Devil's Fruit (21+)

Persaingan Sehat



Persaingan Sehat

0Fruit 273: Persaingan Sehat     

Ketika pintu kamar Kyuna diketuk, rubah itu masih makan dan disuapi oleh Rogard. Pria pedang petir itu menghentikan tindakannya dan meletakkan piring berisi potongan daging kecil-kecil ke atas meja nakas.     

Rogard membukakan pintu. Ada Andrea dan Ra di depan pintu kamar Kyuna. "Silahkan masuk, Nona Andrea dan Ra."     

Kyuna yang mendengar Ra disebutkan, mendadak bersikap waspada. Dia segera berdiri di atas keempat kaki mungilnya dan menggeram rendah sambil memamerkan taringnya.     

Ra yang melihat itu jadi tak tau harus bereskpresi apa. Di satu sisi, dia gemas melihat wujud mungil bagai bola bulu Kyuna, namun di sisi lain dia tidak berani bertindak apapun yang nantinya bisa berakibat salah lagi. Ia pun menggosok tengkuknya dalam sikap canggung.     

Andrea menoleh ke Ra dan tau kegelisahan hati si pedang api. Lalu ia pun berkata, "Kyu, Ra ke sini untuk menjengukmu." Ia segera berjalan memasuki kamar dan menghampiri ranjang untuk duduk di tepinya dan mengelus lembut bulu halus Kyuna.     

Kyuna terpaksa menyimpan geraman dia dan mendengking lirih manja pada Andrea dan mulai duduk juga di dekat Andrea. Kesembilan ekornya bergerak-gerak sangat lucu. Tindakan Andrea berhasil. Kyuna sudah tenang dan tidak lagi bersikap sengit. Tapi, mata si rubah imut itu masih tajam ketika melirik ke Ra.     

"Apa Ro baru aja suapi Kyu?" tanya Andrea yang dijawab anggukan oleh Kyuna dan Rogard hampir bersamaan. "Dasar rubah manja," goda Andrea sambil mendorong pelan hidung mungil rubah Kyuna. Nona Cambion tergelak geli.     

"Silahkan duduk, Ra." Rogard menyerahkan sebuah kursi kayu ke Ra yang masih terpaku di ambang pintu kamar.     

"Ra, sini dong! Gih, katanya mo nengokin Kyu. Jangan di sana mulu." Andrea memanggil Ra.     

Pedang api itu agak ragu-ragu ketika melangkahkan dua kakinya yang ramping dan kuat. Lalu dia tetap berdiri saja di dekat ranjang, tidak terlalu dekat dengan Kyuna. Wajahnya terlihat kikuk.     

Andrea mengurai senyum ke Kyuna yang masih duduk tenang di atas pantatnya seraya dua kaki depan tetap lurus menopang tubuh. "Kyu, Ra sengaja meminta datang ke sini. Aku sih kepinginnya kalian bisa saling ngobrol kayak biasanya cewek, ya kan?" Kini dia berganti menatap Ra. "Nah, Ra... apa kamu gak pengin ngomong sesuatu ke Kyu?"     

Ra mendongakkan tatapannya seolah tersadar dari lamunannya. Sedikit banyak dia paham apa makna ucapan Andrea, dan tau apa yang sekiranya Andrea harapkan. Ia pun beringsut mendekat ke Kyuna. "K-Kyu... anu..."     

Semua orang di kamar itu diam menunggu Ra melengkapi kalimatnya.     

Ketika semua pandangan mengarah ke Ra, ia tak punya pilihan lain selain meneguk ludahnya sebelum berkata, "Aku... aku... minta maaf..." Suaranya nyaris tidak terdengar.     

Kyuna memiringkan kepalanya, mungkin bingung sekaligus heran. "Apakah aku salah dengar?" Suara gadis kecil Kyuna keluar sembari dia masih miringkan kepala bulu putihnya dengan sikap lucu.     

"Enggak, Kyu." Andrea lekas menyahut. Ia tidak mau momen penting perdamaian dunia ini tergores kesalah pahaman lagi. "Ra memang ke sini mo minta maaf ke kamu. Dia beneran menyesal, kok!"     

Mulut Kyuna bagai membentuk huruf O. Lalu dia menatap Andrea dan Ra secara bergiliran, kemudian menoleh ke Rogard. Pria kepala ungu itu mengangguk pelan padanya. "Ya sudah, kalau memang dia sudah meminta maaf, tidak mungkin aku tidak memaafkannya, kan? Apalagi kita satu tim, satu kelompok. Akan aneh jika bermusuhan terus menerus."     

Andrea lega dan dia lekas mengangkat tubuh berbulu empuk Kyuna untuk ia gendong dalam pelukannya. "Kyu emang manis, yah! Hehe... wujud kamu ini juga bikin gemas! Benar, gak Ra?" Dia melirik ke Ra.     

