Devil's Fruit (21+)

Pasar Desa Misterius



Pasar Desa Misterius

Fruit 223: Pasar Desa Misterius     

Beberapa hari selanjutnya, Andrea dan Rogard disibukkan dalam urusan merawat Dante. Andrea yang meramu herbal untuk berendam, sedangkan Rogard bertugas untuk mengurus Dante di kamar mandi.      

Andrea bersikeras tidak mau menangani Dante saat di kamar mandi dengan alasan belum sah. Entah apa maksudnya.      

Di hari ketujuh sejak Dante terluka, kini pria Nephilim itu mulai bisa beraktifitas seperti biasa lagi. Dia juga sudah mulai latih tanding dengan yang lain karena semua lukanya sudah menutup dan kering.      

Hari berikutnya, mereka harus keluar dari Cosmo supaya bisa menemukan pintu keluar alam ciptaan Pangeran Djanh.      

Berjalan hingga masuk ke sebuah kawasan, mereka menemukan adanya desa besar yang nyaris mirip dengan kota. Hanya bedanya, tidak ada gedung pencakar langit di tempat itu sebagai ikon sebuah kota.      

Meski demikian, desa itu terkesan modern dan megah dengan bangunan-bangunan besar yang tersebar.      

Andrea dan kelompoknya pun terkagum-kagum ketika mereka memasuki jalanan utama di sana. Jalanan itu lebar hingga bisa dilalui sepuluh ekor kuda sekaligus yang berjajar.      

Sepertinya itu adalah area terbesar dan teramai di desa tersebut. Bahkan bisa dikatakan itu adalah area jual beli yang mirip dengan pasar.      

Yang membuat kening berkerut, penampilan para penduduk desa itu aneh dan unik. Mungkin karena ini adalah alam terakhir yang harus mereka lalui, maka warga di sana juga berbeda dari yang sebelumnya mereka pernah temui.      

Ada yang mirip dengan siluman yang terkadang masih mempertahankan fisik hewani mereka meski telah bertransformasi dengan tampilan humanoid. Ada pula yang bentuknya menyeramkan seperti monster. Dan ada pula yang berbentuk manusia-manusia rupawan dengan tanduk di dahi mereka.      

"Ayo! Beli! Beli! Ini adalah inti kristal siluman tingkat tinggi! Beruang Neraka! Hanya cukup membayar dengan tiga buah roh atau senjata level akhir!" Sebuah teriakan lantang terdengar di dekat Andrea sewaktu mereka berjalan menyusuri jalanan pasar terbuka itu.      

"Kemarilah dan cicipi sumsum terbaik dari Singa Awan Ungu! Hanya bertukar dengan Pil tahap sempurna saja!"  Masih ada teriakan lain.      

Mereka saling meneriakkan dagangannya masing-masing sehingga suasana di sana benar-benar riuh penuh akan suara para pedagang menjajakan barang dagangannya.      

"Tiga buah roh? Itu terlalu mahal!" Seorang lelaki tampan dengan dua tanduk mirip tanduk domba berhenti di lapak jualan yang menawarkan inti kristal siluman tingkat tinggi tadi.      

"Hehe... Tuan tampan... jangan remehkan inti kristal ini. Dia memiliki elemen petir yang sangat kuat. Kalau kau atau kerabatmu memakan ini, dijamin mereka akan memperkuat level petir mereka. Cobalah, tuan tampan..." rayu si pedagang yang mempunyai bentuk kepala seperti gurita aneh meski bertubuh manusia.      

Sementara kedua orang itu tengah berdebat mengenai harga, tiba-tiba Andrea maju dan menyodorkan tiga Buah Energi Roh ke depan pedagang itu tanpa berkedip satu kali pun. "Mana inti kristalnya?"      

Kedua makhluk yang tadinya berdebat, kini sama-sama diam dan melongo sambil menoleh ke Andrea. Namun, sang pedagang lebih dahulu tersadar dan meraih tiga buah di tangan Andrea dengan menggunakan tentakelnya begitu cepat.      

"Hehe... nona cantik ternyata memang bermata jeli, tau mutu akan inti kristal ini." Pedagang itu menyerahkan inti kristal sebesar bola basket ke Andrea.      

Pria tampan bertanduk domba tadi menatap penuh iri ke Andrea. Apalagi ketika Andrea malah menyerahkan inti kristal tadi ke Shiro.      

"Shiro sayank, ini untukmu." Andrea menyodorkan kristal hitam sebesar bola basket itu ke anak hybrid putihnya. Shiro melonjak gembira karena ia akan bisa menambah kekuatan petirnya dengan menghisap intisari dari kristal tersebut.      

