Devil's Fruit (21+)

Bertarung Melawan Empat 'Dewa'



Bertarung Melawan Empat 'Dewa'

0Fruit 284: Bertarung Melawan Empat 'Dewa'     

"Tak aku sangka bahwa para dewa penguasa surga dan bumi justru melarikan diri seperti anjing yang dipukuli, hihi!" Andrea sudah mengejar keempat siluman yang berusaha kabur.     

Keempat siluman itu melesat ke berbagai arah yang berbeda dengan tujuan untuk membingungkan pihak Andrea. Namun, sayang sekali strategi kilat mereka kurang menuai kesuksesan seperti yang diharapkan.     

Begitu mereka mencapai halaman kuil yang luas, Andrea sudah menyemburkan api Cero dari telapak tangannya, membentuk lingkaran yang mengurung keempat siluman penipu.     

Api Cero seketika lekas berkobar liar dan menakutkan. Dengan bertambahnya kekuatan Andrea akhir-akhir ini, maka efek api Cero miliknya juga makin ganas. Meski mungkin tidak akan bisa langsung membinasakan siluman atau hewan iblis menjadi abu dalam sekejap, namun terjilat sedikit pun pastinya tidak akan menyenangkan bagi lawan.     

Keempat siluman terkejut dengan kemunculan api Cero yang sangat menyengat meski belum sampai pada tubuh mereka. Dengan begitu, mereka paham pasti api merah tua itu sangat berbahaya bagi mereka berempat.     

Andrea dan Dante masuk ke dalam lingkaran. "Paman Heilong, lebih baik Paman berjaga-jaga di luar aja, yah! Biar aku dan Dante yang urus nih cecenguk alay! Sok-sokan nyamar jadi dewa, huh!"     

"Baiklah, Tuan Putri." Raja Naga Heilong dan kedua anaknya benar-benar hanya berdiri di luar lingkaran api Cero saja walaupun Kuro tampak tidak puas karena dia tidak diajak masuk untuk menghajar para siluman penipu.     

"Dan, jangan sungkan-sungkan tabokin mereka, oke? Nih!" Andrea menyerahkan Pedang Es ke Dante. "Ra dan Fro, tetaplah dalam wujud pedang. Aku ingin kekuatan kalian tidak terpecah dua."     

Ra dan Fro menjawab bersamaan, menyetujui kemauan Andrea. Memang, jika mereka memisahkan antara bilah dan wujud humanoid, meski itu hal yang mudah bagi keduanya yang kuat, tapi pemisahan wujud itu berdampak pada kekuatan masing-masing.     

Maka, karena Andrea ingin menggunakan kekuatan penuh dari pedangnya, dia pun menyuruh Ra dan Fro tetap berada dalam wujud bilah pedang saja.     

"Kalian... kalian jangan sembarangan memandang rendah kami! Kami ini siluman tingkat tinggi yang sangat kuat! Kau hanya manusia lemah!" Siluman yang bertubuh pendek berujar keras menekan rasa takutnya. Matanya melotot gahar ke Andrea dan Dante.     

"Ya, ya, ya... udahan ngomongnya?" Andrea berlagak abai dan mulai menghunus pedangnya setelah itu melemparkan sarung pedang ke dalam RingGo.     

"Kalian terlalu tinggi memandang diri kalian sendiri!" teriak salah satu siluman sambil perlahan-lahan mengangkat telapak tangan kanannya, terlihat cahaya putih samar-samar mulai  berkumpul di telapak tangan dia, seolah-olah itu membentuk pusaran angin puyuh kecil.     

Dante dan Andrea juga bersiap di tempatnya masing-masing.     

Siluman tadi melepaskan serangan dari telapak tangan kanannya, sehingga cahaya putih itu pun menyebar bagai riak air di atas permukaan kolam. Cahaya itu menerjang Dante yang paling dekat dengannya.     

Wajah Dante berubah tegang. Pedang Es di tangannya sudah diposisikan horisontal di depan tubuh untuk memblokir serangan siluman itu.     

Zhueenngg!     

Bentrokan energi keduanya mengakibatkan Dante mundur ke belakang enam langkah. Siluman tua itu menyeringai senang karena serangannya masih bisa memukul mundur Dante. Ia kembali maju menerjang Dante.     

"Kakak! Biar aku ikut membantumu!" Siluman yang lebih muda ikut menyerang Dante, bergabung dengan saudaranya.     

