Devil's Fruit (21+)

Pesta untuk Sabrina



Pesta untuk Sabrina

0Fruit 290: Pesta untuk Sabrina     

Sudah dua hari ini semenjak insiden terkuaknya motif asli Kyuna pada Rogard. Andrea juga sudah bicara pada Kyuna dan juga pada Ra. Meski begitu, sepertinya belum ada perubahan situasi di antara mereka bertiga.     

Andrea ingin bicara pada Rogard juga, tetapi Dante menahannya dan mengatakan dia akan mencoba bicara sendiri dengan pedang milik dia.     

Saat ini, Andrea dan Sabrina duduk berendam di kolam misterius.     

"Bree, suasana jadi aneh yah kalo begini aja." Andrea memulai keluhannya. Sesungguhnya ini juga karena keras kepala dia sendiri sehingga situasi berkembang menjadi seperti ini canggungnya.     

"Nonaku, beri mereka waktu. Yang terpenting, Nonaku sudah berusaha yang terbaik untuk mereka bertiga." Sabrina yang kini bertambah kuat dan besar mencoba menenangkan hati Andrea.     

"Padahal, yah Bree... aku cuma kepingin kalian semua saling sayang dan saling berjodoh. Aku tuh suka liatnya kalo kalian saling berpasangan dan rukun semuanya. Huff..." Andrea hela napas. "Andai semuanya mudah seperti waktu aku jodohin kamu ama Noir,,," Ia menatap tak berdaya ke macan sabertooth dia yang cantik dan anggun.     

"Um... Nonaku... tidak semua hal akan berhasil seperti mau kita." Sabrina membalas tatapan Andrea. "Dan Nonaku... maaf, aku gagal."     

"Heh? Gagal apaan?" Andrea gusar dan memutar tubuh ke arah Sabrina. Matanya langsung membola disertai hati yang panik. Apakah Sabrina dan Noir putus hubungan? Jika benar begitu, akan seperti apa sedihnya Andrea sebagai mak comblang.     

"Aku... umm... gagal mempertahankan prinsipku yang dulu." Sabrina tertunduk.     

Perasaaan Andrea makin tidak karuan. "Bree, please... jangan bilang kamu dan Noir... kelar? Please jangan kasi aku berita buruk macem itu, Bree. Kalian ini kesayangan aku."     

Sabrina mengangkat wajahnya dan tersenyum kecil. Tampak menyeramkan karena ada dua taring panjang dan besar meski dia tersenyum. "Entah ini berita buruk atau justru sebaliknya."     

"Bree, ngomong, ada apa? Kamu gagal apa?" Jantung Andrea berdegup lebih cepat, seraya dia terus berdoa jangan sampai apa yang dia pikirkan terjadi sungguhan.     

"Aku gagal menjaga agar tidak hamil," ujar Sabrina sembari tersenyum kecut.     

Andrea mencerna sejenak kalimat Sabrina. Gagal menjaga agar tidak hamil. Kalimat itu terus berputar di otak sang Cambion. "Bree... maksudmu... kamu..." Andrea takut pemikirannya tidak sesuai dengan yang Sabrina maksud.     

"Iya, Nonaku. Aku mengandung anak-anak Noir." Sabrina masih saja tersenyum kecut ketika mengatakan berita itu.     

Andrea termangu sejenak sebelum akhirnya dia membuncah dalam bahagia dan menepuk bahu Sabrina, lalu memeluk macan betina itu. "Bree! Kau ini dasar macan cantikku yang konyol! Tentu itu berita sangat bagus! Itu sangat amat bagus, Bree! Jangan pernah bilang itu berita buruk! Aha ha ha ha!" Dia begitu senang sampai memeluk erat Sabrina.     

"A-ahh, baiklah, Nonaku. Jika ini berita bagus untuk Nonaku, maka... itu adalah berita bagus. Tapi, ini akan menghambat-"     

"Jangan ngomong soal menghambat, Bree!" Andrea melonggarkan pelukannya dan tatap tajam Sabrina. "Ingat, anak-anakmu adalah sesuatu yang berharga. Mereka akan menjadi kesayangan aku juga! Maka, aku mau kamu... dan Noir, menjaga mereka untukku. Mengerti, Bree?"     

