Devil's Fruit (21+)

Minta Perlindungan dan Mencari Suaka



Minta Perlindungan dan Mencari Suaka

0Fruit 267: Minta Perlindungan dan Mencari Suaka     

Khawatir Andrea akan benar-benar memanggil Raja Naga Iblis Heilong, para bawahan Regan segera menoleh ke Tuan Muda Desa Awan Hijau dengan tatapan tajam.     

Tuan Muda Regan mulai bergerak mundur langkah demi langkah. Mungkin dia bisa berurusan dengan sesama hewan iblis, namun bagaimana dengan para iblis murni?     

"Hei kalian..." Suara Regan dipenuhi akan nada ancaman meski hatinya sangat berdebar-debar ketakutan. "Kalian ingat, kalian bisa mendapatkan banyak emas dan wanita jika kalian patuh padaku!"     

"Tuan Muda Regan, emas dan wanita akan sia-sia saja jika setelah itu kami tidak bernyawa..." Mata iblis murni di depan Regan berkilat dengan hawa membunuh. Mereka bersama-sama bergerak memojokkan Regan.     

"H-hei! Memangnya apa hebatnya Raja Naga Iblis Heilong? Apakah dia kaya? Apakah dia bisa memberikan kalian kemakmuran?" tanya Regan sambil mulai menyiapkan serangan dari telapak tangannya.     

"Dia bisa memberi kami nyawa! HIYAAAAKKHHH!" raung hewan iblis yang diikuti dengan rekan-rekan lainnya.     

Mereka berbarengan menerjang Regan, mengerahkan kemampuan terbaik mereka. Bagi hewan iblis yang kekuatannya setara dengan Regan, mungkin akan menemui sedikit kesulitan menaklukkan Regan. Namun, untuk iblis murni, mereka tidak akan menemui kesukaran apapun menghadapi hewan iblis seperti Regan.     

Rupanya mereka semua rela bekerja menjadi budak Regan dikarenakan janji kemakmuran yang selalu diberikan Regan.     

Yah, selama mereka ikut Regan sebagai tukang pukul Tuan Muda Desa Awan Hijau dan pengawal dia, mereka memang sudah merasakan kenikmatan uang dan wanita seperti yang dijanjikan sang Tuan Muda.     

Namun, seperti perkataan salah satu mereka sebelumnya, uang dan wanita tidak akan memberikan keselamatan nyawa. Kemakmuran hidup dan wanita berlimpah bisa dicari, tapi jika nyawa sudah tidak lagi melekat di raga, kemana mereka harus mencarinya?     

Maka, tidak perlu mempertimbangkan lebih lama lagi. Semuanya bersama-sama menyerang Tuan Muda Regan.     

Sang Tuan Muda Desa Awan Hijau juga tak mau pasrah begitu saja. Dia membalas serangan mereka secara membabi buta, mengerahkan segala tenaga yang dia punya untuk bisa meloloskan diri. Sayangnya, dia tidak bisa menandingi kekuatan para iblis murni yang gencar menyerangnya.     

Hanya dalam hitungan menit tidak lebih dari lima belas menit, tubuh Tuan Muda Regan sudah roboh bersimbah darah dengan banyaknya luka cabik yang tidak terhitung banyaknya.     

Kesetiaan itu terkadang... setipis bulu kucing. Itu mudah diguncang jika memang tidak ada keteguhan dari awalnya.     

"Celaka! Kita benar-benar membunuh Tuan Muda Regan!" seru panik datang dari Hewan Iblis sambil pandangi tubuh kaku Tuan Muda Regan di atas tanah berwarna merah pekat yang merupakan darah Regan sendiri.     

"Mau bagaimana lagi? Kalau dia sampai lolos, bukankah dia bisa membahayakan kita semua?" Iblis murni berkomentar.     

"Lalu... apa yang harus kita lakukan sekarang kalau sudah begini? Kepala Desa Awan Hijau pasti takkan diam begitu saja anak kesayangan dia tewas!"     

"Umm... lebih baik kita kabur saja ke desa lain atau ke tempat terpencil lainnya!"     

Yang lainnya pun mengangguk setuju akan usul itu. Lalu, mereka menoleh ke arah Andrea yang sedari tadi hanya berdiri santai di sisi Dante, menyaksikan semuanya.     

"Nona, bisakah Nona melaporkan ke Paman Nona, Raja Naga Heilong, agar Beliau... Beliau tidak perlu memburu kami?" Salah satu hewan iblis memohon ke Andrea.     

Andrea mengangguk-angguk bagai itu merupakan hal yang sangat sepele. "Tidak ada masalah tentang itu. Tenang aja kalian. Kalo mo pergi, pergi aja. Yang jauh, kalo perlu."     

