Devil's Fruit (21+)

Ketakjuban Akan Kebun Fantastis



Ketakjuban Akan Kebun Fantastis

0Fruit 281: Ketakjuban Akan Kebun Fantastis     

Di pagi hari, Kyuna sudah terbangun di sisi Rogard. Ia tersenyum senang mengingat semalam dia dan Rogard begitu membara dan sama-sama bersemangat. Meski dua belah pihak tetap saja berbeda dengan perspektif semangatnya masing-masing.     

Semangat Kyuna yaitu untuk mencapai puncak asmara. Sedangkan semangat bagi Rogard dikarenakan untuk menyembuhkan Kyuna selekas mungkin.     

Dan ketika Kyuna membuka mata, hatinya membuncah bahagia dengan adanya Rogard di samping dia, masih terpejam. Sepetinya raga manusia Rogard mengalami kelelahan setelah perjuangan tadi malam.     

Kyuna bergerak di atas dada Rogard, menyandarkan dagunya ke dada atletis sang jiwa pedang petir. Ia asik mengamati Rogard yang masih terpejam. Senyumnya tidak juga sirna     

"Erngh..." Suara pelan Rogard mulai terdengar karena merasa dadanya seperti digelitiki sesuatu. Begitu dia membuka matanya, sang pria jiwa pedang telah mendapati wajah berseri Kyuna yang tersenyum cerah mengalahkan mentari.     

"Selamat pagi, Ro..." sapa Kyuna masih menaruh dagunya pada dada si pria.     

"Selamat pagi, Nona Kyuna." Rogard membalas. Ia hendak bangkit, namun sepertinya Kyuna tidak mengijinkan.     

Alih-alih membolehkan Rogard bangun, Kyuna justru bergerak, naik ke atas tubuh Rogard. Senyum secerah mentarinya berganti menjadi senyum nakal penuh akal licik.     

"Nona?" Rogard tak paham kenapa Kyuna tiba-tiba menaiki tubuhnya, duduk di atas perutnya.     

"Aku butuh terapi pagi, Ro..." bisik Kyuna penuh arti.      

Maka, terjadilah yang memang harus terjadi pagi itu.     

Di tempat lain, Andrea sudah mulai sibuk di dapur. Kuro membantu dan beberapa anggota kelompok dia pun telah berkumpul di meja makan, siap untuk sarapan. Meski masakan Andrea tergolong aneh di lidah mereka, namun mereka tidak keberatan memakannya.     

"Aku kepingin main ke luar nanti. Siapa yang mau ikut?" tanya Andrea sambil menata piring besar berisi daging kecap. Baunya harum meski rasanya terkadang ajaib.     

Andrea bukan seseorang yang piawai dalam hal memasak. Dia hanya asal memasukkan berbagai bahan yang dirasa pantas dan mengaduknya hingga matang. Untung saja tidak ada manusia asli di sana atau bisa menyangka sedang diracuni si Cambion.     

"Aku! Aku ingin ikut, Ma!" Kuro segera saja unjuk diri, menjawab sang mama.     

"Oke, nanti setelah makan dan mandi, kita keluar, jalan-jalan bentar di alam si Djanh piiippp!" Andrea mengambil piring lain berisi daging yang dimasak agak pedas. Akhir-akhir ini, Dante menyukai masakan pedas.     

"Kalau begitu, aku juga ikut keluar, Tuan Putri." Raja Naga Iblis Heilong pun angkat bicara. Jika anak perempuan tercinta dia keluar, mana mungkin dia tidak? Dia selalu ingin bersama sang anak, selain untuk menjaga pula agar tidak ada sesuatu yang terjadi pada mereka.     

Tidak bisa dipungkiri, alam luar Cosmo merupakan alam yang kejam dan berbahaya. Tidak mungkin orang dengan kekuatan terbatas bisa dengan santai berjalan-jalan di sana. Kewaspadaan harus selalu diutamakan di sana.     

"Kuro sayank," Andrea menoleh ke anak hybrid perempuannya yang sedang makan lahap daging di piring bagiannya. "apa kamu belum kepingin mneghisap kristal api yang ayahmu beli di pelelangan?"     

Kuro menengadah. "Belum, Ma. Aku masih ingin main-main dulu sampai puas, karena nanti kalau makan itu, pasti aku akan tertidur lama."     

Andrea menepuk-nepuk lembut pipi si hybrid perempuan. "Oke, kamu atur aja kalo soal itu, yah!"     

"Oke, Ma!" Kuro pun meneruskan makannya.     

Andrea mengeluarkan kedua pedang elemennya dari RingGo. "Kalian mau sarapan? Atau kalian biasanya makan apa?" Ia bertanya ke Ra dan Fro yang sudah muncul dengan wujud humanoid.     