"Terima kasih, Mama! Terima kasih! Asiikk!" Shiro memeluk kristal besar itu penuh bahagia. Lalu, Andrea mengirim Shiro dan kristal itu ke alam Cosmo agar si putih bisa lebih leluasa mengonsumsi intisari dari kristal siluman tingkat tinggi tanpa terganggu apapun di dalam pondok.      

Biasanya, keduanya akan tidur lelap beberapa waktu jika usai menyerap energi elemen dalam jumlah besar.      

"Mama! Aku juga ingin! Aku ingin kristal besar begitu!" Kuro merengek, tidak menyembunyikan rasa irinya akan keberuntungan saudaranya sendiri.      

"Iya, nanti Mama carikan yang elemen api untukmu..." Andrea membelai penuh sayang kepala Kuro yang segera tersenyum senang mendengar janji sang mama.      

Andrea sungguh memanjakan kedua anak hybrid-nya. Terkadang dia justru lebih royal kepada kedua bocah ular ketimbang hewan lainnya. Untung saja hewan lain bisa mengerti dan tidak ada rasa iri dan juga cemburu melihat duo hybrid lebih sering menerima kasih sayang Andrea.      

Percakapan itu didengar oleh pria tampan bertanduk domba. Dia mengamati Andrea dan menganalisis kelompok itu dengan tatapannya. Ia mengira pasti Andrea seekor siluman ular tingkat tinggi yang mampu bertransformasi menjadi manusia. Itu karena Kuro dan Shiro memanggil mama ke Andrea.      

"Nona, sepertinya kau pendatang baru di sini, betul?" Lelaki tampan bertanduk domba itu menanya ke Andrea.      

Mereka yang belum beranjak dari depan lapak si penjual berkepala gurita aneh itu pun sama-sama menoleh ke Lelaki tampan bertanduk domba dengan tatapan curiga. Gulungan Kuno sebelumnya sudah menasehati mereka agar jangan lengah di alam terakhir atau nyawa adalah taruhannya.      

Kemarin mereka sudah nyaris putus asa ketika Dante terluka, maka kali ini mereka tidak ingin lengah lagi dalam hal apapun.      

Andrea menjawab lelaki itu, "Kami dari negeri siluman, dan datang ke sini untuk berjalan-jalan saja." Dia tidak mengiyakan pertanyaan Lelaki tampan bertanduk domba tadi, juga tidak menyangkalnya. Andrea harus bertindak cermat mulai sekarang.      

"Oh, penduduk negeri siluman sebelah? Pantas saja kau cantik sekali. Tapi siluman ular secantik kau... itu bisa dikatakan langka." Lelaki tampan bertanduk domba berlagak memuji Andrea. Tadinya dia ingin merampas kristal yang dibeli Andrea, namun ternyata kristal itu tiba-tiba lenyap dari pandangan mata bersama dengan ular kecil putih yang tadi.      

Lelaki tampan bertanduk domba itu mengira Andrea memiliki harta karun spesial yang bisa menyembunyikan barang dan makhluk hidup.      

"Oh, terima kasih atas pujianmu." Andrea seakan tidak terganggu ataupun tersanjung akan pujian dari Lelaki tampan bertanduk domba tadi. Dia bersikap tenang, seolah sudah terbiasa sekali dipuji demikian selama berabad-abad hingga bosan.      

Andrea tidak menggubris Lelaki tampan bertanduk domba lagi dan mulai menoleh ke pedagang itu. "Apa ada kristal serupa yang berelemen api?"      

"Elemen api?" Pedagang berkepala gurita aneh tampak memikir sejenak. "Sepertinya ada, tapi bukan level tertinggi. Mungkin di bawahnya." Pedagang itu lantas mengaduk-aduk kantong penyimpanan barangnya, mencari yang disebutkan tadi.      

"Mama... aku maunya yang tingkat tinggi. Yang tingkat tinggi seperti Shiro..." Kuro karuan saja merengek hampir menangis, menolak jika diberi level di bawah saudaranya.      

Andrea mengalah. "Tuan, kalau tidak ada yang level tinggi, maka tak usah. Anakku hanya ingin yang level tinggi saja."      

Pedagang itu pun berhenti mengaduk kantongnya dan menatap Kuro. "Nyonya, kau ini sungguh memanjakan anak-anakmu. Aku baru lihat ada anak kecil yang sudah diberi makan inti kristal tingkat tinggi. Sungguh memanjakan." Dia menggeleng-gelengkan kepala, takjub.      

"Aku tau di mana tempat untuk mendapatkan inti tinggi elemen api," celetuk Lelaki tampan bertanduk domba.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.