"Nona, tidak bisakah Raja Heilong melindungi kami mulai sekarang?" pinta salah satu iblis murni. Meski dia iblis murni, namun tingkat kekuatannya masih di bawah Raja Heilong yang legendaris. Kalau tidak, untuk apa dia rela membunuh Regan hanya dengan mendengar Raja Naga Heilong disebut?     

Sekali lagi, Andrea mengangguk. "Tunggu sebentar, aku akan mentransmisikan suaraku ke Paman menggunakan seni transmisi tingkat tinggi," bual Andrea. "Nah, sudah. Paman akan mencoba untuk mencegah kalian diburu besar-besaran nantinya. Udah, sana pergi, gih!" Dia mengusir dengan mengibas-kibaskan tangannya.     

Segera saja semua bawahan Regan yang tersisa melesat menjauhi Desa Awan Hijau. Bahkan mereka sudah tidak memikirkan lagi keluarga atau siapapun yang berkaitan dengan mereka. Yang terpenting, nyawa mereka sendiri. Betapa egoisnya seseorang apabila sudah menyangkut keselamatan diri sendiri, bukan?     

Melihat mereka semua meloncat pergi tersebar ke berbagai penjuru, Andrea terkikik geli. Ia menatap Dante. "Pulang, yok! Aku pengin mandi air hangat. Bodiku lecek banget ini, bau keringat ma darah." Ia sambil dekatkan lengan ke hidungnya lalu mengernyit jijik.      

"Ayo aku bantu." Dante menyahut tanpa menatap Andrea. Dia menggenggam pedang es yang sudah kembali ke sarungnya.     

"Bantu apaan?" Andrea menatap bingung pria Nephilim di sebelahnya.     

Kali ini Dante sudi menatapnya. "Tentu saja bantu kau membersihkan tubuh bau kamu itu, bocah!" Sebenarnya dia sangat malu mengucapkan kalimat tersebut. Tapi dia menahannya. Siapa tau, dia tidak memiliki kesempatan lagi di lain hari.     

Dante harus menekan kuat semua gengsi dan harga dirinya yang setinggi Gunung Everest. Dia tidak ingin mempunyai penyesalan apapun.     

Andrea terkekeh geli mendengar ucapan Dante. Itu karena dia sempat menangkap semburat rona merah muda sangat tipis pada wajah dan telinga Dante. Lelaki Nephilim itu pasti malu berat ketika mengucapkan kalimat begitu.     

Nona Cambion hanya menepuk-nepuk lengan kekar Dante sambil mengajak pria itu masuk ke alam Cosmo. Sebelum mereka masuk, Andrea sudah membakar habis tubuh Regan dan hewan iblis yang mati menjadi abu untuk menghilangkan jejak.     

Suasana di tempat itu mendadak sangat sunyi begitu Andrea dan Dante sudah menghilang ke alam Cosmo. Yang tadinya sangat hiruk pikuk, kini senyap dan menyisakan bau amis darah dan pahitnya abu di udara.     

Sreekk! Sreeekk!     

Tak lama kemudian, keheningan di tempat itu terpecahkan sedikit dengan hadirnya sebuah sosok dari arah batu besar yang dikelilingi rerumputan tinggi.      

"Hiks! Hiks!" Terdengar suara tangis lirih perempuan dari sosok itu. "Regan... hiks! Regan..." Dia akhirnya bisa bebas melepaskan auranya lagi setelah lama dia tekan agar tidak terdeteksi.     

Perempuan itu pun lekas melesat terbang ke arah mansion besar Kepala Desa Awan Hijau yang lumayan jauh di arah barat desa. "Regan, tunggu saja, aku dan ayahmu pasti akan membalaskan dendam untukmu! Hiks!"     

Sementara itu, di alam Cosmo, Andrea sudah selesai membilas tubuhnya, dan dia mulai melangkah memasukkan kakinya ke dalam bathtub.     

"Andrea... ayolah... buka pintunya! Jangan dikunci..."     

Andrea terkekeh mendengar suara kesal Dante di depan pintu kamar mandi. Lelaki itu kalah cepat dengan Nona Cambion sehingga kehilangan kesempatan untuk 'membantu membersihkan badan' Tuan Putri Andrea.     

"Tunggu aja, napa sih, Dan? Hihi!" Andrea mulai menyamankan diri berendam di bak, menenggelamkan tubuhnya hingga sebatas dada pada air hangat yang menenangkan. Itu karena dia sudah menambahkan ramuan pembuat rileks tubuh dan pemulih tenaga pada airnya.     

Dante hanya bisa mendengus kesal. Sangat kesal!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.