Devil's Fruit (21+)

Gundah Akan Kepahitan



Gundah Akan Kepahitan

0Fruit 437: Gundah Akan Kepahitan     

Pagi harinya, Andrea terbangun dengan keheranan. Vaginanya basah. Ia tau semalam ia onani untuk Dante. Tapi ia mencium aroma yang ia yakini bukan miliknya.      

Bagaimana bisa?!     

Kernyitkan dahi, Andrea bangun dari tempat tidur. Untung saja sang anak belum terbangun. Mungkin saking lelahnya setelah bermain dengan mainan baru semalam.     

Andrea membasuh kewanitaan dia di toilet, lalu kembali ke kamar untuk mengganti seprei. Andrea masih heran atas cairan asing yang keluar dari vaginanya.     

'Kayaknya semalem sih gue mimpi anuan ama Dante. Apa bisa jadi nyata, yak?' batinnya masih bingung. 'Ntar coba gue tanyain ke Soth'.     

Berangkat ke kantor meski badan terasa remuk bagai disetubuhi semalaman (dan itu memang benar, meski Andrea tak tau), ia melangkah lemas ke mejanya.     

"Andrea, kau dipanggil Tanaka-san di ruangannya." Handa-san menghampiri meja Andrea.     

Mau tak mau, Andrea berdiri lagi dan ayunkan langkah ke ruangan Bosnya. "Haik, Tanaka-san?"     

Tanaka-san tampak sumringah begitu melihat Andrea. "Miss Andrea! Bintang keberuntungan kita!"     

Andrea jadi tersipu disebut demikian. "Ya, Tuan. Ada apa memanggil saya?"     

"Duduklah!" Tanaka-san mempersilakan Andrea agar duduk di kursi di hadapan Beliau. Andrea patuh. "Kau tau, Miss Andrea? Bos besar sangat menyukai penampilan kau di program acara kita. Dia sangat puas! Ha ha ha..." Lelaki paruh baya itu terbahak senang.      

Mana mungkin dia tidak senang. Karena Andrea, dia dipuji oleh atasannya. Dan karena Andrea pula, banyak orang yang terpikat untuk membeli properti mereka.      

Di mata Tuan Tanaka, Andrea adalah perempuan pembawa keberuntungan yang begitu menguntugkan. Andrea bagaikan Midas, segala yang disentuhnya berubah menjadi emas.      

Mendengar itu, Andrea jadi senang. 'Moga-moga gaji gue dinaikkan!' doanya dalam hati. Dalam hati sang nyonya Cambion, dia sudah merancang ini dan itu jika memang gajinya akan bertambah banyak mempertebal dompet dan rekeningnya.     

"Kata Bos, jika penjualan meningkat karena acara kita yang kau pandu, Bos akan naikkan gajimu."     

'HUREEEII!' teriak batin Andrea. Tapi dia tetap stay cool dan mengangguk pelan diiringi senyum kecil. "Terima kasih, Tuan Tanaka. Sampaikan juga rasa terima kasih saya pada Bos besar ... semoga saya bisa terus membantu perusahaan dengan segala upaya saya."     

Ketika Andrea kembali ke kubikelnya, ia asik berjingkrak-jingkrak sebelum duduk.     

"Ada apa, Andrea?" tanya salah satu rekan di sebelah kubikel dia. Raut wajahnya terheran memandangi Andrea yang mendadak bertingkah hyper aneh.     

"A-ahahaa, tidak ada apa-apa, Satori-san. Ehehe..." Andrea menyembunyikan kegirangan dia. Dia tidak ingin mengumbar berita baik ini. Ohh, berita ini hanya baik untuk dia dan keluarga dia saja, tidak mungkin bagi rekan sekantornya.     

"Jangan katakan kau akan naik gaji, ne..." Seketika Satori mencuatkan pemikiran dan dugaan dia melihat ekspresi dari nyonya Cambion.     

Memangnya ekspresi itu bisa menggambarkan apalagi selain naik gaji atau naik jabatan? Hanya dua kemungkinan itu yang ada jika seorang pegawai bertingkah riang usai keluar dari ruang bos.     

"Ehh?" Andrea jadi salah tingkah. Apakah sangat kentara kegembiraan yang disemburkan Andrea secara impulsif tadi?     

"Ingat, yang bekerja keras di sini tidak hanya kau saja, Andrea." Pria itu menyambung kalimatnya tanpa menoleh ke Andrea karena sedang sibuk mengetik entah apa.     

