Devil's Fruit (21+)

Empat Dewa Berhasil Dideteksi oleh Andrea



Empat Dewa Berhasil Dideteksi oleh Andrea

0Fruit 283: Empat Dewa Berhasil Dideteksi oleh Andrea     

Dikarenakan Andrea merasa sangat keberatan dengan perintah dari yang disebut empat dewa itu, maka gadis Cambion itu pun mulai memasang wajah masamnya dan menatap patung-patung besar yang hampir setinggi sepuluh meter.     

"Berlutut? Kowtow? Maaf, tapi... rasanya itu terlalu berlebihan, bukan begitu, tuan dewa?" Nada tidak puas penuh keluhan jelas terdengar dari kalimat lugas Andrea. Meski dia ingin memberikan kata-kata yang lebih pedas, namun dia berusaha menekan keinginan itu.     

Jika memang mereka harus berhadapan dengan dewa, alangkah mengerikannya nanti. Apakah Andrea sanggup menanggung konsekuensinya jika dia berani membantah perintah dari para dewa kuil tersebut?     

Sanggupkah Andrea melawan para dewa? Kekuatan seperti apa mereka? Begitu hebatkah? Super kuat bagaikan Hercules atau Zeus, mungkin? Meski Andrea sendiri belum pernah bertemu kedua dewa di mitologi Yunani itu.     

"KAU!"     

"Dasar gadis liar! Apa kau sudah bosan bernapas?"     

"Sungguh besar nyalimu menentang kami, empat dewa yang berkuasa di nirwana!"     

"Jangan harap kau bisa lolos dari murka kami! Kami ini sudah puluhan ribu tahun berkuasa atas surga dan bumi!"     

Keempat dewa itu bergantian berteriak dengan suara kuno yang menggelegar bagai akan meruntuhkan kuil itu.     

Namun, Andrea justru mengernyitkan dahinya lebih dalam setelah mendengar kalimat terakhir dari salah satu dewa. Tiba-tiba saja dia menyeringai dan keberaniannya makin timbul. "Memangnya kenapa kalau aku menentang kalian?"     

"Bocah tolol!" teriak mereka hampir bersamaan, mengutuk Andrea.     

"Kalian hanya sebongkah batu di sini!" Andrea benar-benar seperti menantang keempatnya. Raja Naga Heilong dan yang lainnya menahan napas seraya merasakan keringat dingin di punggung masing-masing.     

"Andrea..." Dante berbisik di sebelahnya. Menurutnya, gadis Cambion itu terlalu berani. Takkan ada akhir yang bagus jika berurusan dengan entitas setingkat dewa. Ia mencoba memperingatkan Andrea.     

Meski Dante sendiri belum pernah bertemu satupun dengan yang berstatus dewa, namun tentunya itu bukan sosok yang bisa dianggap enteng, kan?     

Sayangnya, Andrea tidak menggubris Dante. Dia semakin menantang keempat dewa tersebut. "Aku bicara benar, kan? Kalian ini hanya bongkahan batu yang teronggok di sini. Lalu kenapa? Berlagak sok kuasa di depanku? Yakin mampu?"     

"Kau akan mati sebentar lagi, gadis jalang!" teriak salah satu dari dewa itu.     

"Omong besar!" balas Andrea, berteriak tak kalah kencang.     

Wusss! Wusshh! Wuuss! Wuusshh!     

Dengan segera, ada sosok yang berkelebat membawa nuansa angin ketika sosok itu lewat. Dan setelahnya, muncullah empat orang pria yang tinggi besar bagai Buddha. Sikap mereka begitu mendominasi dan memegang tasbih pada masing-masing tangannya.     

Andrea tersenyum kecil. "Kupikir kalian takut untuk keluar bertemu dengan kami para makhluk fana ini."     

"Huh! Kau sungguh berani mengharapkan kedatangan kami!" Salah satu dewa yang tubuhnya paling tinggi, mendengus kesal seraya membuang muka dari Andrea.     

"Kau ingin kami muncul, bukan? Maka, jangan salahkan kami jika kami memberimu pelajaran!"     

"Jangan menangis memohon ampun jika nanti jasadmu tidak utuh lagi!"     

"Lekas berlutut dan kowtow agar kami lekas memaafkanmu!"     

Andrea justru mengorek-korek telinganya dengan sikap acuh tak acuh meski digertak dan diancam seperti itu. "Hah? Kenapa harus memaafkan aku? Gak seru kalo langsung udahan! Dah lah, jangan banyak cingcong, kalo mo tarung ayo aja tarung!"     

Mata keempat sosok dewa itu menyala akan murka dan mereka mulai menerjang ke arah Andrea.     

Namun, tentu saja Andrea tidak perlu takut karena Dante dan Raja Naga Heilong segera menjadi perisai bagi sang Cambion.     

Dhuarr!     

Dhuaarr!     

Tenaga murni Dante dan Raja Naga Heilong beradu dengan telapak tangan keempat dewa yang bergerak serentak.     

