Devil's Fruit (21+)

Membawa ke Pondok dan Memperkenalkan Mereka



Membawa ke Pondok dan Memperkenalkan Mereka

0Fruit 270: Membawa ke Pondok dan Memperkenalkan Mereka     

Setelah mendengar janji dari masing-masing pedang elemen baru Andrea, gadis Cambion itu mulai lega taktiknya bersama Rogard berhasil. Ia harus berterima kasih pada si pria pedang rambut ungu itu.     

"Nama kalian siapa?" Andrea kembali bertanya hal-hal biasa untuk mengakrabkan diri. Mereka sudah menjalin ikatan Tuan dan Senjata pribadi. Maka dari itu, mereka harus memperdalam hubungan mereka.     

"Entah." Pedang Api menjawab dengan suara pelan.     

"Eh? Kok entah?" Andrea heran, lalu menoleh ke Pedang Es. "Gimana ama kamu? Siapa nama kamu?"     

Pedang Es menggeleng. "Kami sama-sama kehilangan ingatan mengenai diri kami sejak ribuan tahun silam. Dan mantan-mantan tuan kami juga tidak pernah ada yang memberikan nama pada kami. Hanya memanggil kami dengan Api atau Es saja."     

Dante ikut bersuara. "Sepertinya kalian memang pedang kuno yang berusia puluhan ribu tahun."     

"Mungkin saja," jawab Pedang Es.     

Andrea menyeringai. Ini adalah hal favorit dia. Menamai sesuatu atau seseorang. "Kalo gitu... aku akan kasi kalian nama!"     

Pedang Api menatap antusias pada Andrea. "Bagus! Pilihkan nama yang bagus dan kuat untukku!"     

Andrea membalas tatapan Pedang Api, berpikir sejenak sebelum akhirnya memiliki keputusan. "Karena kamu ini berelemen api dan kuat, maka aku kasi kamu nama yang hebat. BARA!"     

Kening Pedang Api berkerut. "Bara? BARA? Nama apa itu?! Terdengar tidak kuat, cih!" Ia kembali pada posisi semula dan lipat dua tangan di depan dada, bersikap meremehkan nama yang disebutkan oleh Andrea.     

"Haahh... ternyata kau tidak mau nama yang susah payah aku carikan untukmu..." Andrea kembali memasang wajah aktingnya. "Mungkin lebih baik siluman kecoak saja yang memberimu na-"     

"BAIKLAH! BAIKLAH! BARA! AKU SUKA NAMA ITU! YAH! BARA! BA-RA!" teriak Pedang Api memotong kalimat Andrea sebelum gadis Cambion itu menyelesaikannya.     

Hati Andrea terbahak keras. Namun, di luar, dia tampak santai. "Ah, kau memang pedang yang luar biasa menyenangkan! Rasanya tidak sia-sia aku memungutmu dari pelelangan, menyelamatkanmu dari siluman kecoak dan lainnya yang pasti mereka tidak pernah mandi begini..."     

Pedang Api bergidik. Ia teringat pernah memiliki tuan seorang siluman kera dan sungguh membuat jijik saban dia disentuh. "Te-tentu... tentu saja aku ini pedang yang sangat menyenangkan juga mengagumkan. Kujamin kau takkan kecewa dengan diriku... heheh... heheh..." Dia masih bergidik jika harus membayangkan masa lalunya yang suram di tangan banyak tuan-tuan yang kurang memenuhi standar dirinya.     

"Ah... karena nama Bara itu biasanya untuk lelaki kuat, maka kamu aku panggil Ra aja, yah!" Andrea mengelus pipi berwarna tembaga Pedang Api.     

"Oh, jadi itu nama lelaki? Nama lelaki kuat!" Seketika Pedang Api menjadi bangga akan namanya. "Lalu, untuk dia, apa?" Ia menunjuk ke Pedang Es menggunakan dagunya.     

Andrea menoleh ke Pedang Es. Berpikir sejenak. "Nama Snowy sebenarnya cocok, sih... Tapi dia kan lelaki. Tentu gak pantes pake nama itu..." Andrea bergumam lirih sambil ketuk-ketukkan telunjuknya ke dagu. "Ah! Gimana kalo Frozie! Aku panggil Fro! Itu kan artinya beku, dan keliatan gagah, kok! Fro!"     

Pedang Es meneguk ludahnya. Meski merasa aneh dengan nama yang disebutkan Andrea, tapi itu masih jauh lebih baik daripada dibuang nona Cambion jika tidak patuh. "Baiklah."     

"Okei! Persoalan nama udah kelar! Ra dan Fro! Ha ha ha! Itu beneran nama yang keren banget!" Andrea merasa suka cita.     

"Ingat, kalian harus akur, harus rukun, atau Nona Andrea takkan segan-segan membuang kalian." Rogard mengingatkan pada Ra dan Fro.     