Andrea menelan ludah. Apakah ucapan Satori tadi bentuk rasa tak suka? Semoga bukan begitu. Tapi nada ucapan Satori terasa tak mengenakkan didengar. Pilihan kata-katanya pun terasa sengit.     

Meski begitu, Andrea terus menepis rasa tak nyaman itu demi kekompakan dengan rekan kerja.     

Usai makan siang dengan Giorge di kafetaria Mori Tower (dan itu paksaan dari Tuan Vampir), beserta Handa-san juga, ia diberi kalimat mengejutkan dari salah satu rekan kerja. Kali ini seorang perempuan.     

"Enak sekali yang jadi kesayangan Handa-san. Bahkan Tuan Giorge juga sudah terhipnotis dengan pesona dirimu, Andrea. Kau memang pandai menggunakan itu." Rekan kerja wanita itu bicara sungguh gamblang di depan Andrea.      

Andrea sudah akan meradang. Ia bisa saja berteriak menanyakan apa maksud ucapan nyinyir perempuan tadi jika tak ingat dia butuh bekerja di tempat tersebut, butuh uang untuk membiayai hidup dia dan anaknya.     

Maka, dengan menahan amarah, dia hanya melanjutkan jalan ke kubikel tanpa memberikan sahutan apapun pada rekan kerjanya tadi.     

Sepulang kerja, mendadak mood-nya anjlok. Itu semua gara-gara ucapan dua rekan kerja dia hari ini.     

Memangnya salah kalau Andrea disayang atasan karena berhasil berkali-kali dalam pemasaran ke klien? Memangnya salah kalau para atasan dia mengajak makan siang di kafetaria bergengsi Mori Tower di lantai 52?     

Iya, sih, Andrea memang menggunakan pesona dia untuk membujuk klien agar membeli dagangan perusahaan. Tapi imbas positifnya bukankah tetap dinikmati semua orang di perusahaan?     

Tak habis pikir pada orang-orang yang sengit atas semua yang dicapai Andrea.     

Malam itu ia ungkap semua kekesalan dia pada Dante. Sang suami sabar mendengarkannya sampai Andrea tuntas. Kemudian Dante mulai membujuk Andrea agar mengabaikan saja ucapan miring orang-orang itu.     

"Kalau kau berhasil, ada saja jiwa pahit yang takkan menyukainya. Namun, jika kau gagal, akan lebih banyak jiwa pahit yang bersorak menertawaimu. Maka, lebih baik sukseskan dirimu agar para jiwa pahit menggelepar kesusahan." Demikian Dante menasehati Andrea agar besok tetap bersemangat di kantor.     

-0-0-0-0-0-     

Paginya, Andrea sudah berdandan rapi. Hari ini ada jadwal menemui klien bersama Handa-san, karena termasuk klien penting dari Eropa.     

Ia berdandan dibantu Shelly seperti biasa. "Yoosshh! Harus sukses hari ini!" Ia kepalkan tangan ke udara.     

Shelly mengangguk mantap. "Hu'um! Harus sukses dan aku yakin pasti sukses!"     

Setelah berpamitan pada anaknya dan sepasang suami-istri itu, Andrea masuk ke mobil menuju kantor.     

Ia melirik jam tangan di pergelangan tangan kiri, masih setengah 8 lebih sedikit. Kantor mulai jam 8 tepat.     

Melangkah mantap, ia masuk ke lift dan menekan tombol 37. Tepat sebelum lift tertutup, satu orang buru-buru ikut masuk.     

Ternyata Bos besar, Direktur Utama. Pria itu menatap Andrea dari atas sampai bawah. "Kau... Miss Andrea dari Marketing?"     

Andrea membungkuk hormat. "Ya, Tuan. Anda benar."     

"Ah, sungguh senang bertemu bintang gemilang perusahaan."     

Andrea menunduk tersipu. Rasanya krenyes-krenyes dipuji Bos besar secara langsung. "Terima kasih, Pak. Saya hanya berusaha yang terbaik sebagai karyawan."     

"Hahaha. Bagus! Aku senang memiliki karyawan hebat seperti kau." Pak Bos mengusap-usap lengan Andrea sambil tertawa senang.     

Andrea terpaksa menerima perlakuan itu meski agak risih. Dia memang jarang disentuh siapapun. Hanya sang suami dan Shelly saja yang biasa menyentuh Andrea. Itupun dalam porsi masing-masing.     

Ah, mungkin memang kebiasaan Bos Besar bertingkah demikian pada karyawan yang dia anggap hebat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.