Devil's Fruit (21+)

Kenzo Kedatangan Tamu (19+)



Kenzo Kedatangan Tamu (19+)

0Fruit 359: Kenzo Kedatangan Tamu (19+)     

Di tempat lain, di tepi hutan....     

"Ermmghh..." Sebuah erangan halus terdengar. Tubuh molek terbaring telungkup di atas ranjang, nyaris telanjang setelah sebelumnya bercinta habis-habisan semalam suntuk hingga menjelang siang.     

Mata mencoba dibuka meski terasa berat. Ini sudah hampir siang. Ia tertidur cukup lama setelah kegiatan melelahkan namun juga menyenangkan dia lakoni sebelum ini.     

"Sudah bangun?" Suara bariton rendah dan berat setengah berbisik membelai pendengaran.     

Pemilik tubuh molek itu pun tersentak kaget. "Hah?!" Matanya seketika membola melihat 'suaminya' hanya memakai kain entahlah di pinggang, setengah berbaring di samping dia. "Apa—" Andrea berusaha fokus mengingat semua kejadian.     

"Aku sudah buatkan sarapan untukmu, sayank. Mau kuambilkan dan bawa ke sini?" Dante beri tatapan mesra penuh aura berseri ke Puteri Cambion. Siapa yang tidak sumringah jika mendapatkan malam penuh bara asmara sangat memuaskan.     

Tangan Andrea bergegas meraih selimut untuk menutupi tubuh hingga sebatas dada. "Nga-ngapain kamu di sini?" Selimut dia pegang erat-erat takut kalau Dante khilaf jika melihat belahan payudaranya. Nona, semalam justru kau yang khilaf.     

"Pfftt!" Tuan Nephilim mendengus geli. "Lupa yang semalam? Perlu reka ulang?" Ia memajukan tubuh ke arah Andrea.     

Otomatis gadis itu menjauh sebisa mungkin meski tidak bisa turun dari ranjang dikarenakan posisinya berada di sudut, terpojok oleh Dante. "Jangan macem-macem, yah! Aku ledakin kau jadi debu!"     

Mata Dante malah berkilat nakal menyaksikan 'istri' tersayang ketakutan seraya memegang erat ujung selimut. "Tapi semalam sayankku binal dan sangat bersemangat, loh!"     

"Sshh!" Andrea mendesis keras. "Gak usah hoax. Mana mungkin aku kayak gitu?!"     

"Semalam Mama saking butuh asupan sampai alam bawah sadar Mama mendatangi Papa minta vitamin spesial." Anak di dalam perut Andrea seolah membela sang ayah dengan mengucapkan itu.     

"Hah?!" Andrea menaikkan alisnya tinggi-tinggi karena terkejut.     

"Tuh, yank... dengarkan anak kita. Dia selalu jujur." Dante tersenyum puas.     

Nona Cambion memicingkan mata. Agak sangsi juga. Tapi jika melihat penampilan sangat minim dia saat ini, jangan-jangan seperti apa yang dipaparkan sang Anak. "Aku mau mandi."     

Dante membiarkan Andrea mendorong dirinya agar bisa turun dari ranjang meski kesulitan akibat selimut yang diupayakan membebat tubuh.     

Gemas, Dante langsung saja membopong tubuh Andrea yang bagai dalam kepompong selimut ke kamar mandi.     

Andrea tak sempat protes keras karena langkah Dante sudah menjejak lantai kamar mandi. Mata gadis itu menyapu ruangan yang didominasi kayu namun terdapat bak mandi kecil layaknya yang ada di pemandian tradisional orang Jepang.     

Ini hampir seperti pondok di alam Cosmo ketika belum mengalami peningkatan level.     

"Perlu kumandikan?" tawar Dante.     

"GAK!" sahut Andrea cepat. Tangan kanan teracung ke arah luar pintu kamar mandi setelah diturunkan Dante dari gendongan. "Gih dah sana, keluar."     

"Yakin nggak mau aku bantu gosokkan punggungmu?"     

"Ke-lu-aarrr..."     

"Oke, oke, baiklah. Aku akan ke—woowwhh!" Tiba-tiba Dante limbung nyaris terjatuh jika tidak lekas berpegangan pada tepi bak mandi kayu tersebut.     

"Papa terlalu banyak gunakan energi sihir untuk buatkan Mama sarapan dan juga kamar mandi."     

"Heh?" Andrea miringkan kepala sambil tatap Dante yang berdiri agak sempoyongan.     

"Mama, lekas beri Papa asupan. Supaya Papa kembali bertenaga. Dia sudah capek sepagian ini."     

"Loh! Itu kan kelakuan dia sendiri yang pake sok-sokan nyediain makan ama bikin kamar mandi. Kok jadi aku yang kudu tanggung jawab?" Andrea bersikeras membantah anaknya.     

