Devil's Fruit (21+)

Pil Jiwa Dewa



Pil Jiwa Dewa

0Fruit 234: Pil Jiwa Dewa      

Andrea tersenyum ketika melihat Dante kesal dan harus menyerah. Ia masih terus menggerakkan tangannya secara cermat dan tetap lincah memetik Rumput Jiwa Dewa dan memasukkan ke RingGo segera. Rogard pun menyerahkan rumput hasil panen dia ke Andrea untuk disimpan di cincin ruangnya.     

"Raja, bagaimana kau bisa tau di sini ada Rumput Jiwa Dewa begitu banyak?" Andrea penasaran bagaimana bisa si raja kingkong mengetahui mengenai Rumput Jiwa Dewa yang istimewa ini?     

"Kebetulan aku tau sedikit mengenai tanaman herbal, dan aku menemukan ini secara tidak sengaja ketika berjalan-jalan di sini." Raja Kingkong memberikan jawaban secara tenang dan gamblang.     

Dante makin suram. Sudah kalah dengan Rogard yang hanya sebuah jiwa pedang, kini dia juga kalah dengan seekor siluman belaka. Betapa tidak bergunanya dia! Sungguh payah. Ia sibuk merutuki dirinya dalam hati.     

Setelah hampir satu jam memanen Rumput Jiwa Dewa di lereng itu, Andrea mengajak mereka untuk kembali. Kini dia tersenyum lebar sambil melangkah kembali ke pondok setelah mengucapkan banyak terima kasih pada Raja Kingkong dan rakyatnya.     

Raja Kingkong menjawab bahwa ini hanya hal sepele dibandingkan Andrea yang telah menyediakan tempat hidup yang damai untuk koloni dia.     

Dan saat Andrea melihat Dante yang masih kesal, dia mendekat ke Tuan Nephilim.     

Cupp!     

Andrea mengecup ringan pipi Dante lalu segera lari ke dalam pondok sebelum Dante memberikan reaksi atas perbuatan impulsif Andrea tadi. Pria itu hanya bisa melongo bagai orang tolol saja dan termangu.     

Rogard membungkuk pamit ke Dante untuk menyusul Andrea ke Kamar Alkimia.     

Di Kamar Alkimia, Andrea sudah mulai khusyuk berkutat dengan berbagai bahan obat. Ia bekerja cepat untuk memurnikan semua bahan-bahan terlebih dahulu sebelum dilebur dengan menggunakan api Cero.     

Rogard membantu menimbang bahan dengan hanya tangannya belaka. Pria pedang itu sepertinya memiliki sensitifitas unik pada tangannya. Yah, itu sangat membantu Andrea yang tidak memiliki alat timbangan.     

Menimbang bahan obat itu juga merupakan hal yang penting, tidak bisa sembarangan menggunakan rasio perbandingan seenaknya. Jika meleset sedikit saja bisa mempengaruhi kualitas obat yang dihasilkan.     

Setelah semua bahan dimurnikan api Cero, kini Andrea mulai meleburkan bahan satu per satu, juga dengan upaya yang tidak mudah. Apalagi jika ini menyangkut obat kelas dewa. Ia tidak boleh salah urutan dalam peleburan atau akan sia-sia saja.     

Biasanya di tahap ini yang kadang menghasilkan kegagalan awal. Dan benar saja, percobaan pertama langsung gagal karena Andrea terlalu cepat memasukkan Rumput Jiwa Dewa ke dalam api Cero.     

Andrea mendesah keras dan kemudian mengambil lagi bahan obat yang lain untuk dicoba lagi untuk dilebur.     

"Arrghh! Gagal maning!" seru Andrea ketika percobaan kedua juga gagal. Padahal peleburan Rumput Jiwa Dewa sudah sukses, namun ketika memasukkan herbal lainnya, dia terlalu lambat. Akibatnya, bahan meletup di atas tangan Andrea. Untung saja bukan letupan besar.     

Setelah percobaan gagal enam kali, Andrea mulai berhasil membuat satu pil obat dari Rumput Jiwa Dewa di percobaan ke tujuh. Ia senang bukan main. Pil yang dihasilkan sayangnya hanya satu butir sekali penyulingan.     

Mungkin karena bahan dan kegunaannya yang menentang langit, makanya hasil yang didapat juga tidak bisa melimpah.     

Tanpa kenal lelah, Andrea membuat lagi meski akhirnya dia gagal sepuluh kali untuk mendapatkan pil kedua, namun dia terus mencoba dan di percobaan kedua belas, dia mendapatkan satu butir pil hebat yang dia serahkan ke Rogard.     