"Iya, iya! Kami mengerti, kok!" Ra tampak tertekan mengenai itu, tapi dia tidak bisa memiliki keluhan apapun tentang hal tersebut.     

Mereka berendam di kolam hingga tirai senja langit mulai menutupi seluruh cakrawala langit alam Cosmo. Andrea pun mengajak mereka semua kembali ke pondok. "Ayok, aku kenalin kalian ke teman-teman aku! Tapi kalian pake pakaian yang bener dulu, yah! harus menjaga kesopanan berpakaian! Ingat itu! Tidak boleh telanjang! Sangat tidak boleh!" ucap tegas Andrea pada Ra dan Fro.     

Duo pedang itu mengangguk dan segera mengubah kain yang tadinya digunakan untuk berendam, kini menjadi sebuah pakaian indah.     

Tubuh kuat Ra sudah ditutupi pakaian berwarna merah ketat pendek layaknya kimono sederhana sepanjang pangkal paha dan ada sebuah kain merah ketat membungkus dada besarnya, dari dalam bagai itu adalah bra, serta ada sepotong celana pendek ketat berwarna emas sepanjang pertengahan paha sebagai pelengkap. Tampak manis sekaligus trendi. Dia memakai sepatu kain setinggi betis yang diikat tali agar membungkus betis kuatnya dengan baik.     

Rambut hitam Ra yang ujungnya berombre merah menyala, diikat kuncir kuda di puncak kepala tanpa diberi hiasan apapun. Hanya sebuah pita warna emas sederhana.     

Sedangkan Fro mengenakan pakaian ala pendekar elegan dari Cina kuno, bajunya berwarna putih, melambai jika terkena hembusan angin. Ada ikat pinggang berwarna biru yang berhiaskan bordiran perak membentuk pola naga. Rambut panjangnya tertata rapi dengan sedikit cepol kecil di puncak kepala meski masih menyisakan sebagian besar lainnya tergerai bebas.     

Andrea dan Dante berjalan ke balik batu besar secara bergantian untuk mengganti pakaian mereka. Rogard tak perlu repot-repot karena dia juga bisa melakukan seperti Ra dan Fro. Dia kini memakai setelah berwarna ungu dan tampak gagah meski tanpa memakai pelindung dadanya yang berwarna emas yang biasa dia kenakan jika bertempur.     

Ketika mereka semua masuk ke pondok sambil Ra dan Fro mengikuti dari belakang, semua yang di pondok terkejut dengan kehadiran sosok-sosok baru.     

"Mama, siapa mereka?" Kuro yang sudah memiliki wujud siluman tingkat menengah memiringkan kepalanya dengan tatapan heran ke Ra dan Fro.     

"Coba tebak." Andrea malah menggoda jahil. Ia menarik Ra dan Fro agar tampil ke depan, sehingga semua yang di pondok bisa leluasa mengamati keduanya.     

"Mama, apa kau memungut mereka dari hutan di alam luar?"     

Ra mendelik ke Kuro, merasa tersinggung.     

"Apakah mereka warga Siluman Kingkong?" Kyuna ikut menebak.     

"Kuharap mereka bukan pengemis yang ingin menumpang makan di sini." Kuro masih kejam memberikan dugaan.     

Ra sudah nyaris mendidih. Sejak kapan dia berubah menjadi pengemis?     

"Kuharap mereka bukan siluman yang ingin menjebak dan mencelakai kita semua di sini." Shiro ikut menebak.     

Fro hanya tatap dingin ke semuanya. Kemampuan dia untuk menahan diri jauh lebih baik ketimbang Ra.     

"Tenang saja, Nak!" Raja Naga Heilong bersuara. "Aku takkan membiarkan mereka mencelakai siapapun yang ada di sini." Usai mengucap demikian, Raja Naga Iblis Heilong langsung mengerahkan aura tebal dia melingkupi Ra dan Fro, seolah memberi peringatan ke Ra dan Fro untuk tidak sekalipun berpikiran macam-macam pada mereka semua.     

Di dalam benak Ra dan Fro terkejut ketika merasakan aura kental Raja Naga Iblis Heilong. Mereka akhirnya paham aura siapa yang selama ini sering keluar dari tubuh Andrea. Mereka berdua tidak mengira Raja Naga Iblis Heilong yang terkenal ada bersama dengan Andrea dan kelompoknya.     

Seberapa penting kah Andrea hingga dilindungi Raja Naga Iblis Heilong?     

"Apakah kalian semua pura-pura bodoh?" Gazum tak tahan berkomentar. "Jelas sekali kalau mereka memiliki aura energi api dan es, sudah bisa dipastikan bahwa mereka adalah kedua pedang yang dibeli Nona Andrea dari pelelangan!"     

"Eh?!"     

"Mereka berdua pedang Mama!?!"     

"Hahah! Aku tadi memang sengaja berpura-pura tak tau... heheh... heheh..."     

"Ayah, kau sungguh tak tau malu berkata demikian..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.