Kedua alis Sabrina bertaut ke atas, wajahnya tampak kaget dan canggung. "Ba-baiklah, Nonaku. Apapun untuk Nonaku."     

"Ah ha ha ha! Aku bakalan punya macan-macan kecil yang unyu!" seru Andrea kegirangan. Nona, tentunya kau senang bukan untuk kau ambil kulit bulu mereka yang cantik, kan?     

Si Cambion segera bangun dari kolam dan cepat memakai pakaian. "Bree, boleh kan ini aku umumkan ke mereka semua?" Ia begitu bersemangat. Berita dari Sabrina bagai embun sejuk yang melingkupi hati Andrea yang kacau balau beberapa hari ini akibat cinta segitiga di kelompok mereka.     

"Umm... aku serahkan saja pada Nonaku." Sabrina menyiratkan persetujuannya.     

Dan hari itu, Andrea mengumumkan berita gembira kehamilan Sabrina. Ia bersikeras mengadakan pesta makan-makan untuk semua yang ada di alam Cosmo. Bahkan pesta itu dilangsungkan di sebuah lembah di dekat pondok agar bisa mengundang pula para koloni siluman kingkong.     

Mereka pesta daging panggang dan juga Andrea memasakkan makanan selain daging sebagai pengenalan rasa baru pada mereka, seperti kentang goreng. Pesta makan itu berlangsung dari siang hingga malam. Semua orang bersuka ria dan beberapa ikut membantu memanggang daging untuk dibagi-bagikan ke semua orang.     

Andrea juga memanen banyak buah energi roh dan buah kristal untuk dihidangkan di pesta yang bisa disantap sesuka hati mereka semua.     

Apakah semua bergembira? Ternyata tidak untuk tiga orang. Suasana pesta yang hiruk pikuk masih terasa hambar untuk ketiganya. Bahkan Kyuna tidak juga keluar dari kamarnya. Ia terus meringkuk di kasurnya sambil menangis kapanpun dia mengingat Rogard.     

Ra meski sekarang sudah dikeluarkan dari RingGo pun masih memiliki wajah panjang yang menandakan sedih dan belum bisa menerima semua yang terjadi. Ia hanya menyerap beberapa inti kristal api dengan wajah lesu.     

Fro yang melihat Ra duduk menyendiri jauh dari lembah tempat diadakannya pesta, segera mendekati. "Tidak bisakah kau bertindak gagah dan hebat seperti biasa yang kau dengung-dengungkan? Atau sekarang kau sudah lembek dan payah?" Ucapan Fro selalu menyengatkan hawa dingin yang menusuk pada telinga seseorang.     

Ra menoleh dan pandangannya terbakar. "Kau cari mati, heh?! Tutup mulut busukmu itu! Kau tidak tau apa-apa, jadi lebih baik diam saja, Es!"     

Fro menatap jijik ke Ra. "Diam? Tutup mulut? Huh! Maaf saja, aku bukan sosok lemah yang langsung lembek hanya karena membumbungkan perasaan. Apa kau tidak malu bersaing dengan pihak lain dimana pihak itu sudah berhasil? Kau ini menyedihkan, mengejar-ngejar sesuatu yang tidak sepantasnya kau kejar. Bahkan itu menurunkan martabatmu sebagai pedang kuno!"     

Ra menerjang ke Fro. "Tau apa kamu soal perasaan, hah?!"     

Fro tidak berkelit dan menerima serangan ganas Ra. "Setidaknya aku tetap tegar dan kuat meski seseorang yang aku suka tidak memerdulikan perasaanku padanya!"     

Ra langsung berhenti menyerang, tertegun akan ucapan Fro. "Apa... apa maksudmu, Es?" Suaranya bergetar, mata merahnya bergerak-gerak.     

"Kau pikir apalagi, Api tolol? Memangnya seberapa tololnya kamu sampai tidak tau bahwa aku menyukaimu sejak dulu dan kau berlagak abai saja selama ini dan sibuk mengejar orang lain, hah? Apa kau pikir aku tidak sakit hati? Kau pikir aku tidak ingin marah? Tidak!" Fro tegas berkata disertai tatapan sedingin es dan sikap tenang.     

"Es... kau..."     

