Devil's Fruit (21+)

Riak Amarah



Riak Amarah

0Fruit 315: Riak Amarah     

Rupanya tak hanya Kenzo yang menyadari perubahan tersebut. Revka pun demikian.     

Saat Djanh menggaulinya untuk yang kesekian ratus kali waktu itu... Djanh bilang sebentar lagi Dante akan dikembalikan, namun harus menunggu Djanh ejakulasi yang keenam ratus enam puluh enam dulu.     

Dan memang benar, sesudah Iblis itu menyemburkan cairan hangat ke liang Revka, Dante sudah ada di kamarnya.     

Revka langsung melesat ke kediaman Dante tanpa menggubris pakaiannya tidak lengkap, dipakai sekenanya saja.     

Namun ia panik karena Dante kembali dalam kondisi tak sadarkan diri. Ia mencari-cari Djanh untuk membuat perhitungan, namun Djanh bagai amblas ke dasar neraka, susah ditemukan.     

Dan kini, setelah Revka berkorban menjadi budak seks Djanh saat Dante 'disekap', Dante malah sering menanyakan soal Andrea, bahkan berkali-kali Revka memergoki Dante menatap sendu ke arah Andrea di kelas.     

Gadis Nephilim itu geram. Ingin mencabik-cabik Andrea.     

.     

.     

Di kediaman Dante, usai pulang sekolah... Revka duduk menyebelahi Dante di sofa ruang tengah. "Boleh aku mendengar ceritamu?"     

"Mengenai apa?" Dante menoleh malas ke sepupunya.     

"Mengenai semua yang terjadi di dalam dimensi ciptaan Djanh."     

Dante terdiam sejenak. Apakah bijak jika ia menceritakan pada Revka? "Tidak. Aku tak bisa."     

"Kenapa?" kejar Revka, makin lekat menatap pria di sampingnya.     

"Karena aku tak ingin mengatakannya. Jangan paksa aku," tegas Dante sembari longgarkan dasinya. "Erefim, bawakan aku minum."     

"Baik, Tuan."     

"Revka, pulanglah."     

"Tidak mau!"     

"Kau tak ada gunanya di sini!"     

Revka terdiam, menggigit bibir bawahnya. Matanya mulai panas. Tega. Tega sekali Dante berkata seperti itu setelah apa yang ia korbankan setahun ini!     

Dante agaknya sadar ucapannya keterlaluan. "Maaf. Aku cuma... sedang ingin sendiri. Kumohon pulanglah."     

Revka bangkit dengan sikap gusar. Ditatapnya Dante penuh kecewa. "Kau... kau beda! Tatapanmu pada Cambion keparat itu tidak lagi berhawa membunuh, Dante! Kenapa bisa begitu?!"     

"Revka, kumohon..."     

"Apa kau sudah kehilangan hasrat membunuh dia?!"     

"Revka..."     

"Apa kau sudah tak punya lagi cita-cita naik ke Surga?!"     

"REVKA, CUKUP!"     

Gadis itu terdiam mendengar teriakan tegas sepupunya. Akhirnya ia pun terbang menghilang dengan amarah membara.     

Tinggallah Dante menunduk sembari tangkup wajah dengan kedua telapak tangan. Kalut.     

.     

.     

.     

"Ken, ajari aku mengendalikan kekuatanku."     

"Tuan Puteri serius ingin mempelajarinya sekarang?"     

Sore itu sehabis mandi, Andrea menemui panglimanya. Ia berhasrat ingin bisa mempunyai kendali akan kekuatan yang ia punyai. Termasuk mengendalikan aromanya.     

"Memangnya aku harus menunggu berapa tahun lagi untuk mempelajarinya?"     

Satu hal yang Andrea heran. Begitu dia keluar dari alam milik Pangeran Djanh dalam kondisi tidak sadar, saat terbangun, dia tidak mendapati cincin RingGo, bahkan ikat pinggang Cosmo juga raib! Anting Linux dan Kalung Jiwa dia juga tak ada. Hanya gelang perisai Scudo saja yang masih melekat di pergelangan tangan kirinya.     

"Baiklah, Tuan Puteri..."     

Kenzo pun mulai memberikan beberapa info dasar mengenai kekuatan yang dimiliki Andrea. Gadis itu memang harus mengenal kekuatannya sendiri agar bisa menggunakan kapan pun dibutuhkan.     

"Aku ingin mencoba nanti malam, Ken."     

"Baiklah, Puteri. Aku dan para Soth akan membimbingmu."     

Andrea tersenyum puas. Ia tak mau terus-menerus seperti anak bawang yang lemah tak berdaya. Kalau memang ia punya kekuatan besar, kenapa tidak dimanfaatkan?     

Dia sudah memiliki skill bertarung yang ditempa di alam milik Djanh, maka kini yang harus dia lakukan adalah mengendalikan kekuatannya saja.     

.     

.     

.     

Malam itu Kenzo benar-benar mengajari Puteri junjungannya dalam penggunaan kekuatan baru sebagai Cambion. Andrea rupanya serius menyimak dan sesekali dia mempraktekkan beberapa lemparan bola sihir hitam ke arah langit.      

"Rupanya Tuan Puteri memang pantas disebut jenius. Dalam waktu singkat sudah paham banyak sihir dan cara pengendalian kekuatan," puji Kenzo yang diangguki oleh para Soth yang mengamati di udara.      

