Devil's Fruit (21+)

Berdamai



Berdamai

0Fruit 306: Berdamai     

"Bisa ceritakan ke kami, apa yang menjadikan kalian bertengkar?" tanya Kyuna pelan-pelan. Ia khawatir menyinggung Andrea dan dikira gadis usil yang ingin tau persoalan orang lain. Tapi dia tidak tahan untuk diam dan melihat saja!     

"Dia rese! Kepo ama sesuatu yang gak penting banget!"     

"Tidak penting? Hah! Bocah, bagaimana hal seperti itu dianggap tidak penting? Apakah hal begitu adalah hal remeh temeh bagimu? Begitukah kelakuan kalian para Succubi?"     

"Hei, hei... jangan mulai sebut-sebut soal itu lagi, yah! Kagak usah kait-kaitkan ini ama Succubi atau apapun, deh Dan!"     

"Lalu aku harus mengaitkan dengan apa? Sementara sikapmu bisa seenaknya begitu mengatakan itu bukan hal penting!"     

"Tapi itu emang kagak penting, Dan!"     

"Itu penting! Itu sangat penting untukku! Kau harus tau itu, Andrea!"     

"Dan, bitplis! Itu kan di alam mimpi doang! Bukan nyata! Bukan real! Ngapain itu ampe kamu baperin segala? Kekanakan, tau!"     

"Kekanakan?! Hah! Jadi yang begitu disebutnya kekanakan, hah? Atau kau hanya seenaknya melabelkan itu padaku karena kau sudah sangat terdesak dan malu pada dirimu sendiri?"     

"Eh! Kapan aku ngerasa terdesak? Malu? Cih! Enggak banget, keleus! Jangan terlalu berhalusinasi, Dan! Gak sehat, you know?!"     

"EKHEM!" Kyuna terpaksa berdehem keras. Siasat dehemnya berhasil, karena Dante dan Andrea segera terdiam. "Untung saja di sini tidak ada Kuro dan Shiro atau mereka bisa sedih melihat kalian begitu."     

Rogard berlagak sibuk menyesap coklat hangat di cangkirnya. Dia tidak tau harus berkata apa jika ada situasi pertengkaran antar kekasih begini. Dia merasa tidak pandai untuk mengurus hal demikian. Bukan bidang yang dia kuasai.     

"Nah, sekarang, tolong ceritakan ke aku semua masalahnya, Tuan dan Noni... agar aku tau, dan mungkin saja memberikan pendapat dan saran untuk kalian." Kyuna membetulkan duduknya untuk lebih bisa menjadi pendengar.     

Andrea menghela napas dan mulai bercerita mengenai kejadian semalam yang membuat dia dan Dante terus berdebat semalam suntuk karena Dante memaksa Andrea terus terjaga sebelum mengatakan jawaban sesuai yang dia tanyakan.     

Kyuna manggut-manggut paham. Dia sudah mendengar semua kisah, baik itu dari versi Andrea, ataupun dari versi Dante.     

"Dia yang salah, ya kan Kyu!" Andrea menunjuk Dante menggunakan dagunya dengan sikap ketus.     

"Huh! Sejak kapan aku jadi yang bersalah?" protes Dante sambil balas menatap ketus ke Andrea.     

"Kalian sama-sama salah, kok!" ujar Kyuna dengan suara tenang.     

Dante dan Andrea lekas menoleh bersamaan ke Kyuna.     

"Kok?"     

"Kenapa kami sama-sama salah? Yang mana aku salah?"     

Kyuna menghela napas sejenak sebelum menjawab, "Noni Putri salah karena harus mengungkit sesuatu yang sangat sensitif, terutama bagi Tuan Dante. Dan kalau aku jadi Noni Putri, mungkin aku akan menjawab saja pertanyaan itu, dan lihat apa yang akan dilakukan Tuan Dante. Kalau Tuan Dante makin marah, maka aku takkan lagi mau berucap jujur jika dia bertanya lagi."     

"Lah, Kyu... ngapain hal gitu aja dibikin sensitif? Emangnya kenapa kalo aku sempat lakukan itu ma orang lain di alam mimpi?" Memori Andrea berlabuh pada suatu malam dia dan Danang bercinta di alam mimpi sebelum Andrea masuk ke alam milik Pangeran Incubus Djanh.     

"Noni..." Kyuna menggenggam tangan Andrea di meja. "Memangnya Noni tidak tau kalau Tuan Dante itu sangat cemburuan? Jika dia bisa meluapkan jeritan cemburunya saja, mungkin Rogard sudah tuli karena mendengar itu. Kau tau, Noni, Tuan Dante sering masam jika Noni banyak menghabiskan waktu dengan Ro di ruang alkemia."     

Rogard melirik Kyuna sambil berdehem canggung, tidak menyangka namanya ikut disebut.     

"Dia... dia cemburu aku ma Ro sibuk bikin obat?" Andrea sampai ternganga hampir tak percaya.     

Kyuna terkikik sebentar sebelum melanjutkan. "Noni ini... kenapa tidak peka mengenai itu? Aku sekali lirik saja sudah paham kalau Tuan Dante sering menahan perasaan dan menekan cemburu dia saban Noni dan Ro pergi ke kamar alkemia." Ia melirik Dante yang melengos membuang pandangan.     

Andrea menoleh ke Dante. "Masa sih, Dan? Kamu cemburu ama Ro?"     