"Aku tetap seperti aku biasanya meski hatiku sakit. Apa kau pernah melihat aku jadi melemah hanya karena dirimu? Apa aku berubah jadi lembek karena tidak mendapatkanmu?" tanya Fro lugas ke Ra.     

Gadis jiwa pedang api itu tanpa sadar menggeleng dengan mata masih terpaku linglung. Benaknya masih memikirkan kalimat-kalimat tajam Fro.     

"Jika kau masih juga tidak bisa menerima kenyataan bahwa si petir dan rubah itu bersama, lebih baik kau patahkan dirimu saja! Tidak perlu terus mengagung-agungkan dirimu dengan menyebutkan kau hebat dan sebagainya. Kau tidak perlu lagi menyandang sebagai pedang suci kuno, karena gelar itu sangat tidak pantas untuk kau yang selembek ini!" Setelah berucap kejam demikian, Fro pun berlalu dengan langkah ringan, kembali ke tempat pesta.     

Ra termangu lama di tempatnya. Semua kalimat dari Fro sangat tajam menusuk hatinya, setajam jarum es besar yang menembus jantung dan mengoyak semua yang ada di sana.     

Di tempat lain, Rogard berjalan sendirian ke sebuah bukit, menjauh dari keramaian. Ia bingung, meski berada di tengah keramaian, nyatanya... ia justru merasa sepi. Ia kini merasa kosong dan aneh. Banyak perasaan aneh yang berkecamuk di sanubari dia.     

Ia memandang langit malam penuh bintang berkerlipan di atas jauh sana. Seketika saja dia teringat wajah ceria Kyuna. Ia juga teringat senyum hangat Kyuna yang menawarkan makanan ke Rogard. Dan Kyuna yang kerap menggodanya.     

Tiba-tiba... dia merindukan itu semua. Ada sebuah lubang yang perlahan-lahan terbentuk dan mengikis hatinya, menimbulkan rasa sakit setiap dia mengingat Kyuna. Ada apa sebenarnya ini? Kenapa jadi terasa jauh berbeda dengan tidak hadirnya Kyuna? Sudah berapa hari gadis rubah itu mengurung diri di kamar dan tidak mau muncul?     

Hatinya pedih, sakit dan nyeri hanya karena mengingat sang gadis rubah. Senyum Kyuna, tawa gadis itu, wajah merona Kyuna, halusnya kulit seputih giok sang siluman cantik. Semua pesona Kyuna berkelebat hadir di benaknya, membuat dia merasa ngilu di dada.     

Ada apa ini?     

Bukankah dia hanya alat mainan bagi Kyuna? Lalu kenapa tampaknya Kyuna lebih sedih daripada dia? Sepanjang hari dia hanya mendengar sayup-sayup lolongan sedih Kyuna saja dari jauh. Apakah gadis itu sudah makan dengan benar? Apakah lukanya sudah pulih total?     

Tanpa sadar, Rogard berjalan kembali ke tempat pesta, mengambil beberapa potong daging yang ia tampung di sebuah daun lebar yang tebal. Setelahnya, ia berjalan pelan-pelan ke arah pondok.     

Andrea melihat itu, dan ingin menyapa Rogard, namun Dante menahannya. Pria Nephilim itu menggelengkan kepala ke Andrea, memberi kode agar Andrea tidak perlu berbuat apapun saat ini pada Rogard.     

Kaki panjang Rogard sudah memasuki pondok. Dia hanya ingin menawarkan daging saja ke Kyuna, siapa tau gadis itu belum sempat makan malam. Dia melakukan ini hanya atas dorongan... kasihan. Yah, itu yang dia yakini sekarang ini. Bagaimana pun, dia pernah khawatir dan merawat Kyuna.     

Setiba di depan kamar Kyuna, ternyata kamar itu terbuka. Rogard ragu-ragu untuk masuk. Tidak ada suara di sana. Apakah Kyuna berjalan keluar dari kamarnya? Tapi, sayup-sayup dia mendengar suara air mengalir di kamar mandi.     

"Nona? Nona Kyuna?" panggil Rogard. Ada bunyi air mengucur tapi tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi. Curiga, ia pun membuka kamar mandi. "NONA KYUNA!"     

Di depannya sudah terpampang Kyuna yang tenggelam di dalam bak air.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.