Devil's Fruit (21+)

Shopping Time, Ladies!



Shopping Time, Ladies!

0Fruit 438: Shopping Time, Ladies!     

Ternyata, siang ini jadwal menemui klien tidak hanya dengan Handa-san, namun juga bersama Giorge. Andrea mendengus. Padahal dia sudah senang karena terbebas dari Tuan Vampir.     

Nyatanya, tidak. Giorge berhasil meyakinkan Handa-san agar ikut serta. Entah apakah karena hipnotis atau murni terbujuk mulut manis Giorge, Handa-san menyetujui pria itu ikut.     

Mereka memakai mobil mahal Giorge ke tempat pertemuan. Sebuah restoran elit yang memiliki bilik tertutup yang biasa digunakan untuk pertemuan penting.     

Ketiganya sudah tiba lebih dulu. Itu bagus. Jangan sampai klien yang menunggu.     

Begitu klien hadir, semua mata tertuju pada Andrea yang terlihat gemilang mempesona memakai blazer peplum berwarna hijau cerah dengan rok mini hitam dan dalaman putih berenda di bagian dada.      

Andrea memang terlihat cantik dalam balutan busana apapun, itu tak bisa disangkal. Bahkan dalam busana ala tarzan ketika di alam pribadi milik Pangeran Djanh pun dia tetap mempesona.     

Dipertemuan itu, Handa-san memberi kesempatan pada Andrea untuk 'unjuk gigi' memaparkan dagangan perusahaan agar para klien dari Eropa tertarik dan membeli.     

"Kami butuh satu kompleks kondominium untuk para pegawai level atas kami." Salah satu klien berkata ke Andrea.     

"Sangat tepat jika Anda memilih kami, gentlemen." Andrea mulai memberikan suntikan sugesti positif ke klien.     

Kemudian ia asik memamparkan kelebihan dan keunggulan produk perusahaan dibanding properti perusahaan lain.     

Hanya butuh setengah jam untuk meyakinkan klien pada produk yang ditawarkan Andrea. Kesepakatan pun terjadi, hingga Handa-san terperangah takjub akan kegemilangan Andrea membujuk klien.     

Bahkan seorang Handa-san saja belum tentu bisa secepat itu meyakinkan pembeli. Andrea memang sesuatu.     

Sepanjang perjalanan pulang, Handa-san terus saja menghujani Andrea dengan pujian. Giorge diam hanya jadi pendengar sejak di restoran.     

Sampai di kantor, Handa-san terus berceloteh betapa hebatnya Andrea menaklukkan klien tanpa butuh waktu lama. Ada yang terpukau, ada pula yang mendecih diam-diam.     

Sore sebelum jam pulang, Andrea dipanggil menghadap Bos Besar. Ia datang ditemani Tanaka-san sebagai Direktur Pemasaran.     

"Miss Andrea! Selamat!" Bos Besar menyambut suka cita kedatangan Andrea.     

Wanita itu agak bingung. "Ya, Tuan?"     

"Berkat video pemasaran yang kau bintangi, kita langsung dapat seorang klien kelas kakap. Aku menunjukkan videomu kemarin, dan baru saja dia menghubungiku, dia bersedia membeli real estate kita!" Bos Besar tertawa senang.     

Tanaka-san ikut senang. Ia menepuk bahu Andrea penuh rasa kagum. "Selamat, Miss Andrea. Kau memang luar biasa."     

"Tapi, dia mengajukan syarat padaku." Bos Besar redakan tawanya. Pandangannya mendadak serius pada Andrea. "Ia meminta ditemani Andrea makan malam di sebuah restoran."     

Tanaka-san mengangguk paham.     

Sebaliknya dengan Andrea. Ia bingung. Haruskah demikian?     

Rupanya Bos Besar tau kebingungan Andrea yang dianggap masih 'hijau' urusan demikian. "Itu hal biasa untuk memuluskan pemasaran di dunia bisnis, Miss Andrea. Akhir pekan besok, bersiaplah. Kau boleh pulang gasik Jum'at itu untuk bersiap-siap. Katanya kau diundang pesta klien India kita Jum'at mendatang, kan?"     

Jadi, makan malamnya Sabtu malam. Dan Andrea mendapat keringanan dengan pulang lebih awal di hari Jum'at.     

"Haik. Benar, Tuan. Lalu... di-di mana makan malamnya, Tuan?" tanya Andrea.     

"Restoran sushi Hotel Mizu." Bos besar berikan jawaban yang karuan mengagetkan Andrea.     

"Di hotel?"     

