Devil's Fruit (21+)

Syarat Dari Andrea untuk Keempat Siluman



Syarat Dari Andrea untuk Keempat Siluman

0Fruit 285: Syarat Dari Andrea untuk Keempat Siluman     

Dengan mendekatnya suara gemuruh air hitam, Andrea kembali menyimpan cambuknya dan mengganti dengan serangan badai api Cero yang ia kerahkan untuk menerima serangan air hitam besar dari siluman air.     

Andrea dengan mudah mematahkan serangan air hitam yang melaju deras bagai tsunami ke arahnya. Hanya berbekal kekuatan api Cero dan Pedang Api dia, ternyata itu semua berhasil menaklukkan serangan siluman air dan meniadakan air hitam yang sebelumnya menggelegak ke arahnya.     

Zwoozzhhh~     

Api dan air bertubrukan, menghasilkan bunyi kencang di udara. Siluman air terpental terbang ke belakang. Saudaranya lekas menangkap tubuh itu sebelum mencapai lingkaran api Cero yang masih awet berkobar berperan sebagai dinding.     

Keempat siluman tidak bisa melarikan diri dari kepungan api Cero karena ada Raja Naga Iblis Heilong yang menjaga di luar lingkaran. Oleh karena keadaan sudah seperti itu, keempatnya bulat akan keputusan untuk membunuh Andrea dan Dante di dalam lingkaran ini saja.     

Mereka sudah tidak perduli akan pembalasan dendam dari Raja Naga Iblis Heilong nantinya, yang terpenting dengan matinya Andrea dan Dante di tangan mereka, itu sudah suatu kepuasan besar sebelum akhir hidup mereka.     

Siluman tanah memegangi tubuh lemah siluman air, saudaranya. "Adik, bertahanlah! Aku akan membalaskan ini!" Ia merasakan dadanya nyeri melihat kondisi lemah dan menyedihkan sang adik. Kemudian, dia menatap Andrea dengan sangat sengit, seolah ingin merobek Andrea menjadi puluhan juta potong.     

Siluman tanah mengayunkan kedua tangannya sehingga tanah di sana seketika berubah menjadi bentuk senjata pedang berjumlah ratusan. Pedang-pedang tanah itu mengejar ke Andrea. Di bilah pedang tanah itu terdapat kabut tipis berwarna hitam.     

Andrea yakin, kabut itu mirip dengan kabut korosif yang dimiliki oleh Kuro. Mengetahui bahwa ratusan pedang itu diselubungi kabut korosif, Andrea tidak bisa bersantai lagi. Dia mengumpulkan api Cero dari telapak tangannya dan mendorongnya ke ratusan pedang.     

Buuummmm!!!     

Kekuatan badai api Cero berhasil menghalau ratusan pedang tanah berselimut kabut hitam korosif. Memang, kabut bisa dimusnahkan menggunakan api. Itu lah kenapa Andrea sangat yakin dia tidak akan jatuh dalam celaka meski kedua lawannya memiliki energi elemen yang menjadi kelemahan Andrea.     

Api Cero terus menerjang meski sudah berbenturan dengan ratusan pedang tadi dan terus terarah ke siluman tanah. Wajah siluman tanah memucat dan buruk melihat api Cero mengejar dirinya. Dia lekas menurunkan kedua tangannya dan seketika dua tangan itu kembali naik bersamaan dengan munculnya dinding dari tanah.     

Dhuaarkhh!     

Api Cero dan dinding tanah berbenturan keras. Akibatnya, siluman tanah pun terpental melayang ke belakang, nyaris menghantam dinding api Cero di belakangnya. Dia muntah tiga teguk darah.     

Karena dia dan saudaranya, si siluman air mulai melemah, maka mereka mulai menampakkan wujud setengah hewannya seperti siluman tingkat menengah. Mereka berdua sama-sama terluka oleh serangan Andrea.     

"Ayo Kakak, kita serang bersama-sama!" Siluman air meraung.     

"Ayo!" Dijawab raungan pula oleh siluman tanah.     

Ada jejak fisik kucing kuning pada siluman tanah dan sosok ikan lele pada siluman air. Ekor mereka muncul dan wajah mereka juga setengah hewan.     

"Groaagghh!" Siluman tanah bangkit bersama adiknya, si ikan lele dan mulai menyatukan kekuatan mereka.     

Di pihak Dante, dia sudah menghajar kedua siluman yang ternyata adalah siluman kadal dan siluman harimau loreng. Mereka dibuat babak belur oleh Dante sehingga wujud hewani mereka juga tampak di beberapa bagian yang menandakan bahwa kekuatan mereka mulai melemah dan berkurang banyak.     

