mereka mengerjakannya tanpa henti dan saling bergantian.     

Andrea sangat berterima kasih atas kerja keras para siluman kingkong yang sudi bersusah payah selama dua hari tanpa henti membuatkan sebuah pondok kayu tunggal yang nyaman dan besar.     

Apakah mereka butuh gergaji? Tidak. Mereka cukup menebaskan tangan mereka saja, maka pohon pun bisa rubuh atau terpotong.     

Dengan tangan sekeras besi mereka, mereka mudah menghaluskan kayu-kayu yang sudah dipotong menjadi lempengan papan. Semuanya murni hanya memakai tenaga mereka apa adanya saja, tanpa alat apapun.     

Andrea dan kelompoknya menatap takjub ke pondok besar tersebut. Bahkan para kingkong tidak lupa membuat jendela yang cukup besar dan banyak di sepanjang pondok tunggal itu. Ini mirip gudang besar dari kayu.     

Sebagai rasa syukur dan terima kasih atas kerja keras para siluman kingkong, Andrea membagikan Pil Penyembuh Luka berjumlah ratusan dan Pil Pencuci Sumsum untuk membantu anak-anak kingkong agar tumbuh lebih kuat dan lebih mampu menyerap aura murni dari alam Cosmo yang berlimpah energi baik untuk kekuatan mereka.     

"Nona Manusia, ini terlalu banyak!" Putra Raja Kingkong sampai bingung menerima ratusan pil dari Andrea.     

"Jangan katakan banyak jika itu menyangkut rasa terima kasih. Sudah, bagikan saja pil itu untuk yang membutuhkan. Aku masih punya banyak pil seperti itu." Andrea memaksa Putra Raja Kingkong bersedia menerima kebaikannya.     

"Ergh... baiklah, Nona Manusia. Terima kasih untuk pil dari Anda ini. Pasti rakyat ayahku akan sangat gembira menerima ini!" Putra Raja Kingkong berkata dengan gembira dan lekas kembali ke koloni dia di balik bukit.     

Kini, Andrea bisa lebih nyaman meracik obat di ruangan yang jauh lebih luas dari Kamar Alkimia sebelumnya. Bahkan jika semua anggota kelompoknya masuk ke pondok alkimia, masih tersisa banyak ruang kosong tanpa membuat gerah dan sumpek.     

Terima kasih atas para siluman kingkong, dan juga Kyuna yang memaparkan ide ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.