Devil's Fruit (21+)

Ada Burung Aneh!



Ada Burung Aneh!

0Fruit 225: Ada Burung Aneh!     

Meskipun sosok Iblis begitu rupawan, namun fisik asli mereka sangat mengerikan. Makhluk lain biasanya gampang terpikat dengan sosok menyaru dari para Iblis yang senang berkeliaran di banyak dunia.      

Dari situ, Andrea jadi mengerti kenapa para Iblis yang pernah dia jumpai, mereka semua rata-rata memilik penampilan sempurna dan wajah sangat elok rupawan, entah itu lelaki ataupun wanita. Dan menurut Pangeran Djanh, hanya Iblis level menengah dan level tinggi yang bisa mengubah tampilan mereka sesempurna mungkin.      

Iblis level rendah yang tidak memiliki kecerdasan tidak akan mempunyai kemampuan merubah wujud dan tampang.      

Membaca semua penjelasan dari Pangeran Djanh, mampu membuat punggung mereka menggigil tanpa sebab. Mereka sudah merasakan kekuatan siluman tingkat rendah hingga tinggi. Namun, sekarang akan ada hewan iblis dan juga iblis itu sendiri.      

"Haahh! Si Djanh piiipp itu ngapain juga bikin alam ginian, coba! Kurang kerjaan banget sih dia!" keluh Andrea sambil memasukkan semua gulungan ke dalam RingGo.      

"Yang penting, sekarang kita jangan bertindak terlalu mencolok dan gegabah, Andrea." Dante memperingatkan.      

"Iya, aku tau." Andrea menyahut dengan nada tak bersemangat.      

"Yang kita butuhkan sekarang adalah mencari di mana keberadaan dari pintu keluar alam ini, kita tak perlu repot-repot bertarung atau berselisih dengan siapapun di sini." Dante belum selesai menasehati Andrea.      

Tuan Nephilim paling hapal dengan tabiat Andrea yang seenaknya. Seperti tadi di pasar, sebenarnya Dante ingin mencegah Andrea membeli kristal tadi. Namun, dia kalah cepat dengan si gadis Cambion yang sudah melesat maju untuk membeli kristal.      

Apalagi ditambah dengan lelaki bertanduk domba yang terus menempel pada awalnya, bahkan memuji basi pada Andrea. Itu sangat mencurigakan. Terlebih ketika lelaki bertanduk domba terkesan memaksa Andrea agar membeli barang yang dia tawarkan dengan berbagai bujukan.      

Untung saja Andrea lebih waspada dan teliti kali ini, sehingga mereka sudah terlepas dari lelaki bertanduk domba tadi.      

Setelah mereka mendapatkan banyak informasi dari Pangeran Djanh, mereka mulai mencari pintu keluar dengan merujuk dari arah yang sudah ditunjukkan kompas di gulungan kuno.      

Mereka terus berjalan menyusuri jalanan desa yang ternyata luas dan sangat besar. Andrea sempat tidak yakin ini disebut desa jika seluas ini.      

Mereka tidak bisa sering-sering masuk ke alam Cosmo karena akan memperlambat langkah mereka ke pintu keluar. Andrea dan Dante sama-sama ingin lekas pulang ke dunia mereka masing-masing, meski Dante lebih banyak dilema mengenai itu.      

Dante tidak tau apakah dia akan memilih Andrea atau memilih rasnya sendiri. Urusan naik ke Surga kini tak memerlukan darah Andrea membasuh tangannya. Dante bisa mengganti dengan keturunan Iblis lainnya untuk menggenapi jumlah yang seharusnya.      

Hanya, Dante masih dilema apakah akan ikut Andrea, atau pulang ke habitatnya sendiri. Itu saja. Sementara hatinya makin terpaut pada Andrea, meski dia juga merasakan nyeri di benaknya ketika mengingat usia Andrea yang tidak akan panjang dikarenakan Mutiara Scarlet Penghisap.      

Kemungkinan besar, Dante akan terus menyertai Andrea hingga sang gadis Cambion menutup mata selama-lamanya.      

Rombongan Andrea tiba di sebuah kebun kosong ketika petang mulai menjelang. Daripada mereka bermalam di alam Iblis, lebih aman jika mereka tetap ada di alam Cosmo untuk tidur sekaligus makan.      

Maka, Andrea memindahkan semua anggota rombongannya ke alam Cosmo bersama-sama dengannya.      

Tak disangka, setelah Andrea dan rombongannya menghilang dari alam Iblis, lelaki bertanduk domba melihat semuanya dari kejauhan. Dia memang sudah mengintai rombongan Andrea, dan mengira rombongan itu akan menginap di salah satu penginapan desa tersebut. Ternyata mereka justru menghilang ketika petang semakin jingga.      