Mereka semua sama-sama terpental ke belakang beberapa langkah. Namun, terdapat ekspresi heran pada wajah Raja Naga Heilong. Ia tidak mengira kekuatan dewa sedemikian lemah. Ini tidak sesuai dengan dongeng mengenai dewa yang dia pernah dengar di masa kanak-kanak dia dulunya.     

Ibu sang Raja Naga selalu bercerita bahwa dewa itu sangat amat kuat tiada banding, melebihi apapun. Bahkan dewa bisa dengan mudahnya memindahkan gunung dan mengeringkan samudra hanya dengan menggerakkan satu jarinya secara ringan saja.     

Namun, kenapa ini...     

Andrea sepertinya mengetahui keheranan dari Raja Naga Heilong. Ia menyunggingkan senyum nakalnya. "Kenapa, Paman? Apa kau sudah merasakan kekuatan mereka?"     

Raja Naga Heilong masih belum tersadar dari keheranannya. Ia memandangi telapak tangannya dan kemudian keempat sosok dewa yang mulai berdiri gelisah di tempatnya. "Kenapa.... Apakah aku terlalu kuat sekarang?"     

Andrea terkekeh enteng. "Paman, kau memang kuat, itu aku akui. Tapi kau juga harus tau, bahwa mereka yang disebut dewa itu hanyalah kekuatan ringan saja, tidak ada apa-apanya, bukan?"     

Dante juga akhirnya menyadari keanehan itu. "Benar. Saat aku beradu tenaga dengan mereka, rasanya biasa-biasa saja. Tidak seperti yang aku sangka. Kupikir aku akan terpental terbang dan muntah darah."     

"Tapi enggak, kan?" Andrea seperti meneruskan ucapan Dante. Lelaki Nephilim itu mengangguk mengiyakan kalimat Andrea. Ia memang bingung karena sebelumnya dia sudah pasrah jika memang harus berakhir terluka parah karena bertarung dengan yang namanya dewa.     

Andrea ganti menatap keempat dewa yang berdiri canggung meski tetap berlagak mempertahankan wibawa mereka. "Masih ingin aku berlutut dan kowtow? Kalian ini sangat lemah, malah sok-sokan mo bully aku? Sudah bosan bernapas, yah?" Andrea mengembalikan ucapan keempat dewa itu ke mereka sendiri.     

Keempatnya menggertakkan gigi, menatap benci ke Andrea. "Kami... kekuatan kami banyak berkurang selama berada di dunia!"     

"Wah! Aku jadi penasaran, kalo kalian ini adalah yang berkuasa atas surga dan bumi, bisa aku bayangin betapa kacaunya surga dan bumi sekarang gara-gara kagak ada kalian, ya kan?" Andrea menatap jenaka keempatnya.     

"Kau gadis jalang!" teriak salah satu dewa.     

"Dan kau hanya dewa palsu!" teriak Andrea tak mau kalah.     

Dante dan yang lainnya terperanjat mendengar teriakan Andrea. "Dewa palsu?"     

"Seenaknya saja kau menuduh kami palsu!"     

"Lain kali, sembunyikan dulu pikiran busuk kalian jika berada di depanku. Kalian ini hanya empat siluman yang kebetulan bisa mempunyai aura energi mental yang kuat sehingga orang salah mengenal kalian sebagai dewa, ha ha ha!" Andrea terbahak lepas.     

"Siluman?"     

"Ternyata mereka siluman?"     

"Astaga! Sungguh penipuan karakter yang luar biasa!"     

"Tidak bisa dimaafkan!"     

Kelompok Andrea ganti memaki keempat dewa palsu itu.     

Andrea menyeringai penuh kemenangan. "Nah, kalian harus berlutut dan kowtow padaku sebelum aku berlaku tidak sopan pada kalian nantinya."     

"Jangan harap!" teriak salah satu dewa palsu.     

"Wah, dewa yang ini sungguh punya nyali besar!" sindir Andrea. Ia pun menoleh ke Raja Naga Iblis Heilong. "Paman, kau bisa bebaskan auramu sekarang..."     

Raja Naga Iblis Heilong yang tadinya tertipu dan terpedaya akan akting dewa palsu keempat siluman, langsung saja mengerahkan aura kuat dia sebagai Raja Naga Iblis. Ia marah sekaligus malu karena sempat ketakutan dengan keempat orang siluman itu.     

Segera keempat lelaki siluman yang merasakan aura Raja Naga dari Heilong pun merasakan kajutan dalam hati masing-masing, tidak menyangka ada sesosok Raja Naga paling mengerikan di hadapan mereka. Tentu mereka tidak mungkin akan bisa bertahan dengan adanya tekanan dari Raja Heilong.     

Oleh karena itu, keempat siluman pun saling memberi kode satu sama lain dan tak lama mereka bergegas meloncat keluar dari kuil, ingin melarikan diri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.