Devil's Fruit (21+)

Cats Fight



Cats Fight

0Fruit 271: Cats Fight     

Setelah semua salah paham ditepiskan, mereka mulai mengerubungi Ra dan Fro. Para anggota kelompok Andrea antusias ingin mengenal sosok jiwa Pedang Api dan Pedang Es yang sempat menyusahkan Andrea ketika mendapatkannya di pelelangan.     

Kuro yang tadinya bersikap apatis, segera saja menempel ingin akrab dengan kedua pedang, meski dia hanya bisa berhasil pada Ra saja. Fro terlalu dingin tidak mudah disentuh.     

Hari berikutnya, Andrea sudah bersemangat sejak pagi. Ia cepat-cepat membuat sarapan, membangunkan Dante, mengajak makan, dan lalu menyeret Dante yang masih belum menjejak bumi ke arah lembah.     

"Ayo, ayo! Kita latihan!" Andrea tak perduli meski Dante belum mandi dan hanya mengenakan kaos tipis dan boxer saja.     

Setelah sampai di lembah, Andrea mengeluarkan duo pedang yang kini berwujud benar-benar pedang. Rupanya Ra dan Fro tidak menemui kesulitan kembali ke bentuk pedang seperti sedia kala. Bahkan mereka berdua bisa menjadi pedang sekaligus humanoid dalam waktu bersamaan.     

Ini adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh Rogard. Ra dengan bangga mengatakan bahwa kekuatan dia yang besar dan pengalaman hidup yang lebih lama yang menyebabkan itu bisa terjadi.     

"Ro tampan, kau belum bisa mencapai level itu, sayank. Kau bersabarlah dan capai dulu sepuluh ribu tahun agar bisa seperti kami..." Ra yang genit dan lugas, tanpa malu-malu menggoda Rogard.     

Kyuna yang mengikuti mereka bersama duo hybrid pun hanya melirik kedua jiwa pedang.     

Setelah Ra dan Fro memisahkan tubuh dengan wujud, Andrea dan Dante kini bisa memegang bilah pedang yang masih dalam sarungnya, sedangkan Ra dan Fro bisa berdiri tenang di samping melihat latih tanding tersebut.     

Sesekali Ra akan memperbaiki gerakan Andrea. Fro lebih banyak diam sepanjang waktu. Wajah dan sikap dinginnya sudah mengungkap karakter dia sepenuhnya.     

Kuro terkadang juga meminta diajari skill pedang. Andrea tidak keberatan. Walau Ra agak kurang nyaman jika dirinya dipegang bukan oleh sang tuan, namun karena Andrea yang meminta, maka tak ada penentangan darinya.     

Ra juga mengajari Kuro.     

Sementara Andrea dan Dante istirahat sejenak setelah satu jam lebih berlatih, Kuro dan Shiro sedang asik berlatih pedang di bawah arahan Ra.     

Kyuna beringsut mendekat ke Rogard. "Bisakah kau mengajari aku juga, Tuan Rogard?" tanyanya dengan sikap manis.     

Rogard melirik gadis siluman rubah di sebelahnya. "Tak perlu berakting formil begitu padaku, Nona Kyuna. Panggil saja Rogard, seperti yang lain memanggilku."     

Kyuna mengerucutkan bibir merahnya dan menyenggol sedikit lengan Rogard. "Kau juga tak perlu berakting formil begitu padaku dengan menyebut aku Nona. Tsk!"     

Rogard berlagak penuh kendali akan dirinya dan tidak mengiraukan sindiran Kyuna. Ia mengembalikan pandangan ke depan, seolah-olah pelatihan Kuro dan Shiro lebih menarik ketimbang apapun di dunia ini.     

Kyuna tidak puas akan respon Rogard. Ia menggerak-gerakkan lengan baju Rogard dengan sikap manja, meminta perhatian. "Ro, ayo bantu aku berlatih pedang. Aku juga ingin mahir dalam menggunakan pedang," rayunya.     