"Aku tidak makan makanan seperti itu." Ra menunjuk ke arah meja dimana ada banyak piring berisi hidangan daging dan sedikit sayuran.     

"Oh, kalian mungkin makannya semacam kristal elemen, yah?" Andrea paham.     

Ra dan Fro mengangguk bersama-sama. "Apakah kau punya banyak kristal seperti itu, Nona?" tanya Ra.     

Andrea tersenyum penuh arti. "Kalo soal itu, gak ada masalah sama sekali! Tunggu aku kelar makan, nanti aku ajak kalian ke sebuah area."     

Ra dan Fro heran sekaligus penasaran. Area? Memangnya ada hubungan apa sebuah area dengan pertanyaan Andrea tadi mengenai diet makan mereka berdua sebagai jiwa pedang?     

Sesuai janji Andrea, selepas dia menghabiskan sarapan dan meminum jus buahnya, dia pun mengajak Ra dan Fro ke sebuah tempat. Kuro dan Raja Heilong juga ikut karena kebetulan mereka sudah menandaskan makanan di piring mereka.     

Mereka semua berjalan dengan Andrea memimpin di depan. Tidak begitu memakan waktu lama dari pondok. Hanya sekitar sepuluh menit berjalan kaki secara santai.     

Ketika mereka sudah tiba di area yang dimaksud Andrea, mulut Ra ternganga takjub. Fro sebagai sosok yang tak banyak mengungkapkan emosinya pun terkejut meski dengan cara berbeda dari si jiwa pedang api.     

"I-ini..." Ra sampai tak tau harus berkata apa untuk menggambarkan perasaan kagumnya melihat hamparan luas kebun yang berisi pohon kristal elemen.     

Andrea tersenyum bangga. "Gimana? Keren kan kebun aku ini?" Ia menatap bangga pada puluhan pohon kristal yang dia budidayakan di satu tempat ini. Pohon yang tadinya hanya berjumlah tak lebih dari lima belas, kini sudah mencapai nyaris seratus pohon.     

Ini semua memang keinginan Andrea untuk terus memperbanyak pohon kristal sebagai persediaan untuk mereka semua di alam Cosmo.     

Raja Heilong yang baru kali ini mendatangi kebun tersebut pun tak bisa menahan takjubnya. "Nona! Ini... sangat luar biasa! Aku sudah mendengar dari anakku mengenai pohon kristal di alam ini, tapi aku tidak menyangka bisa sebanyak ini!"     

"Hehe..." Andrea mengusap hidungnya. "Ini hasil budidaya. Tadinya hanya ada satu pohon. Dan setelah aku tau cara memperbanyak, maka kenapa tidak dibuat secara masif dan massal? Ah, kalian pasti belum ke area yang di sana." Dia menunjuk ke sebuah arah.     

Tak ingin terlalu lama penasaran, mereka pun melangkah ke sebuah tempat yang ditunjuk Andrea. Kembali, Raja Naga Heilong dan kedua pedang elemen terkagum-kagum melihat hamparan pohon dengan buah berwarna bagai pelangi yang mungkin saja ada ratusan di tempat itu.     

"Bukankah ini..." Raja Naga Heilong menoleh ke Andrea.     

Nona Cambion mengangguk. "Iya, benar. Itu pohon buah energi roh."     

Raja Naga Heilong mulai masuk ke kebun buah energi roh, mengelus buah-buah berwarna pelangi dengan penuh sayang. "Ini... ini terlalu mustahil, Putri!"     

Andrea terkekeh. "Terlalu mustahil untuk disaksikan secara nyata, yah! He he he..."     

"Benarkah ini pohon buah energi roh?" Fro yang dari tadi diam, tidak bisa menahan ketenangan sikap dinginnya lagi. Dia ikut maju dan memegang salah satu buah energi roh secara hati-hati, khawatir akan meremukkan buah roh yang sangat berharga tersebut.     

"Seratus persen asli, Fro. Kalau kau mau, ambil saja." Andrea melirik ke lelaki jiwa pedang es yang biasanya bersikap dingin. Fro menggeleng pelan dan melepaskan genggaman lembutnya pada buah tadi.     

"Boleh aku ambil apapun yang ada di kebun di sini?" Ra tanpa sungkan-sungkan menanyakan. Matanya berbinar, masih membayangkan lautan pohon inti kristal elemen yang sebelumnya.     

"Tentu aja boleh, tapi jangan dihabiskan, yah! Berbagi dengan yang lain." Andrea mengulum senyumnya.     

"Aku... aku ingin ambil buah kristal!" Ra berseru penuh semangat dan langsung berlari ke arah kebun pohon kristal yang tak jauh dari situ. Fro mengikuti namun dengan sikap tenang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.