Devil's Fruit (21+)

The Party Must Goes On (19+)



The Party Must Goes On (19+)

0Fruit 440: The Party Must Goes On (19+)     

Andrea mendelik kaget. "Kalian kenapa ke sini?" Dia terlalu tak menyangka akan kehadiran beberapa wanita cantik dan seksi yang muncul di dekatnya.      

"Kudengar Tuan Puteri menghadiri pesta. Tentu kami tak ingin ketinggalan." Soth 3 menyahut bernada genit.      

Ya, mereka memang para Succubi yang pernah ditugaskan untuk mengawal dan melindungi Andrea ketika sang putri Cambion masih berada di usia tujuh belasnya.      

Ada dua kelompok prajurit Succubi yang dititahkan King Zardakh untuk menjadi penjaga Andrea, prajurit ras Soth dan prajurit ras Roxth.      

Ada dua Soth yang dibunuh King Zardakh ketika Andrea diculik oleh Ruenn sewaktu itu dengan alasan lalai dalam bertugas. Maka, kini prajurit Soth tinggal 4 bersaudara saja.      

"Tak apa, kan kalau kami juga ikut? Sekalian kami menjagai Puteri." Meowth turut berujar.     

"Halah, bilang aja kalian mo cari 'makan' di sini!" sambar Revka, seolah paham ketiga Succubi hanya ingin 'berburu' mangsa dengan kedok mengawal Andrea.     

"Awwgh~ Nyonya Nephilim sungguh pengertian. Tapi kami juga benar akan menjaga Tuan Puteri, kok!" Soth 1 beralasan.     

"Udah, udah, gakpapa!" lerai Andrea. "Malah asik, kan kalo banyak yang jagain gue."     

Tujuh orang itu segera melangkah dengan tujuan tempat pesta diadakan. Mereka naik ke lantai paling atas hotel  dipandu seorang lift-boy.     

Mereka sampai juga di ruangan pesta. Bukan hall besar, namun cukup luas menampung dua ratus orang.     

Ruangan itu bertempat di roof-top hotel. Pemandangan sungguh fantastis dengan panorama kota Roppongi di malam hari penuh lampu kelap-kelip.     

Sebuah kolam renang besar ada di tengah ruangan yang disulap ala cocktail party. Namun dresscode bebas asalkan elegan dan parlente.     

Baru saja Andrea menjejakkan kaki, ia sudah disambut seorang lelaki tinggi besar dan berkulit sawo terlalu matang. Klien Indianya. "Miss Andrea!" Ia sumringah melihat kedatangan Andrea. "Sangat bersyukur sekali aku akan kehadiranmu, Miss!"     

Andrea menjabat tangan orang itu dengan senyum canggung. "I-iya, Tuan Vikram! Hahah. Saya juga senang bisa datang kemari. Terima kasih undangan Anda." Andrea berusaha sesopan mungkin. Lalu ia teringat. "Oh, maaf, saya... bawa banyak teman." Ia menoleh ke orang-orang di dekatnya yang akhirnya bersalaman juga dengan Vikram.     

"Tidak apa! Tidak apa! Justru aku suka pesta ini akan makin meriah! Hahaha!" Vikram tertawa lepas lalu melambai ke rekannya yang berdiri tak jauh.     

Sang rekan mendekat. Dia orang yang juga bertemu dengan Andrea dalam pertemuan jual beli.     

"Ah! rupanya Miss Andrea datang! Kami sudah bersiap sedih andai Miss tidak berkenan hadir..." Orang itu menjabat erat tangan Andrea. Matanya seakan ingin menelan Andrea bulat-bulat.      

Sesungguhnya, Andrea cukup risih dengan cara orang-orang India itu menatapnya. Apakah feromon lama dia yang berbahaya itu masih ada? Tapi rasanya tidak. Andrea sudah memastikan bahwa aroma khas dia sudah tidak ada lagi sekarang.      

Berarti... memang dua lelaki India itu yang mata keranjang.     

"O-ohohoh!" Andrea terkekeh canggung. Ia merasakan tangannya dijepit erat jabatan orang tersebut. "Tuan Arman bisa saja. Hahah..." Tawanya benar-benar terkesan kikuk.     

Kedua India itu pun perlahan menggiring Andrea agar terlepas dari para 'penjaganya' dengan alasan akan diperkenalkan dengan tamu penting mereka lainnya.     

Andrea susah menolak, membiarkan dirinya dipapah ke arah lain meninggalkan Shelly, Revka-Djanh dan para Succubi.     

Sepeninggal Andrea, Revka pun menyingkir bersama suaminya. Sedangkan Shelly ikut dengan para Succubi mengambil camilan dan minuman.     