"Di restorannya, Andrea. Bukan di kamar hotel. Kau ini bagaimana, sih?"     

"O-ohohoh!" Andrea jadi malu sendiri. Ia mengusap leher sampingnya saking malu sudah berpersepsi macam-macam. "Baiklah, Tuan. Besok Sabtu malam saya siap ke sana." Ia mantap menjawab. Sesudah itu, membungkuk meminta ijin pamit pulang.     

Sebelum Andrea keluar dari ruangan Bos Besar, Beliau menambahkan, "Pakailah gaun malam yang pantas, Miss Andrea. Jangan memalukan perusahaan. Ah, nanti kusuruh sekretarisku memilihkan dan mengirim ke tempatmu."     

"Ha-haik, Tuan! Permisi." Andrea membungkuk lagi lalu benar-benar keluar dari ruangan besar tersebut.     

Ini masih hari Rabu. Sedangkan Jum'at malam ia ada undangan pesta klien India. Ternyata Bos besar tau mengenai itu juga.     

Malamnya, Andrea sibuk meributkan mengenai pesta hari Jum'at.     

"Gimana, nih beb, gue belum pernah datang ke pesta. Duuhh... klien sompret! Ngapain pake nyuruh gue datang segala?! Bikin gue bingung milih baju aja!"     

Shelly ikut bingung. "Aku juga gak tau harus gimana, Ndre. Apa besok kita belanja baju pesta?"     

Andrea pandang lekat sahabatnya. "Yakin bisa milih yang pas?"     

Sang sahabat jadi gundah. "Duh, aku juga jarang datang ke pesta, sih. Terakhir ikut Mama ke pesta waktu aku umur 11 tahun."     

Andrea tepuk dahi. Alamat bajunya akan tak sesuai nantinya.     

"Ada yang butuh saran profesional tentang baju pesta?" Tiba-tiba suara Revka terdengar di ruangan tersebut. Tak lama ia muncul disertai suaminya, Djanh, dan juga anak lelakinya.     

"Revka!" pekik Andrea senang. Ia lekas peluk Nyonya Nephilim penuh suka cita. "Lu selalu tau aja kalo gue lagi butuh bantuan."     

Revka mendecih. "Ceh! Itu karena kau ini lemah dan bodoh, makanya butuh aku membantu melulu."     

"Iya, deh terserah lu ngoceh apaan ke gue, pokoknya bantu gue milih baju, yak!" rayu Andrea tanpa peduli lidah tajam Revka. Ia tau sebenarnya Revka baik dan sayang padanya, meski diungkap dengan cara... berbeda.     

"Kita shopping sekarang!" Revka serahkan anaknya ke Djanh. "Kalian, cowok-cowok di rumah aja, gak usah buntuti kami para ladies yang akan berbelanja."     

Djanh mengerang. "Awwhh~ jangan begitu, kitty sayank. Aku juga ingin ikut."     

"Untuk apa?" Kedua alis Revka terangkat. "Kau ingin cuci mata, heh?!"     

Djanh nyengir.     

"Kalian para cowok akan bosan mengikuti kami nantinya. Kalian jaga rumah saja!" Revka bertitah. Andrea sampai berdecak kagum menyaksikan ketegasan Revka.     

"Lakik lu manut banget ama elu, ya nek!"     

Revka menoleh ke Andrea. "Wohiya, dong! Atau dia takkan dapat jatah sebulan dariku. Jangan harap dia bisa cari jatah di luaran sana."     

Andrea tertawa kagum. "Wow, emejing nian elu, nek! Gue kudu banyak belajar dari elu kayaknya, nih!"     

Revka dekatkan wajah ke Andrea untuk berbisik, "Mainan dariku sudah kau gunakan?"     

Andrea seketika merona. Paham mainan apa yang dimaksud Revka. Lekas saja dia tabok keras pantat sang Nephilim. Lalu bergegas mengganti baju.     

"Jagoan kecil di rumah aja, yak. Kalian jangan ada yang ribut, oke? Bubai dulu!" Andrea melambai ke arah para pria yang dipaksa jaga rumah.     

Ketiga wanita beda ras itu pun memakai mobil Andrea mendatangi sebuah butik ternama di sebuah Mal.     

Revka sigap memilihkan beberapa baju yang harus dijajal Andrea agar tau apakah pantas atau tidak.     

Sementara itu, di kejauhan, ada sepasang mata tajam menatap ketiga wanita cantik yang asik memilih gaun di butik. Sebenarnya mata itu hanya tertuju ke satu arah saja, ke Andrea.     

Giorge.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.