Andrea tidak perlu banyak bersusah payah kali ini. Cukup dengan mengibaskan pedang api dia ke arah dua siluman yang menyerangnya, itu sudah cukup membuat keduanya meraung kesakitan, nyaris kehilangan nyawa. Dia sudah melenting melewati dua siluman dan hinggap di tanah di belakang keduanya.     

Sekali lagi tangan Andrea bergerak, dengan cepat nona Cambion menangkap ekor siluman ikan lele yang bertubuh paling kecil, kemudian membantingnya di tanah sekeras yang dia mampu. Siluman ikan lele mengaduh kesakitan.     

Andrea tidak memberi kesempatan pada mereka untuk beristirahat lebih lama. Dia meraih dua kepala siluman itu untuk diadu dengan keras. "Siapa tadi yang berani manggil aku wanita jalang? Ngaku, deh!" seru Andrea seakan dia sedang bersenang-senang menghukum kedua siluman.     

Seketika, dua siluman itupun sempoyongan setelah kepala mereka saling dibenturkan oleh Andrea.     

Sedangkan siluman harimau loreng yang bertubuh paling besar sosoknya, ditendang sekuat tenaga oleh Dante. Kontan saja tubuh siluman itu terbungkuk-bungkuk, terlipat menjadi dua seraya dia memegangi perutnya yang sakit.     

Siluman kadal yang bertubuh lebih kecil ketimbang siluman harimau loreng, baru saja mulai merangkak bangun, tapi sudah ditendang kuat oleh Tuan Nephilim hingga terlempar jauh.     

Dante menangkap ekor dua siluman lawannya dan mengadu tubuh mereka sekeras-kerasnya. Keduanya langsung bergelimpangan sembari merintih pilu. Sudah tidak ada lagi suara gahar dari mereka, sudah lenyap tanpa bekas semua arogansi mereka.     

Ternyata modal keempat siluman itu hanyalah wajah seram dan sekelumit energi mental yang cukup kuat tanpa ketrampilan yang berarti.     

"Sudah... sudah, Tuan... ampuni kami..." Siluman kadal merintih kesakitan. Tubuhnya sudah lebam di banyak tempat. Wajahnya bahkan porak poranda tidak berbentuk utuh hingga pasti ibunya tidak mengenali dia lagi.     

Mendengar saudara angkatnya merintih memohon ampun, siluman harimau loreng juga mengikuti jejaknya. "Tuan... kami minta maaf jika sudah menyinggung Tuan dan Nona... Tolong ampuni kami dan biarkan kami hidup." Ia tak segan-segan memburaikan air mata meski dia yang bertubuh paling besar.     

Dante mendecih. Ia menoleh ke Andrea. Ternyata kedua lawan Andrea juga sedang bersujud di depan sang Cambion sambil memohon diberikan kelangsungan hidup.     

Akhirnya mereka sepakat secara komunikasi batin bahwa nyawa mereka lebih penting dari apapun di dunia ini. Untuk apa bernapsu membunuh jika nyatanya mereka justru berada di pihak yang kalah.     

"Andrea, bagaimana menurutmu?" Dante masih menggenggam pedang es dia, siap menusukkan ke kepala dan tenggorokan masing-masing siluman di depannya andaikan Andrea menginginkan kematian mereka berempat.     

Andrea tampak diam sejenak sambil menatap keempatnya secara bergantian. "Kalian... apakah kalian memiliki keluarga? Jangan berani berdusta karena aku bisa mudah tau pikiran kalian." Ia menggerak-gerakkan pedang api di depan mereka.     

Karena ancaman terselubung dari Andrea, mereka mengurungkan niat berucap dusta. "Kami... kami sebatang kara, makanya kami berempat mengangkat sumpah persaudaraan bersama." Siluman harimau loreng sebagai yang tertua dan terkuat yang menyahut.     

"Apakah kalian hanya bisa menipu dan berpura-pura jadi dewa, sedangkan ilmu bertarung kalian begitu receh?" gertak Andrea. Ya, dia sebenarnya hanya menggertak dengan merendahkan mereka sebagai serangan psikologis. Padahal Andrea tau dan sadar bahwa keempatnya tidak lemah.     

"Ka-kami pandai menyaru sebagai apapun yang kami ingin. Itulah kenapa kami mudah bertindak seperti dewa di sini dan tak ada yang menyangkal kehebatan menyaru kami," jawab siluman ikan lele.     

Mulut Andrea berkedut. Kehebatan macam apa itu?! "Hmhhh... aku akan biarkan kalian semua hidup, tapi dengan satu syarat. Berubahlah menjadi senjata dan setia pada aku serta kelompokku! Kalau perlu, buat kontrak agar aku tak perlu ragu atau membunuh kalian semua."     

Satu syarat? Itu lebih dari satu, Nona.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.