Tuan pedang Rogard terpaksa menolehkan kepala ungunya ke Kyuna di sebelahnya. "Bukankah kau sudah memiliki sembilan ekormu yang kuat dan berbahaya? Itu jauh lebih baik daripada pedang."     

"Tidak mau, tidak mau... aku juga ingin bisa memakai pedang. Ayo, Ro, ajari aku..." rengek Kyuna, terus menggoyang-goyangkan lengan baju Rogard.     

Ra melihat interaksi Rogard dan Kyuna, dan ia pun lekas berhenti memberi pelatihan pada Kuro. "Sebentar." Dia segera berlari kecil ke arah Rogard, dan seketika ia menarik pergelangan tangan Rogard. "Ayo bantu aku mengajari Kuro dan Shiro. Fro terlalu malas untuk itu, Dia memang pedang malas dan payah."     

Tanpa perduli apapun, Ra terus menarik tangan Rogard hingga pria ungu itu pun terpaksa ikut. Kyuna menatap dengan pandangan amat sangat kesal. Alisnya bekerut naik dengan mulut melongo.     

"Hei!" Kyuna berteriak ke Ra.     

Ra menoleh ke Kyuna. "Apa?" Wajahnya terlihat memberikan aura menantang, terlebih dengan naiknya dagu penuh arogansi.     

"Kau! Kau mencuri Rogard!" Kyuna rasanya ingin membelah Ra menjadi puluhan ribu keping.     

"Mencuri?" Ra tersenyum mengejek disertai wajah sombong. "Apa kau memiliki dia? Apa dia punyamu? Aku sedang membutuhkan dia saat ini." Sikapnya kian provokatif dengan merangkul lengan Rogard.     

Meski biasanya badan Rogard berisi aliran listrik, Ra dengan santainya merangkul, seakan-akan listrik apapun yang ada di tubuh Rogard tidak akan mengganggunya.     

Kyuna mati kutu diberi jawaban demikian oleh Ra. "Aku..."     

"Kamu apa?" tantang Ra. Lalu kembali berjalan menarik lengan Rogard dengan sikap provokatif ke arah Kuro dan Shiro yang sedang menunggu.     

"Berhenti!" Kyuna tak tahan. Segera saja kesembilan ekornya mencuat hingga tujuh meter panjangnya dan menyerang Ra.     

Fro melihat itu dan hendak bergerak menjadi perisai, namun sudah didahului dengan gerakan Ra yang rupanya tau akan serangan belakang dari Kyuna.     

Splaasss!     

Ra dengan mudah menepis ekor Kyuna yang ingin menghajar dia. Segera, Kyuna merasakan panas api pada ekor-ekornya meski itu hanya sebuah sentuhan kecil dari Ra. Kyuna menahan perih pada ekornya.     

"Kau mencoba membokong?" Ra menyeringai penuh hinaan pada Kyuna. "Tak tau malu! Dasar siluman kotor!"     

"APA?!" Kyuna menatap ganas ke Ra. Menepikan rasa sakit karena terbakar oleh sentuhan Ra sebelumnya, ia menyerang Ra lagi menggunakan ekor-ekornya yang menggeliat ganas.     

Sementara ada keributan di lembah, Andrea dan Dante masih berjalan-jalan di tempat lain. Mereka berdua tidak mengetahui huru-hara di tempat tadi mereka berlatih.     

Sedangkan di tempat latihan pedang, Ra dan Kyuna sudah berkelahi. Kyuna tampak kewalahan dan menahan nyeri. Itu berlaku sebaliknya dengan Ra yang hanya menyeringai sepanjang pertarungan karena besarnya perbedaan energi dan kekuatan mereka.     

"Hei, kalian... berhentilah..." Rogard sampai kebingungan mencari cara untuk hentikan keduanya. Kepalanya merasa sakit karena pusing, merasa bahwa perempuan kalau sudah ribut itu sungguh susah ditangani. Ia menoleh ke Fro. "Hei, Fro, tolong kau hentikan temanmu itu, aku akan hentikan temanku."     