Mata lelaki Iblis itu membelalak tak percaya. Ia makin yakin Andrea punya harta karun hebat yang bisa memindahkan siapapun seperti teleportasi. Keserakahan semakin tampak di mata lelaki itu. Ia harus mendapatkan harta itu!     

Sedangkan di alam Cosmo, setelah mereka semua makan malam, Andrea bersiap tidur bersama Dante di kamar si pemuda. Sebelumnya, dia mengecup terlebih dahulu Shiro yang sedang tidur lelap ber-hibernasi di kamar dan juga mengecup sayang ke Kuro.      

"Maaf, yah. Mama belum bisa belikan kristal yang bagus buat Kuro." Andrea berbisik sambil Kuro masuk ke keranjang empuk yang dibuat khusus oleh Andrea sebagai tempat tidur duo hybrid itu.      

"Hu-um, gak apa kok, Ma. Kuro tau itu memang susah dicari. Dan kita tak boleh asal percaya orang asing, iya kan Ma?" Kuro tersenyum manis ke sang mama.      

Andrea mengangguk seraya membalas senyum anak angkatnya. Kemudian dia pamit keluar pada Kyuna juga.      

Ketika dia sudah tiba di kamar Dante, lelaki itu sudah berbaring tenang di kasur. Ia pun perlahan naik ke ranjang dan meringkuk di sebelah Dante. Dia sudah melonggarkan berbagai 'halangan' pada Dante.      

Ia tidak keberatan jika Dante memeluk, mencium atau meraba-raba tubuhnya asalkan tidak lebih jauh dari itu.      

Dante tentu saja girang meski tidak ditunjukkan terang-terangan. Setelah dia merasakan pergerakan di sisinya, ia buka mata dan merengkuh Andrea. "Sebentar lagi kita keluar."     

"Hu-um." Andrea membiarkan dirinya dipeluk lengan kokoh Dante yang berotot.      

"Apakah aku boleh bersama denganmu, Andrea?" tanya Dante agak terpaksa karena malu.      

Andrea mendongak sedikit untuk mempertemukan netra mereka berdua. "Bersama ama aku? Kenapa? Apa kamu gak pengin pulkam?"      

Dante terus menatap mata cerah Andrea. "Tsk! Kau ini bocah ceroboh yang suka menantang bahaya di mana-mana. Bahkan kau juga suka bertindak seenaknya yang membahayakan nyawamu. Maka, aku harus terus memastikan kau tetap hidup sampai akhir, kau paham?"      

Andrea terdiam sejenak. Dia paham Dante sedang membicarakan mengenai usia pendek Andrea karena memiliki mutiara penghisap jiwa dalam tubuhnya. Ia bisa merasakan kekhawatiran Dante jika mereka berjauhan nantinya.      

Maka, Andrea pun tersenyum manis. "Lakukan aja apa yang kamu pengin lakukan..."     

Alis tebal Dante segera naik secara singkat. "Oh? Seperti ini?" Tangan pria Nephilim sudah meremas payudara Andrea.      

Gadis itu melenguh karena ia tidak mengenakan bra sehingga Dante bisa langsung menemukan kekenyalan sejati dari payudara itu begitu meremasnya.      

Mereka menghabiskan beberapa waktu dalam nuansa intim yang tidak berlebihan. Dante hanya melumat puting payudara Andrea secara bergantian sampai puas, lalu mendekap gadis itu hingga sama-sama lelap.      

Dalam alam mimpi Andrea....     

"Skriiiiiii!!!!" Terdengar jeritan lantang.      

Andrea membalikkan badan dan menemukan sosok aneh di kejauhan. Sosok itu berwarna merah dan seperti dilahap api yang membara liar.      

"Skrriiiiiiikkk!!!!"      

Pandangan sang Cambion difokuskan ke makhluk aneh itu dan akhirnya dia tertegun kaget. "Burung?!" Ia picingkan mata tak percaya.      

Karena itu, ia pun makin mendekat ke sosok merah berapi-api tersebut hanya demi memastikan apakah itu.      

"Skrriiiiirrkk!!!" Ternyata memang seekor burung berukuran besar dan tubuhnya bagai dilahap api abadi. Namun, burung itu tampak tidak kesakitan meski diselubungi api berkobar liar di sekujur tubuhnya. Burung itu nampak biasa saja dan terus menjerit keras ke Andrea.      

"Hei, hei, lu ini apaan, sih? Burung, kan?" tanya Andrea. Ia bisa bebas menggunakan 'dialek' khasnya sendiri jika di mimpi.      

"Skrriiiiiiii!!!"      

"Plis, yah... lu gak bisa bahasa laen selaen itu, apa?!" Andrea lipat kedua lengan di depan dada sambil memandangi burung merah di depannya.      

"Manusia bodoh." Akhirnya burung itu berbicara."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.