Devil's Fruit (21+)

Wujud Humanoid Keduanya



Wujud Humanoid Keduanya

0Fruit 268: Wujud Humanoid Keduanya     

Esok harinya, Andrea sudah berada di sebuah lembah hijau bersama Dante.     

Dikarenakan dia menyadari bahwa seni pertarungan menggunakan pedang dia masih kurang, dia meminta Dante menjadi partner latih tanding dia kali ini. Biasanya dia berlatih dengan Kyuna, namun kali ini dia mengajak Dante.     

Kuro, Shiro, Kyuna, Raja Heilong, dan Rogard ... mereka semua berdiri di samping untuk melihat latihan Andrea. Mereka juga baru tersadar bahwa sang nona Cambion selama ini belum pernah berlatih ilmu pedang secuilpun!     

Diharapkan, dengan ada Dante sebagai tutor, Andrea bisa lebih piawai bertarung menggunakan pedang nantinya.     

"Hayok, dah! Kita mulai!" Andrea sangat bersemangat. Dia sudah menggenggam Pedang Api dia, sedangkan Dante menggunakan Pedang Es.     

"Baiklah." Dante mempersiapkan dirinya. "Bersiaplah. Aku akan bergerak pelan agar kau bisa mengikutinya dan bisa mudah menangkis seranganku. Jika aku merasa kau lebih bisa menerima, maka aku akan pelan-pelan tingkatkan kecepatanku."     

Nona Cambion mengangguk tegas. "Siapa takut?!"     

Craanngg!     

Dhuaarrr!     

Baru saja kedua pedang itu saling berbentrokan dalam pukulan pertama, tiba-tiba saja muncul ledakan dan keduanya sama-sama terlempar ke belakang masing-masing.     

"Mama!"     

"Noni!"     

"Tuan Putri!"     

"Tuan!"     

"Papa!"     

Semua saling menyeru sambil berpencar untuk mendatangi kedua yang terpental tadi. Kuro, Kyuna dan Raja Heilong segera membantu Andrea bangkit berdiri, sedangkan Shiro dan Rogard membantu Dante.     

Andrea menepuk-nepuk pantatnya yang terkena debu. "Wanjeerr! Gilak benar tuh kekuatan dua pedang ini kalo diadu! Ha ha ha! Ampun, nyaris matek jantungan, dah!" Dia malah terkekeh tanpa meringis kesakitan.     

"Untung saja kita tidak membenturkan mereka secara kuat, Andrea." Dante mulai berjalan cepat ke Andrea untuk memeriksa keadaan gadis itu. "Kau tidak apa-apa? Ada yang terluka?" Dia meraih tangan Andrea, siapa tau berdarah.     

"Kagak. Gak ada yang luka, kok! Ayok lanjut!" Andrea tersenyum lebar, masih antusias meski baru saja terlempar akibat kekuatan api dan es yang berbenturan.     

"Nona, astaga... kenapa kau segila itu membenturkan kami?" Suara Pedang Api bergema di kesadaran Andrea.     

"Trus gimana, dong? Aku kan gak punya pedang lain untuk latihan..." Andrea mengirimkan suaranya.     

"Tetap masukkan saja kami ke sarung kami jika untuk latihan kamu, Nona. Itu jauh lebih aman. Percayalah." Pedang Api menyahut.     

Andrea seketika terkekeh lega menemukan solusi secara cepat. "Dan, kata Pedang Api, latihannya dengan cara masukkan mereka ke sarung masing-masing biar kagak ada ledakan kayak tadi."     

Dante mengangguk paham dan kembali memasukkan Pedang Es ke dalam sarungnya. Andrea pun melakukan hal yang sama, namun sarung Pedang Api ternyata melesat lebih dulu sebelum diambil Andrea, dan menyarungkan dirinya sendiri dengan cara keren.     

"Wohohooo... pedangnya Mama kerean sekali, sarungnya bisa melesat sendiri untuk memasukkan bilahnya!" teriak Kuro penuh rasa takjub. "Papa! Apakah pedangmu juga bisa begitu?"     

"Tsk! Aku malas pamer hal remeh seperti itu!" desis Pedang Es di alam kesadaran Dante.     

Dante mengernyit sebentar dan tersenyum, lalu menoleh ke anak hybrid dia. "Kuro, tentu saja bisa, tapi Tuan Pedang Es merasa itu tidak penting. Nah, kami akan memulai latihan lagi. Andrea, persiapkan dirimu."     

"Wokei!" Andrea acungkan ibu jarinya sambil mulai memasang kuda-kuda seperti yang diajarkan Dante sebelumnya.     

Tak berapa lama, terdengar bunyi tumbukan dua pedang yang terlapisi sarung pelindungnya sehingga tidak ada lagi daya ledakan kekuatan masing-masing pedang seperti tadi.     

Tengg!     

Peengg!     

Dheekk!     

"Andrea, turunkan kepalamu!"     

"Bocah, putar tubuhmu!"     

