Devil's Fruit (21+)

Kali Ini Takkan Menolak (18+)



Kali Ini Takkan Menolak (18+)

0Fruit 221: Kali Ini Takkan Menolak (18+)     

Malam harinya, Andrea masih menyempatkan diri untuk mengganti perban di luka Dante. Biasanya pasta obat itu cepat bereaksi menyembuhkan dan mengeringkan luka asalkan rajin diganti. Dalam waktu sehari pasti akan kering dan sembuh.      

Maka, sebelum dia ketiduran, Andrea sudah mengganti perban sesudah mengoleskan ulang pasta obat di luka Dante.      

Karena tak mau mengganggu Dante yang masih tertidur, Andrea pun duduk di lantai sambil kepalanya terkulai di tepi tempat tidur. Ia tertidur dengan raut lelah. Tapi dia sudah mengonsumsi banyak buah-buah roh agar nantinya dia tidak menganggu Dante di alam mimpi.      

Di tengah malam, Dante mulai terbangung. Ia mengerang lirih merasakan tubuhnya masih terasa sakit disekujur badan. Namun, alangkah kagetnya dia ketika mendapati Andrea tidur terduduk di lantai di sebelah kasurnya.      

Berjuang bangun dengan menggunakan tenaga yang ada, Dante turun pelan-pelan dari kasur dan mulai membopong Andrea untuk direbahkan di tempat tidur di samping dia, kemudian dia kembali membaringkan dirinya sendiri sambil memeluk Andrea.      

Andrea menggumam tak jelas sambil tetap memejamkan mata saat Dante mulai memeluknya. Dia mengigau. Lantas, gadis itu malah menghadap miring ke Dante sambil membalas pelukan dari Tuan Nephilim. Bahkan dia menggosok-gosokkan wajahnya ke ketiak Dante karena saat itu lengan Dante merengkuh Andrea sembari berbaring telentang.      

Dante tersenyum melihat kelakuan Andrea. Dia tidak keberatan kini dijadikan seperti guling oleh Andrea. Memiringkan tubuh sedikit untuk mengecup singkat bibir Andrea, dia tau bahwa lagi-lagi nyawanya pasti diselamatkan oleh gadis itu.     

Ia pun mulai pejamkan mata lagi sambil mengembalikan posisinya, berbaring telentang, meski dijadikan guling oleh Andrea.      

Esok paginya, Andrea terbangung dengan terkejut karena dia sudah berada di atas ranjang, bahkan memeluk erat Dante bagai memeluk guling. Bahkan ia mendapati wajahnya menempel di bawah ketiak Dante.      

Jika tidak karena Dante terluka, Andrea sudah memukul tubuh Dante dan menjerit kesal. Tapi, kini dia hanya terkejut. Ia terduduk di atas kasur masih dengan wajah bingung. "Perasaan tadi malem aku tidur ngesot di lantai, deh. Napa bisa tau-tau ada di kasur? Tsk! Bodi aku parah nih ampe tidur berjalan segala."     

"Kalau kau terus di lantai dingin itu, kau akan sakit nantinya. Kalau kau sakit, siapa nanti yang akan merawatku, bocah?" Tiba-tiba suara Dante sudah terdengar.      

Andrea lekas menoleh ke Tuan Nephilim dan berseru. "Dante! Kamu udah sadar?! Udah sadar, ya kan?!"      

Dante pun membuka matanya dan menatap lembut ke Andrea. "Kau pikir apa ada orang pingsan yang mengigau menjawab omonganmu?"      

"Ahahaaa! Akhirnya kamu sadar juga!" Bukannya mencium atau memeluk seperti biasanya yang ada di drama-drama percintaan, Andrea justru mencubit kuat-kuat kedua pipi Dante.      

"Adududuh! Andrea, sakit!" keluh Dante sambil berusaha menyelamatkan pipinya dari tangan jahat Andrea.      

Andrea bukannya bertobat sudah mem-bully orang sakit, dia malah menaiki perut Dante, mengangkanginya dengan pose ambigu, menjepit sisi pinggang Dante menggunakan dua pahanya. "Yah, siapa suruh kagak bangunin aku semalem waktu kamu udah sadar? Kan kesal, tau-tau aku udah ada di atas kasur. Kirain aku dipindahin Gendruwo, tauk! Eh di alam kayak gini ada setan, kagak yah?" Andrea berlagak berpikir sambil pandangi langit-langit kamar.      

Dante menghela napas dengan kelakuan Andrea. Ia gunakan dua tangannya untuk mengelus pinggul Andrea secara perlahan-lahan. Andai hal seperti ini sering dilakukan Andrea di alam nyata...      