"Tapi kalau ada serangan monster atau Iblis jahat, Mama juga yang akan kepayahan."     

"What the—"     

Tepp!     

Dante sudah menggapai lengan Andrea hingga selimut pun melorot ke lantai kayu kamar mandi diiringi pekik kaget Andrea.     

"Kyaahh! Woiii!"     

Tiga menit berikutnya, Andrea sudah duduk di tepian kolam dan sang Nephilim berlutut di dalam bak, menghadap ke arah sang Cambion. Kedua paha sudah dibuka serta lidah menjejak ke klitoris hingga mengakibatkan erangan tertahan si gadis.     

"Ermmghh..."     

Kian lama erang itu kian keras seiring lidah dan mulut Dante menyesap agresif area intim tersebut. Andrea mendongakkan kepala tinggi-tinggi sembari tangan mengepal kuat merasakan dorongan libido yang kian mendesak.     

"Ha-aanghhh... Dan... Danteee... arrnghhh... haagkh! Hagghh! Arghh!" Lama-lama tubuh Andrea pun rebah di pinggiran kepala bak mandi seraya satu tangan giat meremas rambut Dante, segiat mulut pria itu menstimulasi kewanitaan Nona Cambion.     

Tak butuh waktu lama untuk membuat Andrea menyerahkan cairannya secara sukarela, dan segera diteguk semua oleh Dante.     

Baru saja Andrea mulai mengatur nafas meski kepala terasa pening akibat berahi dan orgasme, ternyata Dante sudah merayap ke atasnya. "Da-Dante!"     

"Tanggung, nih yank. Sekalian saja." Dante menyiapkan torpedo untuk ditembakkan.     

"Woi! Woiii! Katanya semalam udah!"     

"Iya, ini kan nambah lagi, yank..."     

"Huappah—ARRGGHH!" jerit Andrea ketika Dante sudah melesakkan torpedo ke liang hangat kesukaan dia.     

"Ayo, aku beri juga kau vitamin dan nutrisi, yank... urghh! Hurghh! Urghh!"     

"Dan! Dante! Aannghh! Haanghh!" Andrea tak bisa berkutik. Dante sudah menggiatkan penisnya memompa vagina kuat-kuat sampai Andrea musti berpegangan pada leher pria itu.     

Andrea bagai ingin mengutuk dirinya seburuk yang dia bisa. Selalu saja begitu. Selalu saja dia akan melemah jika Dante sudah memaksa menyentuh tubuhnya. Tapi, sekarang Dante memaksa dengan sangat lembut. Ah, bagaimana bisa? Tentu hanya Tuan Nephilim yang tau caranya.     

Dua jam kemudian, kedua insan sudah duduk di meja makan sederhana dari kayu. Andrea melarang Dante untuk menggunakan sihir memunculkan meja makan mewah. Dia tak mau terkena imbas bila Dante royal menggunakan sihirnya meski itu untuk kenyamanan Andrea.     

"Gilak! Aku gak mau lagi kamu kasi hal-hal mewah kalo ujung-ujungnya musti ngasih kamu asupan!"     

Dante mengunyah dan telan steik domba hasil sihirnya sebelum terkekeh menjawab sang 'Istri". "Hehehe... tapi endingnya kau tak pernah menolak, sayank. Justru khidmat menikmati."     

"Shut up, cowok cabul!" Andrea melemparkan serbet makan ke Dante yang ditanggapi tawa renyah pria tersebut.     

Dante memang sedikit keterlaluan. Setelah bercinta semalam suntuk, dia masih saja menggauli Andrea di kamar mandi dua kali. Itu pun jika Andrea tidak teriak-teriak protes mengancam akan ke tempat Kenzo, mungkin tak hanya dua ronde.     

Kegiatan sarapan—walau ini sudah siang—disudahi setelah keduanya meneguk susu. Ketika Dante akan gunakan sihir untuk membereskan meja, Andrea mencegah. "Jangan, woi! Sinih, biar aku aja! Beuh! Cuma cuci piring doang aja pake sihir. Belagu banget! Boros sihir aja, tauk!"     

Akhirnya Dante patuh. Dia membantu mengambilkan air di sungai depan pondok untuk membilas piring dan gelas kotor yang dicuci Andrea.     

Di tempat lain, Kenzo baru saja menelan buah yang ia dapat pagi ini. Semalam dia sudah bercinta pula dengan Shelly meski dengan cara ghaib.     

Ia tengah duduk santai di depan 'pondok' batunya.     

"Haruskah kau bertingkah begitu, Panglima Kenz?"     

Kenzo menoleh ke sumber suara. Matanya membola, tak menyangka akan kehadiran sesosok wanita di dekat dia.     

"Kau..."     

"Sudah melupakan aku, yah? Uffhh... sedihnya aku..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.