"Hei, jangan lengah! Awas!"     

"Kau! Tekuk sedikit kakimu itu!"     

"Merunduk, Andrea! Awas! Siapkan kakimu!"     

"Menghindar!"     

Dante terus berikan pengarahan gerakan sambil dia terus menyerang Andrea. Gadis Cambion itu juga berjuang berkonsentrasi untuk melakukan apa yang dianjurkan Dante.     

Latihan itu berlangsung dari siang hingga menjelang sore. Andrea seakan tidak ada lelah sama sekali. Dia harus mulai melengkapi dirinya dengan skill berpedang. Dia tidak mau lagi dikalahkan lawannya.     

Meski dia tidak tau kapan nyawanya akan habis dihisap Mutiara Scarlet Penghisap, namun dia tidak mau serta merta menyerah begitu saja tanpa berupaya.     

Setelah latihan selesai, semua orang kembali ke pondok. Andrea mengajak Dante untuk berendam bersama di kolam misterius. Kuro ingin ikut, tapi dicegah Kyuna.     

Nona Siluman Rubah itu memberikan pandangan penuh isyarat ke Kuro yang akhirnya dimengerti oleh si bocah hybrid hitam. Mereka pun tidak mengusik kebersamaan Andrea dan Dante di kolam.     

"Weeww! Ternyata gelut pake pedang itu asik juga, yak! Besok pagi kita latihan lagi, oke?!" Andrea sudah duduk tenang di dalam kolam di sebelah Dante. Dia melilitkan handuknya mulai dari dada hingga pertengahan paha.     

Dante yang hanya memakai handuk dari pinggang karena ancaman Andrea agar tidak telanjang, hanya mengangguk. "Hm, baguslah kalau kau bersemangat." Matanya terpejam sambil menikmati relaksasi panasnya air kolam misterius yang lama kelamaan memberikan rasa hangat yang nyaman.     

"Waahhh! Ini sepertinya kolam yang mengasikkan!"     

Tiba-tiba terdengar suara yang sangat familar di telinga Andrea. Dia yang ikut pejamkan mata untuk menikmati relaksasi air kolam seperti Dante, mendadak buka matanya dan melongo kaget.     

Sudah ada sosok perempuan berkulit coklat, rambutnya kemerahan di ujung-ujungnya, dan matanya juga merah menyala bagai mata iblis. Tubuh perempuan itu tidak terbungkus apapun, telanjang begitu saja, menampilkan kulit berwarna tembaga murni, yaitu merah keoranyean yang terbias dengan coklat.     

Mengetahui perempuan asing itu tidak memakai apapun, Andrea secara refleks meraih kepala Dante dan menutupi mata sang Nephilim. Dante tidak menolak meski terkejut. Tadi dia juga kaget dengan kemunculan perempuan telanjang dengan tubuh merah kecoklatan yang terkesan liar dan tangguh.     

"Ka-kamu siapa?" Andrea mengawasi perempuan berbadan tangguh dan kuat itu yang kini mulai memasuki kolam tanpa ragu-ragu.     

Bahkan sosok asing itu seolah tidak risih akan ketelanjangannya. "Huh! Setelah kau menggunakan aku seharian, bisa gampang sekali kau tidak mengenaliku? Bahkan kau belum berterima kasih karena kuijinkan menggunakan tubuh dan kekuatanku." Perempuan berkulit warna tembaga itu berkacak pinggang seolah memarahi Andrea, padahal dia memiliki senyum jahil samar di sudut bibirnya.     

Andrea mengenal baik suara itu. "Pe-pedang Api? Kamu... beneran Pedang Api?!" Mata Andrea membola tanpa sekalipun melepaskan tangannya yang menutupi mata Dante.     

"He he... akhirnya kau tau dengan siapa kau berucap sekarang. Nah, kau belum mengucapkan terima kasih pada Baginda hebat ini." Sosok human Pedang Api menunjuk dirinya sendiri dengan ibu jari penuh akan sikap bangga. Rambutnya yang dikuncir tinggi di puncak kepala dengan warna merah terang di ujung-ujungnya bergerak selaras dengan gerakan tubuh empunya.     

"Heh?! Baginda?!" Andrea masih tertegun. Ia lekas melirik ke tempat di tepi kolam, dimana tadi dia menaruh dua pedang di sana. Tapi, semuanya lenyap!     

"Jangan berlebihan tak guna, Api bodoh." Terdengar suara lain, menimpali.     

"Hah! Aku tentunya lebih berwibawa ketimbang kau, Es payah! Kenapa kau masih belum keluar juga? Jangan katakan kau pemalu? Ha ha ha!" ledek Pedang Api.     

Kini Dante sudah tidak bisa lagi tenang. Dia turunkan tangan Andrea dari matanya dan melihat sosok humanoid Pedang Es yang berjalan ke kolam, TELANJANG!     

Tepp!     

Kini ganti Dante yang menutupi mata Andrea.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.