Fro cuma berikan lirikan malas nan dingin ke Rogard selama sekian detik, lalu kembali memandangi Ra dan Kyuna yang mulai sengit bertempur. Ia tidak mengindahkan Rogard sama sekali.     

Menyadari Fro tak bersedia memberikan bantuan apapun, Rogard terpaksa masuk ke dalam medan pertarungan kedua wanita itu. Ra berteriak menyuruh Rogard minggir, Kyuna berteriak agar Rogard tak perlu ikut campur.     

Benar-benar memusingkan.     

Kuro yang makin khawatir akan situasi yang kian memanas, segera berubah menjadi ular kecil yang gesit dan mencari sang mama. Akhirnya dia menemukan mamanya sedang memanen tumbuhan herbal di lembah lain bersama Dante.     

"Mama! Mama! Tolong!" teriak Kuro panik.     

Andrea segera hentikan memetik bunga herbal di sana dan tegakkan punggungnya. "Ada apa, Kuro sayank?"     

Kuro lekas menerjang pelukan Andrea. "Mama! Terjadi pertempuran hidup dan mati!" Mata hitam kecilnya menatap Andrea penuh putus asa.     

"Hah?! Pertempuran hidup dan mati?!" Andrea dan Dante nyaris berucap bersamaan disertai wajah kaget.     

"Kak Kyuna! Kak Kyuna dan Kak Ra bertempur hidup dan mati! Memperebutkan Kakek Ro!" Tangisnya. Oh, Kuro... Ra yang jauh lebih tua kau panggil kakak, sedangkan Rogard kau panggil kakek.     

"APA?!" Andrea menjerit. Mereka bertiga lekas berlari ke tempat latihan pedang sebelumnya.     

Di sana, Kyuna sudah tergeletak di tanah, Ra masih acungkan pedang merahnya penuh arogan pada Kyuna, sedangkan Rogard berusaha menghalangi dengan berada di depan Kyuna, agar Ra tidak bisa menusuk Kyuna yang telah tidak berdaya.     

"Oiiii!" teriak Andrea sambil berlari mendekat ke mereka. "Ini apa-apaan, sih?! Kok ampe kayak gini?!" Ia menatap ketiganya meminta penjelasan. Lalu dia beralih ke Kyuna yang tergeletak dan berdarah. "Kyu, kamu gak pa-pa?"     

Di luar dugaan, tubuh Kyuna menciut dan akhirnya kembali ke wujud aslinya, seekor rubah putih dengan sembilan ekor kecil pendek dan gemuk yang menggemaskan, namun bulu putih itu ternoda bercak-bercak darah di beberapa bagian.     

Andrea perlahan dan penuh lembut mengangkat Kyuna dari tanah. Mengelus sebentar lalu ia mengambil pil obat dan juga pasta obat dari RingGo. "Ro, bantu obati Kyuna." Ia serahkan Kyuna ke Rogard, perlahan-lahan, lalu berikan dua macam obat ke Rogard.     

Sepertinya Andrea sudah memahami duduk masalahnya dari pertempuran tak penting ini.     

Rogard segera berlalu dari sana untuk membawa Kyuna yang ada di dekapan dia, terpuruk lesu dalam wujud rubah kecil. Mereka akan ke pondok.     

Andrea menoleh ke Kuro yang berniat untuk ikut Rogard. "Kuro sayank, biar Ro tangani Kyu. Kamu tetap latihan di sini, yah sayank..." Ia tersenyum.     

Sedangkan pada Ra, dia tidak memarahi pedang api tersebut meski sudah melukai Kyuna seperti itu. "Ayo kita berlatih lagi. Aku harus secepatnya kuat dan pintar menggunakan pedang!" Andrea berlagak seolah tidak ada apapun yang terjadi.     

Ini agar suasana bisa reda. Jika ia memaksa saat itu juga membicarakan itu, maka yang ada hanyalah panas dan emosi nantinya. Lebih baik dia bicara dengan Ra sesudah semua tenang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.