Andrea tersenyum senang. Ia menggenggam tangan yang baru saja melemparkan sebuah bola sihir besar berwarna hitam. Itu bola yang ia ciptakan sendiri dari perpaduan kekuatan api Cero dan kekuatan murni iblis dia.      

Panglima Kenzo dan para Soth tidak ada yang mengetahui bahwa skill tempur Andrea sudah sangat mumpuni.     

Kenzo bangga memiliki Puteri sepintar Andrea. Menurutnya, gadis itu lebih hebat jika mau menggunakan otak dan pengendalian diri ketimbang emosi.      

Namun baru saja Kenzo berlega hati, tiba-tiba ia mendapat sinyal bahaya. Sinyal yang menandakan ada ras lain mendekat secara cepat. Ia lekas menoleh ke asal bahaya tersebut.      

"Dante!" pekik Kenzo ketika melihat pria Nephilim sudah berada di dekat Andrea.      

Andrea sendiri juga terperanjat tak mengira Dante sudah ada di sebelahnya.      

"Andrea, apa kau baik-baik saja?" tanya Dante.      

"Tutup mulutmu!" teriak Andrea.     

Blaarr!     

Bola hitam ciptaan baru Andrea sudah diarahkan ke Dante. Namun pria itu mengelak cepat.      

"Aku datang bukan untuk bertarung, Andrea!"     

"Memangnya aku perduli apa tujuanmu, heh?! Hiyaaakkhh!"     

Sekali lagi Andrea melemparkan bola hitam bertubi-tubi ke Dante, memaksa sang Nephilim harus berkelit ke sana dan kemari secepat mungkin, atau akan fatal terkena.      

Kenzo sudah akan maju, namun Andrea meneriakinya, "Ken! Jangan ikut campur! Ini pertarunganku!" teriak Puteri Cambion. Sang Panglima pun surut, dan diam. Mencoba untuk mempercayai kekuatan Andrea sanggup mengatasi Dante sekalipun.      

Andrea gemas karena Dante terus saja menghindar dari serangannya. "Ayo balas seranganku, tuan sok hebat!" serunya gemas. Rasanya tidak seru jika begini saja.      

Dante menggeleng di udara. "Sudah kukatakan, aku datang bukan untuk bertarung. Aku hanya ingin tau kondisimu, Andrea."     

"Cukup, binatang! Jangan sok perhatian!"     

Blarrr! Glaarr! Blaaarr!     

Andrea melempar tiga bola hitam, tapi Dante tetap saja menghindar tanpa membalas. Apa-apaan pria itu? Andrea kesal luar biasa. Padahal ia berharap bisa bertarung sengit dengan pria yang selama ini sudah memburunya, bahkan menyakiti jiwa raga Andrea.      

Syuutt!     

Taapp!     

Dante berhasil melesat cepat dan menangkap dua tangan Andrea untuk ditahan. "Aku serius menanyakan keadaanmu," ucapnya seraya dekatkan wajah ke muka Andrea.      

Gadis itu menggeram kesal, dan ia mengumpulkan energi yang kemudian di salurkan ke mulut dan dilepaskan ke arah wajah Dante bagaikan naga menyemburkan api, namun ini berwarna merah muda, meskipun tetap saja panas.     

Api Pink. Itu pun ciptaan Andrea.      

Dante terpaksa melepaskan genggaman pada tangan Andrea. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan bagus, Andrea segera menendang Dante kuat-kuat hingga Nephilim itu terlontar ke atas, dan Andrea melesat mengejar untuk memberikan pukulan tangannya pada perut Dante sembari keluarkan bola hitam.      

Pria Nephilim itu pun terkena telak serangan-serangan Andrea dan jatuh roboh ke bawah. Namun sebelum tubuh lemah Dante menyentuh tanah, Erefim sudah menangkapnya.      

"Nona Cambion," ujar Erefim seraya memegang tubuh lemah tuannya yang terkulai. "Kupikir cukup, Nona. Permisi."     

"Tunggu!" teriak Andrea tak terima. Tapi Erefim sudah menghilang membawa Dante dari tempat itu. "Arrghhh! Kesaaaallll!'' Wajah sebal Andrea terlihat jelas.     

Kenzo yang heran akan kemampuan bertarung Andrea, menghampiri. "Tuan Puteri, Anda sungguh hebat mampu membuat pria jahat itu babak belur."      

Tapi Andrea malah mendengus sebal. "Tapi dia melarikan diri seperti anjing!"     

"Sudah, tak apa, Puteri. Setidaknya mereka tau, kini mereka tidak bisa seenaknya macam-macam lagi pada Puteri. Puteri sudah semakin kuat dan mampu mengatasi mereka." Kenzo menenangkan Andrea.      

"Hummfhh! Ya sudah! Ayo pulang! Aku capek!"      

Andrea melesat turun kembali ke kamarnya diikuti Kenzo dan para Soth. Ada dendam membara masih bercokol di dada Andrea. Pelecehan Dante yang ia dapatkan bukanlah hal sepele. Itu harus dibalas. Dante harus ia cabik-cabik hingga lenyap!      

Kini... ia bukan lagi Andrea yang lemah.     

.     

.     

Malam hari ketika lelap, Andrea tampak gelisah dalam tidurnya. Ia bermimpi di tempat antah berantah. Dan betapa kagetnya dia ketika mendapati sesosok makhluk.      

"Dante!" pekiknya tertahan. Ia bersiap melemparkan energi sihir untuk pria Nephilim itu tapi nyatanya tidak berhasil.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.