Sedangkan di pihak Andrea, dia juga melawan dua siluman lainnya. Ia tidak gentar sedikitpun meski dikeroyok oleh dua siluman tingkat tinggi. Toh, ada Raja Naga Iblis Heilong yang berjaga di luar lingkaran.     

Keempat siluman sadar mereka takkan menang melawan Raja Naga Iblis Heilong. Namun, mereka tetap ingin melawan dan membunuh Dante serta Andrea untuk kepuasan batin mereka meski nantinya mereka akan dibunuh oleh Raja Heilong. Tidak mengapa. Keempat siluman sudah bertekad bulat mengenai keputusan itu.     

Kaki ramping Andrea melangkah ringan di atas tanah bagai melayang seanggun capung. Sesekali dia melonjak kecil menggunakan kekuatan Mossa untuk menghindari serangan dua siluman. Selain tangan kanan dia menggenggam Pedang Api, ia tetap menyarangkan tinju api dia yang berkelebat kontras dengan gerakan anggun kakinya, menghamburkan cahaya merah yang berbahaya seakan bisa merobek ruang.     

Kedua siluman berhasil mengelak serangan api Andrea dan mereka melakukan serangan bersisian menggunakan kekuatan elemen yang mereka miliki, air dan tanah. Itu adalah elemen yang mampu menekan energi api.     

Meski pun mengetahui dia lemah pada air dan tanah, Andrea tidak gentar. Ia harus bisa melampaui kelemahan dia. Dia percaya energi api dia lebih kuat dari elemen kedua siluman. Merasa bahwa tinju apinya susah mengenai dua siluman, Andrea terpaksa mengeluarkan cambuk tulang api.     

Kini dia memiliki senjata untuk pertarungan jarak jauh dan jarak dekat. Tangan kanan menebaskan Pedang Api, dan tangan kiri mengayunkan cambuk dengan luwes.     

Pada pihak Dante, dia tetap tenang meski digempur dua siluman tingkat tinggi.     

Wuusss!     

Cahaya Pedang Es yang menyilaukan pun mengerjap, bergerak paralel bersama dengan langkah Dante yang secepat angin. Pada saat yang sama, serangan bola energi menghujam seiring raungan salah satu siluman yang menjadi lawannya.     

Energi Vreth Dante menerpa dengan kekuatannya yang sangat tirani sembari pedang di tangannya ia kibaskan dan hawa beku es sangat menusuk ke tulang kedua siluman. Keduanya menggigil dan berusaha tetap bertahan meski harus menggigit geraham kuat-kuat.     

Swoosshh!     

Semburan energi air hitam menyergap ke arah Andrea. Saat siluman air itu menusuk dengan aliran air hitamnya bagai secepat alunan kilat, siluman air menyeringai, Andrea seolah sudah mati di matanya.     

Namun, ketika air hitam hampir menyentuh tubuh Andrea, tubuh sang gadis Cambion telah berputar dengan anggun bagai daun ditiup angin, berhasil mengelak dengan sempurna.     

Tubuh Andrea seringan burung layang-layang, berlari menyongsong ke arah siluman tanah. Sosok indah Andrea melaju cepat dan dalam waktu sekejab, dia sudah muncul di hadapan siluman tanah dan ia lekas menusukkan pedangnya ke dada lawan.     

Sayangnya, siluman tanah terlalu gesit dan di saat akhir, dia berhasil mengelak dan pedang api milik Andrea justru menembus dada kanannya. Siluman itu meraung kesakitan karena energi pedang di tangan Andrea begitu kejam dan menyengat.     

Saudaranya, siluman air segera datang dan memberikan energi airnya untuk menetralkan dampak tusukan membara dari pedang api.     

"Kau wanita jalang! Kau harus mati karena melukai saudaraku! Hiyaaaakkhhh!" Siluman air bergerak liar ke Andrea, penuh dengan hawa membunuh yang kental. Ia tidak suka saudaranya dilukai oleh siapapun. Dia sudah membawa serangan air hitam yang besar untuk menghancurkan Andrea.     

Nyatanya, Andrea tidak gentar sama sekali. Dia percaya pada kekuatan dia. Dia percaya pada kekuatan Ra sebagai Pedang Api kuno. Oleh karena itu, Andrea tidak mundur sama sekali. Matanya justru berkilat indah menatap tajam siluman air hitam.     

Grrooogghh....     

Suara deru dari gelegak air hitam seakan memiliki hasrat menelan Andrea bulat-bulat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.