Andrea sudah menjabat banyak tangan tamu sesuai anjuran Vikram. Ia sebenarnya telah letih, ingin duduk santai, tapi Vikram dan Arman tak juga berhenti membimbing dia bergilir menjabati tangan banyak tamu yang mereka katakan penting.     

Kemudian muncul India ketiga yang dikenal Andrea. Rijav. Bertiga, mereka seolah memonopoli Andrea.     

Saat Andrea sudah nyaris meminta berhenti berkeliling pada tiga kliennya, mereka justru menggiring Andrea turun menggunakan lift.     

"Kau harus bertemu Bos hebat yang pasti akan senang membeli banyak properti perusahaanmu, Miss Andrea." Vikram memaksa pelan Andrea keluar dari lift menuju sebuah kamar hotel.     

Meski Andrea bingung, ia tak sanggup menolak. Ia terpaksa patuh saja masuk ke dalam kamar suite.     

Begitu Andrea sudah masuk, pintu dikunci oleh Rijav. Vikram dan Arman tersenyum simpul. Andrea mulai curiga. Ia tatap ketiganya. "Kalian... katanya ada Bos..."     

Arman buka ikatan dasinya setelah ia melempar jas ke sembarang tempat. "Tenang saja, manis. Kau akan bertemu Bos."     

"Ya. Tidak tanggung-tanggung! Tiga Bos sekaligus!" Vikram sudah menggulung lengan kemejanya. Seringainya tidak mengenakkan. Andrea makin waspada. Ia mundur menjauhi ketiganya.     

"M-mana? Tiga Bos itu?" Andrea gugup. Ia bisa saja kibaskan tangan ke para lelaki yang mengepungnya, namun itu akan berakibat ia ketahuan bukan manusia biasa. Andrea dilema.     

Rijav buka resleting celana tuksedonya. "Ini. Ini para Bos yang akan kau jumpai, sayankku."     

Paham sekarang Andrea. Rupanya mereka membahasakan penis mereka sebagai BOS! Ia menggeleng. "Kumohon, jangan begini. Ini sangat tidak baik, tuan-tuan."     

Namun omongan Andrea bagai angin di kuping ketiganya yang kini sudah menggapai Andrea.     

Vikram mendekap Andrea dari belakang, lalu mengunci dua tangan Andrea. Arman maju seketika dan merenggut gaun depan Andrea.     

Cambion itu terpekik ketika tangan Arman berhasil membuat dadanya jadi telanjang. Ia berseru ketika Arman meremas kuat payudaranya untuk kemudian mengulum putingnya.     

Vikram terkekeh menyaksikan tingkah rekannya yang bagai tak sabar. "Easy, man. Easy. Malam masih panjang. Kau ini tak sabaran sekali. Mentang-mentang kau paling bernafsu dari awal ketemu dia. Haha!"     

Arman tidak menyahuti rekannya. Ia terus memuaskan dahaga berahinya pada payudara montok Andrea.     

"Hei, hei, kapan giliranku?" Rijav merangsek ke Andrea sembari dorong Arman sehingga pria itu harus rela berpisah dari dada membusung Andrea.     

Tak sia-siakan waktu, Rijav buru-buru melomoti puting Andrea sembari remas payudara yang tidak dijamah mulut.     

Vikram terus tertawa melihat kelakuan dua rekannya yang berebut Andrea.     

Arman menggeser Rijav sedikit ke samping agar dia bisa berdiri di hadapan Andrea. Menahan tengkuk sang Cambion, ia melumat bibir Andrea secara paksa.     

"Urrmmfhh! Mrfhh!" Andrea sudah terbungkam. Meski berusaha mengelak dari bibir agresif Arman, apa daya ia tetap saja takluk pada kekuatan sang pria. Bahkan ia mengerang protes ketika satu tangan Arman menyusup masuk ke celana dalamnya. Jari itu kasar mengusap klitoris Andrea  seolah menginginkan penaklukan absolut dari sang Cambion.     

"Rebahkan dia."     

Ketiganya pun seret Andrea ke ranjang besar di sana. Vikram menahan dua tangan Andrea menggunakan dua kakinya seakan mengangkangi. Sehingga ia bisa leluasa meremasi payudara Andrea.     

Rijav kini ganti melumati bibir Andrea juga lehernya. Andrea berteriak kapanpun ada kesempatan lolos dari cumbuan sepihak pria itu.     

Arman sibuk melucuti G-string merah tua Andrea untuk kemudian rakus melomoti vagina dan klitoris sang Cambion.     

Andrea ingin meledak rasanya. Ia tak mau berakhir diperkosa tiga orang besar itu. Ia tak rela. Tak sudi!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.