"Berikan itu dulu ke Noir dan Gazum yang terluka paling parah. Untuk Bree, akan aku berikan sebentar lagi."     

Rogard mengangguk patuh dan melangkah keluar untuk memberikan dua pil di tangannya ke Noir dan Gazum.     

Aroma Pil Jiwa Dewa ini sangat tajam namun menenangkan jika dihirup dalam-dalam. Bentuknya sebesar telur puyuh dan berwarna putih berkilauan bagai dilapisi berlian.     

Noir dan Gazum berterima kasih sekali atas kemurahan hati Andrea yang sangat mengupayakan pembuatan pil penentang langit ini. Mungkin Pil Jiwa Dewa sudah jarang muncul di dunia apapun karena memang di jaman ini sudah sangat jarang ditemukan adanya seorang Alkemis.     

Alkemis adalah sosok yang mahal dan sangat disanjung di manapun. Sosok seperti itu sangat berharga dan bahkan diperebutkan dengan taruhan darah dan nyawa.     

Seorang Alkemis berbeda dengan dokter atau apoteker di jaman modern. Alkemis itu lebih mendalam lagi dalam hal pengobatan dan tau seluk-beluk segala macam tanaman apapun dan bisa meramu berbagai tanaman untuk menghasilkan obat-obat yang kadang terlalu ajaib untuk dibayangkan logika normal.     

Seperti Pil Jiwa Dewa ini, dia bisa menumbuhkan tulang yang patah dan daging yang hilang hanya dalam waktu singkat. Oleh karena itu disebut jiwa dewa, karena seakan itu adalah sebuah kekuatan besar dari dewa.     

Setelah berbagai trial and error, Andrea pun mulai terbiasa dan mulai memahami teknik yang benar dari proses penyulingan Pil Jiwa Dewa yang bisa berhasil seratus persen. Sabrina juga sudah diberikan pil tersebut.      

Ketika dia selesai membuat Pil Jiwa Dewa dengan bahan terakhir yang ada di atas meja, hari ternyata sudah sangat larut. Ia ambruk.     

Tapp!     

Dante ternyata sudah sigap menerima tubuh Andrea yang merosot ke lantai. "Tsk, kau ini... benar-benar ceroboh dengan tubuhmu sendiri, dasar bocah berandalan."     

Andrea hanya tersenyum kecil tanpa menolak ketika tubuhnya diangkat dan digendong keluar dari Kamar Alkimia.     

"Rogard, bereskan ruangan ini. Aku akan bawa dia ke kamar." Dante memberi titah ke Rogard yang lekas mengangguk patuh.     

Ketika tiba di dalam kamar sang pria Nephilim, lelaki itu pelan-pelan membaringkan Andrea di atas tempat tidur, seolah-olah Andrea adalah guci antik yang akan pecah jika diperlakukan kurang lembut.     

Gadis itu tersenyum haru atas perlakuan Dante padanya akhir-akhir ini.     

"Apakah kau ingin mandi? Aku bisa siapkan air hangat untukmu." Dante menawarkan.     

"Uhh... manis banget~" Andrea terkekeh akan perhatian Dante. "Itu so sweet dan cukup menggiurkan juga sih mandi air hangat malam-malam gini, tapi... enggak, deh!"     

"Kenapa?" Dante heran. Apakah gadis itu mengetahui bahwa Dante akan berlaku ini dan itu nantinya sambil membantu sang Cambion mandi? Ah, memangnya Andrea memiliki kekuatan membaca pikiran?     

"Aku pengin gini aja, tidur tanpa seharian mandi, biar kamu kebauan, bweekk!" Andrea menjulurkan lidah, bersikap nakal, lalu memunggungi Dante, berlagak inosens.     

Dante mengeratkan rahangnya atas godaan Andrea baru saja. "Kau ini!" Ia jadi gemas dan cepat berbaring di sebelah Andrea. "Sini! Coba tunjukkan padaku mana bagian yang bau!" Ia mulai merengkuh Andrea.     

Andrea tertawa geli karena Dante sengaja menggelitiki pinggangnya. "Stop! Stop! Ahahaha! Oiii! Ahhahahahh!" Ia mencoba berkelit kesana dan kemari tapi karena di tempat sesempit ranjang ukuran 200 x 180 meter, tetap saja tangan besar Dante berhasil menguasainya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.