Dante terpaksa alihkan pandangan ke Andrea agar tidak dikatakan kalah. "Tau apa kau dengan perasaan aku, bocah? Kau ini memang biangnya salah."     

"Tuan Dante juga salah, ingat kan?" Kyuna menyahut cepat. Dante menatap Kyuna, ingin protes, tapi gadis rubah tidak memedulikannya dan terus bicara, "Tuan Dante salah karena tidak jujur mengakui cemburu Tuan pada Noni. Tuan dalam masalah baru ini juga salah karena terlalu menekan Noni dan melarang dia tidur hanya demi egois Tuan sendiri. Coba bayangkan, bagaimana jika Noni malah jatuh sakit? Apa Tuan rela?"     

Dante menatap lantai dan berdehem kecil. Hatinya terusik akan pertanyaan retoris dari Kyuna. Memang benar, mana mungkin dia rela Andrea sakit? Bodohnya dia sampai tidak memikirkan sejauh itu! Kyuna benar, dia memang egois. Begitu egoisnya hingga mengorbankan kesehatan Andrea.     

"Tuan Dante, sering-seringlah membuang ego Anda dan perbanyaklah mengungkapkan perasaan jujur Anda. Juga... coba untuk mengalah pada Noni. Mengalah bukan berarti kalah. Mengalah tidak menjadikan Anda pecundang dalam cinta, Tuan. Terkadang itu akan membawa kemenangan untuk Tuan, kok! Seperti aku dan Ro, kadang aku yang mengalah, kadang Ro yang mengalah. Akhirnya, kami jadi makin saling mengerti dan tidak tega untuk terus keras kepala, ya kan Ro?" Kyuna mengelus sayang pipi sang kekasih.     

Ro tersenyum damai dan meremas lembut tangan Kyuna di pipinya. "Tuan Dante dan Nona Andrea itu... sama-sama keras kepala. Jadi... wajar saja jika mereka kesulitan untuk menundukkan ego mereka sendiri."     

Kyuna mengangguk setuju. "Tapi aku yakin, kalau memang kalian saling sayang saling cinta, maka ego adalah nomer sekian. Saling memahami datang dari sebuah rasa sayang."     

Rogard setuju akan pendapat Kyuna. "Saya... pernah mengalami masa dimana saya nyaris kehilangan Kyuna karena ego saya, Tuan, Nona. Dari pengalaman menyakitkan itu, saya jadi lebih menghargai keberadaan Kyuna, saya jadi lebih membuang ego saya. Karena saya sadar, tanpa Kyuna, saya pasti hampa dan saya tidak ingin menyesal."     

Dante tertegun dengan ucapan pedang dia sendiri. Itu sangat menohok Dante dalam berbagai aspek. Dia terlupa bahwa dia pernah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak bertengkar dengan Andrea di masa-masa tidak menentu Andrea begini. Dia tidak tau kapan ajal menjemput Andrea. Tapi kenapa dia malah diributkan dengan sesuatu yang... sebenarnya tidak perlu dibahas atau dipertanyakan.     

Yah, mungkin Andrea benar. Hal yang dia ingin ketahui itu... memang tidak penting.     

Tiba-tiba, Dante bangun dari kursinya dan menarik paksa tangan Andrea. Ia menarik Andrea ke kamar mereka. Kyuna dan Rogard hanya bisa tertegun menyaksikan sikap impulsif Dante. Namun, tidak lama kemudian, Kyuna tersenyum bersama Rogard. Tampaknya mereka sudah tau apa yang akan terjadi selanjutnya.     

Di kamar, Dante memeluk Andrea. "Maaf. Aku minta maaf karena egois. Aku benar-benar minta maaf, Andrea." Ia teringat Andrea yang pernah sekarat gara-gara siluman babi. Ia hampir kehilangan Andrea waktu itu. Bagaimana bisa dia masih egois saat ini setelah diberi kesempatan untuk lebih lama dengan Andrea?     

Tidak disangka, ada isak lirih dari Andrea yang membuat Dante segera melepaskan pelukannya dan menatap mata basah sang gadis.     

"Andrea... maaf, aku minta maaf sudah membuat kamu tidak nyaman dan marah." Dante meniadakan air mata di bawah kelopak Andrea menggunakan ibu jarinya.     

"Benci! Aku benci kamu, Dan! Hiks! Aku benci kamu sebut-sebut soal Succubi gitu ke aku... hiks!"     

"Iya, maaf... aku salah mengenai itu..."     

"Padahal aku gak pernah ama siapapun di alam mimpi kecuali ma kamu doang sejak kita di alam Djanh piipp! Aku benci kamu yang seenaknya nuduh, Dan!"     

Mata Dante kini turut basah, namun senyum mulai tertoreh di wajah tampannya. Dia bahagia. "Aku minta maaf sudah menuduhmu."     

Andrea memukul dada Dante, kesal. "Lain kali bisa gak sih lebih percaya ma aku, hah?"     

"Iya, aku pasti akan selalu percaya kamu, Andrea. Pasti. Dan selalu..."     

"Dan, apakah kamu begini gegara aku udah mo matek?"     

Dante melengos tidak nyaman akan ucapan Andrea. "Kumohon tidak perlu menyebut soal itu, Andrea."     

"Ada satu hal yang dari kemarin-kemarin ingin aku lakukan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.