Devil's Fruit (21+)

Cemburu Pada Burung



Cemburu Pada Burung

0Fruit 227: Cemburu Pada Burung     

Andrea mengerutkan keningnya melihat Burung Vermilion tampaknya sangat kesakitan dan juga ketakutan menerima serangan Razum dari dia.      

Mengetahui bahwa kekuatan Razumnya bisa menekan burung itu, maka Andrea tidak sungkan-sungkan untuk terus gunakan Pengendali Pikiran, Razum dia, untuk menyerang Burung Vermilion.      

Burung Vermilion terus berteriak sembari menyuruh Andrea menghentikan serangan Razum-nya. "Manusia! Simpan! Simpan teknik jiwamu itu! Simpan! Atau aku bisa mati!"     

"Bagus, dah! Lu mendingan mati aja daripada ganggu gue. Apalagi lu demen banget maki-maki gue ngatain gue bodoh melulu. Mati, sono!" Andrea memperbesar tenaga Razumnya.      

Itu membuat Burung Vermilion makin menjerit tak berdaya. "Baiklah! Baiklah! Aku berjanji! Aku berjanji tidak lagi menyebutmu bodoh! Sudah, simpan teknik mengerikanmu itu!" jeritnya sambil memegangi kepalanya menggunakan kedua sayap apinya.      

"Janji kagak bakalan hina-hina gue lagi?!"     

"Janji! Aku berjanji!"     

"Janji abis ini lu minggat dari mimpi gue?"     

"Hei, kalau itu aku tidak bisa! Bukan aku yang mengendalikan hal yang berkaitan dengan mimpimu!" Burung Vermilion ketakutan jika Andrea tidak segera singkirkan kekuatan Razum darinya, maka otaknya bisa segera meledak.      

Padahal, tanpa diketahui si Burung Vermilion, bahwa Andrea akan mengonsumsi banyak sekali energi jika dia menggunakan Razum lebih dari lima menit. Ia menahan rasa lemas yang mulai datang.      

"Ya udah! Yang penting lu kagak boleh hina-hina gue lagi atau gue panggang lu pake kekuatan gue ini!" Andrea segera menarik tenaga Razum dia sebelum energinya benar-benar habis. Dia tidak mengerti, kenapa ini rasanya seperti dia mengalami kelelahan juga di dunia nyata?     

Burung Vermilion tidak sempat memperhatikan sengalan kecil napas Andrea karena dia sendiri tersengal-sengal berat. Jika kepalanya tidak berbulu, tentu sudah basah akan peluh yang deras mengalir.      

Sang burung dewata tidak mengira bahwa ada manusia sekuat Andrea yang bisa melakukan teknik jiwa dengan kekuatan setara dengan dewata di khayangan. Dia jadi teringat dengan Dewa Phoenix Ungu. Apakah Andrea jelmaan Phoenix Ungu? Atau reinkarnasi sang dewa?     

Mengetahui itu, Burung Vermilion tidak lagi bertindak sembarangan pada Andrea. Ia sangat ketakutan pada kekuatan mental Andrea yang baginya seganas dengan serangan teknik jiwa milik Raja Dewa Phoenix Ungu yang melegenda.      

Setelah itu, Andrea merasa sangat kelelahan.      

Anehnya, hanya dengan satu pikiran, dia berhasil menghilangkan Burung Vermilion dari mimpinya dan kini dia sudah bersama Dante. Dia masih di alam mimpi.      

Maka, tak pelak lagi, karena dia merasa hampir lunglai kehabisan tenaga, ia pun mendatangi Dante dan segera mengulum penis Dante tanpa ragu-ragu.      

Dante yang sedang tertidur pun bangun dengan sikap terkejut karena ulah Andrea yang telah tiba-tiba muncul di selatan dia dan asik melomoti penisnya agar benda kenyal itu segera tegak menegang.      

"Andrea, kenapa?" Dante mengelus pipi Andrea sambil mengamati aksi menawan Andrea dari posisi duduk.      

"Ummmrcpphh... capek..." Andrea tidak menyembunyikan fakta.      

Segera, Dante pun paham jika ini hanya alam mimpi. Andai Andrea tidak jujur berkata seperti tadi, dia akan kembali terkena jebakan, mengira Andrea sungguhan mengajaknya bercinta.      

Setelah mengetahui energi murni Andrea nyaris habis, Dante pun merelakan beberapa kali muncratan penisnya untuk segera ditelan Andrea.      

Namun, dia agak curiga, kenapa Andrea tampak kelelahan? Bukankah mereka hari ini tidak bertarung melawan apapun? Mereka hanya berjalan saja sepanjang hari dan itu tidak akan membuat mereka lelah.     