Mata merah Ra berbinar-binar. Dia mengangguk tegas berkali-kali seraya senyum lebar mengembang tanpa dia sadari. Apalagi ketika Andrea menyodorkan Kyuna ke arahnya, segera saja dua tangannya meraih Kyuna.     

Kyuna yang tak menyangka akan dioper ke Ra, hanya bisa menjerit tertahan ketika Ra mengambil dia dari Andrea, dan mengusap-usapkan pipi berbulu Kyuna ke pipi si pedang api. Untung saja Ra sudah meredakan energi apinya sehingga akan aman saja bagi Kyuna bersentuhan dengan si kulit tembaga murni.      

Andrea tertawa lepas melihat kelakuan Ra. Ia jadi ingat anime Jepang jika ada yang sedang gemas dengan hal yang fluffy-fluffy. Rautnya nyaris sama dengan Ra saat ini. Rogard tersenyum simpul.     

"H-heeiii! Sudah! Sudah! Adududuh! Kau menyentuh lukaku, pedang bodoh!" jerit Kyuna ketika dirinya masih saja diusap-usapkan ke wajah Ra yang bagai sedang fangirling.     

Ra langsung menghentikan tindakannya dan menatap Kyuna dengan pandangan cemas. "Ada yang sakit?"     

"Tentu saja, bodoh! Dan banyak!" seru Kyuna yang untungnya memakai suara anak perempuan kecil sehingga tidak menimbulkan rasa tersinggung bagi Ra yang berkali-kali dikatakan bodoh secara terang terangan.     

"Ah! maaf, maaf!" Ra jadi bingung.     

Rogard pun maju dan mengambil Kyuna dari tangan Ra. Kyuna seketika meringkuk manja di pelukan Rogard. Ra cemberut, bibirnya mengerucut melihat Kyuna dalam pelukan Rogard.     

"Hei... aku juga mau!" pekik Ra merasa iri pada Kyuna.     

Andrea memutar bola matanya. "Plis deh kalian, yah!" Ia tak tahan lagi. "Aku ogah yah kalo liat kucing kelahi lagi!" Ia berkacak pinggang, menatap Kyuna dan Ra bergantian dengan tatapan galak.     

"Kok kucing?" tanya Ra tidak terima.     

"Ya udah, babi! Babi kelahi! Babi betina kelahi!" tegas Andrea.     

Ra dan Kyuna mengerang bersama-sama karena disebut babi oleh Andrea. Karena enggan dipanggil babi, keduanya pun reda seketika. Pertumpahan darah berhasil dihindarkan.     

"Iya, iya, aku minta maaf, Nona..." Ra mengalah.     

"Aku  juga... minta maaf kalau Noni Putri jadi marah..." Kyuna makin membenamkan wajahnya di dada Rogard.     

Andrea tertawa dalam hati. "Makanya, kalo gak mau aku panggil babi betina, jangan lagi kelahi. Apalagi cuma gegara masalah cowok, yaelah!" Dia melirik Rogard, sangat tidak pernah menyangka secuilpun bahwa pria kepala ungu ini bakalan diperebutkan dua perempuan yang sama-sama keras.      

"Sekarang..." Andrea menemukan solusi. "Kalo kalian emang suka ma Rogard, kalian bebas dekati dia, godain dia, tapi sedikitpun kagak boleh ampe saling ribut. Kalo ampe ribut lagi, aku bakalan nyuruh Dante untuk kunci Rogard di bodi dia... SELAMANYA!"     

Ra dan Kyuna buru-buru menggeleng, kalimat Andrea terdengar mengerikan bagi mereka. Mengunci Rogard selamanya? Tidak. Mereka tidak mau itu. Mereka masih ingin melihat pria tampan kepala ungu itu.     

Setelah beberapa detik berlalu, keduanya pun sepakat bahwa mereka akan bersaing secara sehat saja ketimbang berkelahi seperti sebelumnya.     

Tapi, sepertinya Kyuna berada di pihak yang lebih diuntungkan karena Andrea menyuruh Rogard untuk merawatnya. Maka dari itu, Kyuna membatin dirinya akan terus dalam wujud rubah saja dulu selama perawatan hingga nanti dia siap kembali ke wujud manusia.     

Sesudah memberikan keputusan pada masalah mereka bertiga, Andrea mengajak Ra keluar dari kamar itu dengan alasan dia ingin berlatih pedang, dan agar tidak mengganggu Kyuna yang mungkin saja harus beristirahat.     

Ra agak enggan meninggalkan kamar itu. Ia menatap iri ke Kyuna yang masih berada di pelukan Rogard.     

Sebenarnya, Andrea memang dari awal ingin menjodohkan Kyuna dengan Rogard. Entah kenapa, dia hanya ingin saja, bukan untuk alasan spesifik lainnya.     

"Ro..." Kyuna mendongak menatap pria pedang yang mendekapnya. Andrea dan Ra sudah pergi.     

"Hmm?" Rogard balas tatapan Kyuna.     

"Aku ingin mandi..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.