Rupanya Andrea menyadari kelakuan nakal tangan Dante, dia sudah ingin memabok tangan itu ketika tiba-tiba pintu kamar sudah dibentang akibat dorongan kuat ekor Kuro. Untung saja pintu itu meski terlihat rapuh, ternyata cukup kuat menerima terjangan Kuro.      

"Papa sudah ba-" Ucapan Kuro terhenti ketika dia melihat sang mama sedang berada di atas tubuh papanya dengan gerakan mencurigakan. Kuro sempat mematung sejenak.      

Shiro yang di belakangnya juga tertegun.      

Kyuna yang lekas sadar, segera saja menggiring kedua bocah hybrid agar menyingkir dari situ dan tidak mengganggu kegiatan Andrea dan Dante yang entah sudah sampai tahap mana. "Ayo, kita main dulu dengan Om Gazum dan Om Noir di luar."      

Siluman rubah ekor sembilan yang penuh pengertian itu segera menggiring kedua bocah hybrid agar menjauh dari kamar Dante.      

Sepeninggal ketiganya, Andrea menepuk keras dada Dante. "Kamu, sih! Mereka jadi salah paham, kan?!" Ia melotot ke Dante yang berlagak kesakitan di dadanya.      

Dante terkekeh sambil masih mengusap-usap dada telanjang dia yang ditepuk keras oleh Nona Cambion. "Bukannya kau yang tak sabar dan segera naik ke atas aku, Andrea?"      

"Dih! Jangan ge-er, yah Tuan! Aku kayak gini nih biar kamu kagak lari kalo aku mo pukul kamu! Jangan salah paham, napa?!" Wajah Andrea merona. Untung dia bukan pinokio atau hidungnya bisa langsung memanjang.      

"Iya, iya sudah, supaya aku tidak lari, kan? Nah, sekarang aku memang tidak lari, jadi, kemarilah, pererat belitan kamu agar aku benar-benar tak bisa lari..." Dante meraih tengkuk Andrea dan menarik ke arah wajahnya.      

Andrea berontak kecil, ingin menolak, tapi sudut lain hatinya justru berkehendak sebaliknya. Makanya dia tidak melakukan perlawanan keras seperti dulu. Ia pun pasrah digiring ke wajah Dante.      

Bibir mereka saling ditemukan dan saling mulai memagut setelah Dante mempelopori terlebih dahulu. Andrea sudah rela merundukkan tubuh agar Dante bisa leluasa mereguk seluruh sensasi kekenyalan bibir Nona Cambion.      

Suara decapan demi decapan memenuhi kamar meski terdengar samar-samar.      

Dante perlahan turunkan tangannya untuk mengelus punggung Andrea setelah dia menyusup ke balik kaos tidur Andrea yang tipis. Seperti yang sudah dia duga, Andrea tidak memakai bra akhir-akhir ini.      

"Daann-mmcchh..." lirih Andrea sambil menggeliat risih ketika akhirnya jari Dante menemukan puting payudaranya.      

"Ummchh... aku kangen ini... mrrcchh... kenapa semalam tidak datang ke mimpi?" Ia hentikan sejenak cumbuan mereka demi melihat wajah cantik penuh rona dari Andrea yang terengah-engah. Itu luar biasa menawan di mata sang Nephilim.      

Andrea tambah malu karena Dante malah menyinggung mengenai alam mimpi. "Aku kan gak mau kamu tambah parah kalo aku dateng ke mimpi..." Ia berusaha alihkan pandangan ke tempat lain karena tak tahan dengan tatapan berhasrat Dante.      

Dante tidak menjawab. Kedua tangannya lah yang menjawab dengan remasan dan remasan penuh gairah pada dada Andrea yang sudah dia lucuti dari kaosnya.      

Dada itu begitu mempesona dengan payudara penuh menggiurkan bagi Dante, ranum siap dinikmati kapan saja.      

Dante pun menurunkan dada itu agar puting Andrea bisa tiba di mulut dia.      

"Annghh... Daaann..." Andrea melenguh lirih ketika puncak dadanya sudah dihisap-hisap oleh mulut rakus Dante. Ia menopang tubuh menggunakan kedua siku agar memudahkan Dante menggapai payudaranya.      

Sreettt!     

Dante membalikkan posisi, ingin mengungkungi Andrea di bawah tubuhnya. Dia yakin, ia tak salah untuk mengetahui bahwa Andrea pasti takkan menolak dirinya kali ini.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.