Lalu... apakah Andrea sempat mampir ke mimpi lelaki lain?!      

Membayangkan tuduhan itu sendiri, membuat Dante jadi suram. Sembari dia menusuk liang selatan Andrea, ia bertanya, "Andrea, katakan... kau habis dari mana sampai kelelahan begitu?"      

Andrea terguncang-guncang dalam posisi doggy-style. "Akuuhh... mghh... nanti aku ceritakan... mgghh... kalo dah bangun! Mgghh... Dan... ayo kasi, Daaann..." rengek manja Andrea sambil menoleh ke belakang dengan raut menggemaskan.      

Dante mengeratkan rahangnya. Andrea memang makin pandai saja memberikan ekspresi muka seperti itu. Tapi dia tidak boleh lengah dengan taktik Andrea. "Katakan dulu, apa yang membuatmu kelelahan?"     

"Dan.... please~"      

"Katakan dulu atau aku hentikan ini!"     

Menggigit bibir bawahnya, menahan nikmat dan sekaligus menahan diri tidak ingin mengungkapkan mimpi sebelumnya, dia akhirnya menjawab ketika gerakan Dante mulai melambat. "Itu! Itu Burung!"     

"Burung?!" Dante tercekat.      

"Burung Vermilion!" imbuh Andrea.      

"Hah?! Burung Vermilion?!" seru Dante hingga benar-benar berhenti bergerak karena terlalu kaget. Otak gilanya segera memproses ucapan Andrea dan menuangkan dalam kilasan bayangan-bayangan imajiner tentang Andrea bercinta dengan seekor burung.      

Dante melepaskan pusakanya dari lubang intim Andrea.      

Andrea menatap penuh kecewa dan mendamba agar Dante kembali lesakkan batang keras itu ke dalam vaginanya.      

"Andrea, tidak aku sangka kau bisa semurah itu. Bercinta dengan seekor burung? Burung Vermilion?!" Kening Dante berkerut karena marah dan sangat kecewa.      

Andrea memutar bola matanya dengan sebal atas tuduhan keji Dante. "Plis dah, tod! Lu bisa gak sih kalo kagak nuduh gue macem-macem?" Ia mulai memutar badannya menjadi berbaring dan lipat dua tangannya di bawah dada.      

"Kamu sendiri yang mengaku kau dibuat kelelahan oleh Burung Vermilion! Bagaimana otakku tidak menangkap bahwa kau bercinta dengan burung itu?"  Dante tidak kalah cemberut sekarang. Dia sangat amat cemburu.      

Sekarang, tidak hanya manusia saja yang tidak boleh bercinta dengan Andrea meski di alam mimpi. Segala macam hewan apapun juga tidak boleh menyentuh Andrea di mimpi!     

"Dasar pe'a!" maki Andrea saking kesalnya. Dia ingin marah atas fitnahan buruk Dante atas dirinya. "Gue kagak ngewe ama Burung Vermilion, tulul! Gue tarung ma dia!"      

Hanya dari sekilas kalimat itu saja akhirnya Dante langsung paham apa yang sebenarnya terjadi. Maka, tanpa perlu menunggu Andrea menjelaskan lebih detil, ia pun merengkuh Andrea kembali. "Maaf, sayank... maaf sudah menuduhmu sedemikian jahat. Jangan marah, yah!" Dante mulai melunak dan merayu Andrea.     

Gadis itu membalas dengan dengusan keras dan wajah cemberut tiada tara.      

"Aku janji, sayank... akan beri kamu banyak sekali cairan cintaku setelah ini. Jangan marah lagi, yah..." bujuk Dante. Ia hampir saja lupa bahwa dia sudah berniat mulia nan suci untuk tidak membuat Andrea sedih atau marah di sisa umur sang gadis Cambion.      

Bagaimana dia bisa terlupa itu? Hanya gara-gara cemburu buta semata...     

Andrea sudah ingin memberikan kalimat pedas ketika akhirnya dari mulut dia justru mencuat pekik kecil karena pahanya sudah dibuka Dante dan lelaki Nephilim itu sudah mulai melomoti klitoris dia. Dante tau mana saja bagian erogenus milik Andrea, maka... tak pelak lagi, gadis itu tidak bisa berlama-lama cemberut.      

Alam mimpi itu mulai sarat akan suara lenguhan yang terkadang berpadu dengan desahan tanpa jeda, dan sesekali pekikan bahagia.      

Andrea benar-benar menuntut banyak 'jus cinta' dari Dante. Ia menagih tanpa malu-malu, tanpa ragu-ragu.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.