Devil's Fruit (21+)

Kumohon, Jangan Pergi Tinggalkan Aku!



Kumohon, Jangan Pergi Tinggalkan Aku!

0Fruit 291: Kumohon, Jangan Pergi Tinggalkan Aku!     

Melihat Kyuna tenggelam di bak mandi, Rogard segera maju memburu ke bak mandi dan lekas meraih tubuh sang gadis siluman rubah untuk dia angkat selekasnya dari dalam air.     

Kyuna masih berwujud manusia ketika itu terjadi. Dan masih memakai pakaian lengkap. Rogard tak habis pikir mengenai itu. Ia bergegas membawa Kyuna keluar dari kamar mandi, meletakkan dia ke lantai kamar dan melucuti semua bajunya yang basah kuyup.     

Rogard sangat panik saat ini. "Nona Kyuna! Apa yang kau pikirkan? Kenapa berbuat aneh begini?" Suaranya bergetar sambil dia terus membebaskan Kyuna dari pakaian basahnya. Kemudian ia mengambil handuk dan buru-buru mengeringkan tubuh Kyuna sebelum sesuatu yang buruk terjadi.     

Wajah Kyuna begitu pucat. Bibir ranum itu kini seputih bawang. Usai mengeringkan tubuh Kyuna, pria jiwa pedang itu pun membopong Kyuna ke tempat tidur dan menutupi tubuh telanjang Kyuna dengan selimut.     

Curiga, Rogard memeriksa detak jantung Kyuna. Tidak ada! Tidak ada detak jantung di dada Kyuna. "Nona! Jangan takuti aku! Nona Kyuna!" Ia mengguncang-guncangkan tubuh diam Kyuna.     

Rogard bingung. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Apakah Kyuna sudah mati? Perlukah dia memanggil Andrea? Tapi bagaimana jika Andrea akan murka hebat karena dia lalai akan Kyuna?     

"Nona Kyuna, tolong jangan diam saja! Nona! Bangun!" Rogard terus mengguncang tubuh Kyuna yang terbungkus selimut.     

Wajah Rogard penuh dengan gurat cemas dan takut. Walau dia kecewa pada Kyuna, tapi dia sama sekali tidak mengharapkan hal demikian terjadi. Ini bukan yang dia mau! Dia ingin Kyuna tetap ada dan memunculkan kembali senyum nakalnya saat menggoda dia. Rogard masih ingin mendengar rengekan manja Kyuna seperti biasanya. Rogard tidak suka melihat wajah cantik Kyuna jadi sepucat mayat.     

Tidak, tidak! Rogard tidak ingin membayangkan Kyuna seperti mayat. Apa yang harus dia lakukan? Bisakah dia menyelamatkan Kyuna.     

Tiba-tiba, muncul pemikiran gila di benak Rogard. Ia pernah melihat orang menyelamatkan orang lain dengan metode penyetruman pada jantung dan memompa dada.     

Maka, karena tidak ada ide lainnya, Rogard pelan-pelan menyalurkan energi listrik dia ke dada kiri Kyuna.     

Bzzt!     

Masih belum ada reaksi.     

Bzztt!     

Rogard menambah kekuatan listriknya yang dia salurkan melalui jari, tetap tidak ada reaksi dari Kyuna.     

"Nona Kyuna, kumohon, sadarlah! Jangan menakuti aku begini, Nona!" panik Rogard sambil menyetrumkan listriknya ke jantung Kyuna dengan kekuatan lebih besar lagi. "Nona, ayo! Ayo bangun, Nona!"     

Bzzzttt!     

Kyuna masih terdiam dan masih pucat pasi.     

"Nona, kumohon! Kumohon jangan begini!" Rogard masih berseru panik. Ini benar-benar tidak seperti dia biasanya yang selalu bertingkah tenang dan terkendali. "Nona, bangun! Bangun! Kau harus bangun dan membuka matamu!"     

Bzzzttt!     

"Nona, kumohon bangunlah... bangunlah..." Lelaki itu mulai menangis. Apakah usahanya sia-sia? Kyuna tidak berhasil selamat? Dia terlambat? Air mata sudah bercucuran deras dari mata Rogard tanpa dia sadari. "Nona, bangunlah... aku rela kau melakukan apapun padaku asalkan kau bangun, Nona. Jangan begini... aku tidak suka... Nona Kyuna, kumohon..." Suaranya meratap, memohon dengan sungguh-sungguh.     

Ia teringat adegan orang memberikan CPR pada korban gagal bernapas. Maka dia pun naik ke atas Kyuna dan memompa dada Kyuna selama beberapa interval dan lalu salurkan energi listrik melalui telapak tangannya.     

"Nona, bangunlah... Nona, aku tidak ingin Nona meninggalkan aku... Nona... jangan pergi begini, Nona. Aku janji aku akan patuh menuruti apapun mau Nona. Kumohon..."     

Rogard terus meratap sedih sambil tidak henti memberikan tindakan CPR. Hanya memompa dada dan menyalurkan listrik ke jantung Kyuna.     

"Nona... bangunlah... jangan tinggalkan aku..."     

"Uhuk!" Tiba-tiba, air memuncrat keluar dari mulut Kyuna. "Uhuk! Uhuk!"     

Mata ungu Rogard terbelalak lebar. Ia lekas turun dari tubuh Kyuna dan mengambil tubuh itu untuk dia dekap. "Nona! Nona Kyuna!" Ia menepuk-nepuk pipi dingin Kyuna. "Nona, kumohon sadarlah... jangan takuti aku begini, Nona!"     

