Devil's Fruit (21+)

Membagi ke Beberapa Orang



Membagi ke Beberapa Orang

0Fruit 287: Membagi ke Beberapa Orang     

Wajah Rogard menegang ketika melihat hamparan senjata-senjata yang diletakkan Andrea di atas meja ruang makan. "Nona, apakah ini... tidak berbahaya?"     

Andrea memahami kecemasan Rogard. Ia menggeleng dibarengi senyum kecil. "Kagak kok, Ro. Tenang aja. Selain mereka udah bersumpah setia di kontrak, aku juga udah kasi dikit kesadaran aku di otak mereka, plus aku juga udah menyegel mereka supaya mereka cuma bisa jadi senjata, enggak bisa berubah wujud, meski setinggi apapun level kekuatan mereka nantinya."     

Rogard bisa bernapas lega mendengar penjelasan Andrea. "Nona sungguh sudah memikirkan segala antisipasi. Saya lega mendengarnya." Kemudian dia menoleh ke Dante. "Tuan, saya minta maaf karena tidak mendampingi Tuan di luar." Ia membungkuk sekejap ke Dante.     

"Hm, tak perlu khawatir mengenai itu, Rogard. Tugasmu di sini merawat Kyuna, sesuai yang diperintahkan Andera. Maka, sudah sepantasnya kau menjalankan itu."     

Ra yang ditaruh di atas meja pun berubah menjadi manusia dan meloncat ke Rogard. "Hei! Aku ingin bertemu Kyuna! Aku ingin tau kondisi dia bagaimana! Ayo, antar aku ke kamarnya! Kau mau mengantarkan makanan ke dia, kan? Ahh, kalau begitu, lebih baik aku saja yang ke sana! Kau... di sini! Hehe..." Nona jiwa pedang api pun mengambil alih semangkuk sup daging yang sedianya akan diantarkan Rogard ke Kyuna di kamar.     

Fro juga berubah wujud ke manusia.     

"Hoi. Es! Ayo ikut aku ke kamar Kyuna. Kita jenguk dia bersama-sama, oke?!" Ra menarik Fro dengan satu tangannya karena tangan lainnya sudah memegang mangkuk.     

Fro ingin menolak tapi Ra sudah terlanjur menyeret kuat-kuat si pria es. Keduanya pun berjalan ke lantai atas ke kamar Kyuna.     

Sementara itu, di ruang makan, kelompok inti Andrea berkumpul sambil mengamati senjata-senjata baru milik si nona Cambion.     

"Pedang yang ini tampak kuat dan tegas." Gazum mengelus pedang katana menggunakan sayapnya.     

"Oh, iya. Itu pedang Jepang yang biasa dipake ama para Samurai jaman dulu," tutur Andrea. Ia menarik keluar bilah katana dari sarung berwarna hitam pekatnya dan mengamati bilahnya yang beraura kokoh. "Benar-benar pedang yang bagus."     

Kemudian Kuro mendekat dan mengambil wakizashi yang juga bersarung dan berpegangan hitam. Ia keluarkan pedang pendek itu dan mulai mengayun-ayunkan sesuai yang dia pelajari dari Ra. "Ini memang bagus, Ma."     

Andrea melirik sang anak hybrid hitam. "Kuro sayank mau?"     

Kuro menoleh ke Andrea, kaget. "Eh?"     

Sang nona Cambion memulas senyum simpul. "Mama sengaja minta mereka jadi senjata karena Mama emang kepingin kasi mereka ke kalian." Ia elus rambut legam berkilau sang anak.     

Mata Kuro bersinar penuh harap. "Sungguh, Ma? Ini sungguhan untuk aku?!"     

Andrea mengangguk. "Iya, keduanya, karena itu kan satu pasang." Ia menyodorkan pedang katana di tangannya ke Kuro.     

Kuro meraih pedang katana itu dan menyatukan dengan pedang wakizashi dalam pelukannya. "Huwaaa! Mama, terima kasih!" Ia berseru senang dengan muka sumringah.     

Andrea mengangguk lalu menoleh ke Shiro. "Nah, kalo untuk Shiro, Mama kepingin kamu punya yang ini." Dia mengambil sepasang pedang berkait berwarna perak. "Ini pas banget ama warna kamu, sayank..."     

Shiro yang dari awal memang menyukai pedang berkait itu sampai tak bisa berkata banyak selain terus berterima kasih ke sang mama sambil meraih dua pedang berkait dan dengan wajah berseri-seri, dia pandangi terus pedang dambaannya itu.     

"Untuk Paman Heilong, gimana kalo yang ini aja?" Andrea mengambil sabit besar yang tampak ganas berwarna hitam legam, lalu menyerahkan ke Raja Naga Iblis Heilong.     

