Devil's Fruit (21+)

Miniatur Alam Iblis



Miniatur Alam Iblis

0Fruit 224: Miniatur Alam Iblis     

Sementara Kuro sedang menjawab dengan kalimat masam ke pedagang itu, Andrea justru menoleh ke lelaki tampan bertanduk domba yang baru saja menawarkan sebuah informasi mengenai keberadaan dari inti kristal level tinggi berelemen api.      

"Tunjukkan saja arah dan nama tempatnya, maka aku dan kelompokku akan ke sana." Andrea tidak mau berlama-lama berinteraksi dengan lelaki tampan bertanduk domba yang tampak mencurigakan semenjak dia memuji cantik ke Andrea.      

Dengan pengalaman hidupnya, Andrea mulai belajar untuk tidak perlu terhanyut atau tersanjung jikalau dipuji oleh orang lain. Pujian itu bagai pedang bermata dua, terkadang memompa semangat dan rasa bahagia, namun tidak jarang hanya menjerumuskan saja tanpa memberikan manfaat apapun.      

Karena itu, Andrea justru waspada jika dipuji oleh siapapun, terutama oleh lawan jenis. Kecuali yang melakukan itu adalah keluarga dan sahabat dekatnya. Maka dari itu, Andrea lebih menghormati hubungan kekeluargaan dan kekerabatan di atas apapun.      

Wajah lelaki tampan bertanduk domba tampak menahan kesal karena ternyata respon Andrea tidak seperti yang dia harapkan. "Tapi, Nona, tempatnya hanya aku yang paham. Kau takkan bisa mengetahuinya jika tanpa bimbinganku sebagai penunjuk jalan."     

Kuro menatap penuh harap, tapi dia tidak berani berkomentar apapun sebelum sang mama.      

"Oh, begitu?" Andrea naikkan kedua alisnya tinggi-tinggi dengan tetap memasang sikap datar. "Kalo begitu susahnya, lebih baik kagak jadi aja. Aku akan cari di pasar sini aja. Pasti ada. Ayok, gaes! Kita kemon!"      

Andrea tidak sudi diperalat siapapun, terutama oleh orang asing yang baru mereka jumpai. Ia yakin penduduk desa ini bukanlah siluman sederhana seperti di negeri siluman sebelumnya. Jika nanti dia sempat, dia akan bertanya pada Pangeran Djanh mengenai penduduk desa aneh ini.      

Sekarang rombongan Andrea mulai bergerak lagi diiringi tatapan penuh kesal lelaki tampan bertanduk domba yang meringis karena kehilangan mangsanya. Padahal dia yakin, Andrea pasti siluman ular tingkat tinggi yang mempunyai banyak harta karun di tempat penyimpanannya.      

Didorong oleh jiwa rakus, lelaki tampan bertanduk domba itupun lekas mengejar Andrea. "Nyonya! Tunggu dulu, Nyonya." Kini dia memanggil nyonya pada Andrea karena mengira gadis Cambion itu benar-benar induk asli dari duo bocah hybrid.      

Andrea terpaksa menghentikan langkahnya. Lalu dia menatap lelaki tampan bertanduk domba yang kini telah berdiri di depannya. "Ada apa?"     

Lelaki itu tersenyum penuh simpatik. Mungkin dia berharap Andrea akan terpikat dengan senyuman tersebut. "Kita tidak perlu mendatangi tempat yang menjual inti kristal tinggi elemen api. Bagaimana jika kita saling bertemu di luar desa saja? Aku akan bawakan kristal itu ke sana dan kau tinggal menungguku saja."      

Andrea memicingkan mata. Dante maju ke sebelah Andrea. "Tidak usah, Andrea. Kita bisa cari sendiri." Ia menggeleng.      

Nona Cambion pun mengangguk. "Iya, aku tau, kok! Aku juga gak terlalu tertarik ama kristal dia, kok." Dia setuju dengan pendapat Dante.      

Lelaki tampan bertanduk domba rasanya ingin mencekik Andrea dan Dante saat itu juga. Enak sekali mereka berbincang mengenai dirinya sedangkan dia masih ada di depan hidung mereka! "Hei, hei... apa kalian yakin tidak ingin mendapatkan inti kristal ini? Temanku memiliki kristal besar dari siluman tinggi tingkat puncak yang ingin dia jual. Ayolah, anakmu pasti sangat bertambah kuat jika memakan kristal sebesar milik temanku." Dia tidak lelah mempromosikan 'dagangan'nya sambil menyeret nama Kuro di dalam rayuannya.      