"KYU!" Dari arah pintu, muncul Andrea dan Dante. Seruan dari gadis Cambion membuat Rogard terkejut. Gadis itu pun memburu ke Kyuna. "Kenapa dengan Kyu, Ro?! Dia kenapa?!" Ia pegang pipi Kyuna, dingin sekali.     

Rogard lekas hilangkan lelehan air mata di wajahnya dan menunduk, merasa sangat bersalah. "Saya... saya menemukan Nona Kyuna di... dalam bak mandi... tenggelam..." ujarnya lirih, masih menyisakan isak kecil. Ia tidak bisa lagi menutupi ini dari Andrea.     

Andrea segera duduk di tepi ranjang dan menyuruh Rogard naik ke kepala ranjang untuk duduk menopang tubuh Kyuna yang belum juga kembali ke suhu normal. "Pantes aja rambut dia basah gitu. Duh, Kyu..."     

Nona Cambion tidak menyangka Kyuna mengambil tindakan luar biasa konyol. "Ro, tahan dia, yah. Aku mo salurin energi panas ke dia biar suhunya balik normal."     

Rogard mengangguk. Ia mendekap Kyuna, sementara Andrea menyalurkan energi panas apinya yang kecil dan hangat ke pipi, leher, tangan dan dada Kyuna. Dante menyingkir pergi dan menutup pintu.     

"Buka aja selimutnya, Ro." Andrea tau Dante keluar karena Kyuna tidak memakai apapun di balik selimut, maka Andrea paham Dante memberi kesempatan ke Andrea untuk memberikan perawatan secara menyeluruh jika dia tidak di sana.     

Rogard patuh dan menyingkapkan selimut itu. Andrea lekas berikan tenaga hangat apinya ke berbagai sudut tubuh Kyuna.     

"Apa tadi dia gak napas?" tanya Andrea ke Rogard, karena dia mendengar kata Kyuna tenggelam di dalam bak mandi. Itu jelas-jelas menandakan si gadis rubah sempat kehilangan napas tentunya.     

Rogard mengangguk. "Dia memang tidak bernapas ketika saya ambil dari air. Lalu saya... saya salurkan tenaga listrik saya ke jantung dia dan... sedikit memompa dada dia seperti yang pernah saya lihat di sebuah rumah sakit."     

Andrea melongo. Rogard memberikan bantuan CPR? Itu satu-satunya dugaan Andrea jika menilik dari cerita si pria jiwa pedang petir. "Ro, kau sudah tepat melakukan tindakan penyelamatan pertama. Tapi... lain kali... kalau ada hal begini darurat, kau harus panggil aku, jangan seenaknya melakukan CPR, karena... kalau tidak tepat, yang ada justru akan tambah celaka."     

Tuan jiwa pedang petir mengangguk dan tertunduk lesu.     

"Kyu, ayo Kyu, berjuang. Jangan tinggalin aku. Tuh, Rogard tadi nangis, loh! Masa sih kamu tega banget mo bikin Ro mewek sepanjang hidup dia?"     

Mendengar kalimat jahil Andrea, Rogard makin tak karuan.     

Setelah menyalurkan energi api hangat ke Kyuna selama hampir satu jam, akhirnya suhu tubuh Kyuna kembali normal. Tapi, gadis itu masih belum siuman.     

"Ro, keringkan rambut dia. Jangan ampe basah gitu untuk ditidurkan. Bahaya." Andrea sedikit menakut-nakuti Rogard. Ia berjalan ke arah meja rias dan mengambil hair dryer di sana. Kemudian, menyerahkannya ke Rogard. "Kamu kan punya listrik, jadi gak perlu colokin ini ke stop kontak. Ya, kan?"     

"Ya, Nona. Saya paham." Rogard menerima hair dryer dan mulai menyalurkan tenaga listrik dia. Hair dryer pun beroperasi dengan baik. Andrea membantu mengeringkan rambut panjang Kyuna dengan menggunakan hangat apinya yang lembut, tidak berlebihan. Tidak lucu rasanya jika dia malah membakar rambut indah Kyuna.     

Setelah rambut nona rubah kering dan tubuhnya juga bersuhu normal, Andrea pun lega dan siap untuk keluar dari sana. "Aku titip Kyuna lagi ke kamu, Ro. Tolong dirawat. Kalau ada apa-apa, kasi tau aku."     

"Baik, Nona. Saya mengerti." Rogard mengangguk. "Nona..." panggilnya ke Andrea sebelum si Cambion mencapai ambang pintu. Andrea menoleh ke belakang. "Terima kasih. Terima kasih sudah menyelamatkan Nona Kyuna."     

Andrea tersenyum kecil. "Kau yang menyelamatkan dia, kok! Aku cuma bantu dikit aja." Lalu, ia pun keluar dan membiarkan Rogard berdua dengan Kyuna di kamar itu.     

Rogard menatap Kyuna yang sudah direbahkan di kasur. Gadis itu masih belum siuman. Hanya memuntahkan air saja dan kembali pingsan. "Nona..." Ia mengelus pipi halus Kyuna yang kini tidak sedingin tadi. Lelaki itu tersenyum penuh syukur. Ia duduk di tepi ranjang. "Aku senang Nona tidak meninggalkan aku. Kumohon, jangan pergi, Nona."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.