Sang raja bingung. "Eh? Tuan Putri? Kenapa bersusah payah memberiku senjata sebagus ini?" Ia toh masih menerima sabit besar itu. Dengan menggenggam sabit besar, Raja Naga Heilong tampak bagai malaikat pencabut nyawa sungguhan. Apalagi dengan penampilan serba hitam begitu. Persis!     

Andrea mengurai senyumnya. "Paman Raja kan sering menolong aku di saat keadaan gawat, makanya aku gak akan sungkan-sungkan kasi senjata keren ini untuk Paman. Nah, liat tuh... sabit di tangan Paman cocok banget ama Paman, ya kan?"     

Raja Naga Iblis Heilong terkekeh malu-malu. Dia tidak pernah memiliki senjata apapun selama ini. Bukannya Beliau miskin, tapi karena dia jarang menemukan senjata yang sesuai dengan seleranya. Dan kini ketika Andrea yang dia segani memberi dia senjata sebagus itu, mana mungkin dia berani berkata itu bukan selera dia? Sabit besar itu secara otomatis menjadi selera dia!     

Kini tersisa tombak naginata di atas meja. Andrea mengambilnya dan menyerahkan ke Dante.     

"Untukku?" Dante tidak mengira dirinya juga ketiban rejeki mendapatkan senjata. Ia menerima tombak itu setelah nona Cambion mengangguk mengiyakan.     

"Hu-um. Buat kamu, Dan. Karena Ro belum bisa membelah diri, jadi alangkah bagusnya kalo kamu juga pegang senjata selain pedang. Ini bagus untuk serangan jarak jauh. Gimana? Mau?" Andrea menatap lekat Dante.     

Dante mengangguk. "Kalau menurut kamu itu bagus, maka aku pasti akan setuju."     

Rogard tertunduk sedih. Dia memang belum bisa memisahkan diri seperti halnya Ra dan Fro. Ia masih membutuhkan banyak kekuatan internal agar bisa menjadi pedang sekaligus humanoid. Entah kapan dia bisa mencapai level tersebut.     

Andrea menangkap sekelebat kesedihan Rogard. Ia pun menepuk-nepuk bahu Rogard. "Dante pakai tombak, tidak apa-apa, kan Ro? Tenang aja, kamu tetap senjata utama dia, kok!"     

Rogard tersentak dan malu karena perasaaan dia terkuak di mata Andrea. "Saya... saya pasti setuju apapun yang terbaik untuk Tuan." Dalam hati, Rogard bertekad akan terus meningkatkan kekuatan dia agar dia semakin bisa diandalkan oleh Dante melebihi apapun, siapapun.     

GUBRAAKK!     

Tiba-tiba, terdengar bunyi keributan di lantai atas. Lalu disusul perdebatan keras antara Ra dan Kyuna. Tak berapa lama, Fro sudah keluar dari sana dengan wajah beku.     

Andrea memburu Fro di anak tangga terbawah, sementara Rogard sudah melesat cepat ke kamar Kyuna.     

Fro sebenarnya malas menjawab, tapi karena yang bertanya adalah pemiliknya, maka ia terpaksa menyahut. "Biasa, pertengkaran perempuan. Apalagi?"     

Andrea tidak puas dengan jawaban tersirat Fro. Ia pun lekas naik ke atas, ingin tau apa yang terjadi sebenarnya antara Kyuna dan Ra. Bukankah mereka sudah berjanji tidak akan ribut lagi?     

Dante mengikuti Andrea ke atas. Sedangkan Raja Naga Iblis Heilong menahan Kuro yang ingin ikut naik. "Di sini saja, Nak. Ayo, kita coba senjata-senjata baru kita di luar. Shiro, kau juga."     

Tak bisa menolak, Kuro dan Shiro pun mengikuti sang ayah ke luar pondok untuk mencoba senjata baru mereka.     

Di kamar Kyuna, sudah terjadi pertengkaran.     

"Sudahlah, siluman! Lebih baik kau mengaku saja! Kau ini sangat curang!" teriak Ra keras-keras.     

"Heh! Ini adalah urusanku! Dan aku punya rencana sendiri! Jadi kenapa kau malah yang ribut?" Kyuna tak mau kalah.     

Andrea sudah masuk dan bertanya, "Hoi, hoi! Emang ada apa, sih ini?"     

Ra menoleh ke Andrea dan mengadukan apa yang terjadi. "Nona! Kyu ini sangat curang! Dia memanfaatkan Rogard untuk kesenangan dia sendiri! Bagitu masuk ke kamar dia, aku langsung mencium aroma sperma! Aku yakin dia dan Rogard sudah bersenggama!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.