Andrea menggeleng. "Gak usah, makasih. Anakku pasti akan menurutiku kalo aku belum bisa belikan hari ini, maka dia akan menunggu besok sampai barang itu kubeli sendiri." Kemudian Andrea melanjutkan melangkah.      

Lelaki tampan bertanduk domba menahan geretakan giginya akibat marah karena merasa mangsanya lolos lagi. Padahal jikalau dia berhasil menggiring Andrea dan kelompoknya ke hutan di tepi desa, dia bisa mengkomando teman-temannya untuk menyergap kelompok Andrea dan membunuh semuanya untuk dijarah harta karun yang ada pada mereka.      

Lelaki itu sudah membayangkan sebuah skema. Ia akan berjanji temu dengan Andrea di hutan tepi desa, kemudian dia tidak perlu datang dan sebagai gantinya akan mengirim banyak teman-temannya untuk menyerang kelompok Andrea.      

Jikalau kelompok Andrea kalah dan mati, maka ia akan beruntung mendapatkan banyak harta. Dia yakin semua kelompok Andrea mempunyai masing-masing tempat penyimpanan harta berharga, dan Andrea yang dia lihat sebagai pemimpin kelompok, disinyalir adalah pemilik harta paling banyak.      

Dan misalkan kelompok Andrea yang menang saat bertarung dengan kawan-kawan lelaki tampan bertanduk domba, Andrea tetap saja takkan mengira orang-orang itu adalah suruhan lelaki tampan bertanduk domba karena dia tidak perlu hadir di sana.      

Semuanya terasa sempurna. Namun, Andrea dan Dante membuyarkan segalanya. Lelaki itu geram dan benci pada keduanya. Tapi dia takkan berani mengungkapkannya.      

Maka, yang bisa dilakukan lelaki tampan bertanduk domba hanyalah memandang rombongan Andrea melanjutkan jalan tanpa menggubris dirinya sama sekali. Meski begitu, lelaki tampan bertanduk domba berjanji akan menunggu waktu rombongan Andrea lengah dan bisa mudah disergap oleh kawanan dia.      

Di sisi lain, Andrea merasa lega karena lelaki tampan bertanduk domba itu sudah tidak mengikuti dia. Sungguh merepotkan dan sangat mengganggu jika terus ditempeli sosok asing dengan niat buruk yang tersamar.      

Perjalanan mereka terus berlanjut sambil mereka sesekali melihat-lihat barang yang ditawarkan banyak penjual di kanan dan kiri jalan besar itu.      

Setelah itu, mereka sampai di sebuah jalanan sepi yang membentuk seperti lorong antar rumah besar. Di sana, Andrea menyeru ke langit. "Heh, Djanh piipp, kasi tau aku, dah! Ini alam apaan di sini sekarang? Buruan jelasin!"     

Setelah menunggu tak sampai lima menit, sebuah Gulungan Kuno pun dijatuhkan dari atas langit dan mendarat tepat di dekat kaki Andrea. Gadis itu tentu saja berhasil berkelit terlebih dahulu sebelum gulungan menghantam kepalanya. Rasanya pasti tidak tertahankan jika sampai kena benda itu.      

Andrea membuka gulungan dan mulai membaca pelan setelah memastikan dengan kekuatan Sniffer dia bahwa tidak ada makhluk apapun di radius terdekat. Kalaupun ada, itu ada di dalam rumah-rumah besar yang mengepung kanan kiri lorong sepi ini.      

"Alam yang sedang kalian tapaki saat ini adalah alam iblis. Di sana berisi segala macam hewan (berelemen maupun tidak), siluman, hewan iblis, dan iblis murni. Semoga kalian menjaga diri dengan sebaik-baiknya sebelum bertemu dengan pintu keluar. Salam dari Dja-aaghh, kenapa dia selalu aja narsis gak tau diri, sih?!" Andrea selesai membaca dan menyerahkan gulungan ke Dante.       

Ternyata yang mereka masuki kali ini adalah sebuah alam iblis, tempat segala hewan dari berbagai level kekuatan dan iblis asli bermukim. Meski tampak mengerikan, namun Djanh menuliskan di gulungan berikutnya, bahwa itu hanyalah sebuah miniatur dari alam iblis yang sebenarnya, sehingga desa itu tidak seseram alam iblis sungguhan.      

Walau begitu, tetap saja itu terdengar mengerikan bagi kelompok Andrea. Apalagi mereka akan bertemu dengan Iblis sesungguhnya.      

Ketika Andrea memikirkan itu, dia mencapai kesimpulan bahwa lelaki tampan bertanduk domba adalah seorang Iblis. Karena Djanh sempat memaparkan bahwa ciri khas makhluk Iblis adalah wujud rupawan mereka melebihi siluman terindah sekalipun.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.