Devil's Fruit (21+)

Makhluk Aneh (19+)



Makhluk Aneh (19+)

0Fruit 428: Makhluk Aneh (19+)     

Andrea masih berbincang dengan suaminya ketika ia lamat-lamat mendengar suara erangan Shelly.     

Untung saja Jovano sudah lelap di boksnya.     

Nyonya Cambion putar bola mata. "Tiap malam giat bingit, sih? Ampun, deh!"     

"Kenapa, yank?" tanya Dante.     

"Itu Kencrut tiap malem ngerjain sohib gue!"     

"Hahah, sayank iri?"     

"G-gak lah! Apaan, sih?!" Andrea sudah merona tanpa bisa dicegah.     

Dante tersenyum di sana. "Maaf, yah. Aku jauh begini. Aku janji akan puaskan ayank tiap malam kalau sudah keluar dari sini."     

"Dih!  Lu ngomong apa, sih? Ge-er amat!" Andrea tak sadar goyangkan pinggulnya.     

Sang suami di sana tertawa kecil. "Andai kamu bisa masuk ke mimpi aku, yank. Seperti dulu."     

Yeah, andai kekuatan Succubus Andrea tidak musnah. Memikirkan itu hanya membuat si Cambion jadi kesal. "Udah, ah! Sebel!"     

Andrea matikan sambungan. Ia hela nafas. Benar-benar suatu kebodohan hakiki dulu dia berhasrat buang semua kekuatannya. Kini, ia berkali-kali berharap kekuatannya kembali.     

Tiap kali ia memikirkan itu, tiap kali pula ia jadi sedih teringat Nivria, sang ibu yang berkorban nyawa demi keinginan putrinya.     

Ia kembali menoleh ke arah kamar Shelly di ujung depan sana. Suara sahabatnya terdengar jelas mengerang. Pasti sedang klimaks, makanya sekencang itu.     

Ya, ia memang iri. Dante tidak salah tebak. Ia juga ingin memiliki malam erotis penuh bara bersama sang suami. Ingin tiap malam disentuh secara intim hingga dia bisa melenguh nikmat.     

Membayangkan itu mengakibatkan tangannya tanpa sadar terjulur ke bawah.     

Basah.     

'Shit! Malah basah!' umpat Andrea dalam hati. Bibir dikulum. Lalu digigit. Pasti bahagia jadi Shelly, tiap malam ditindih, disentuh, dihentak.     

'Fvck! Gue pengen!' teriak batin Andrea.     

Tak ada jalan lain selain masuk ke kamar mandinya, duduk di bathtub kosong, lepas semua piyama.     

Setidaknya ia tak perlu malu melakukan ini tanpa dilihat sang suami.     

Ketika jarinya menyentuh benda sensitif itu, ia mengerang tertahan, tak mau penghuni kamar depan mendengar.     

Pandangannya berubah sayu ketika ia terus menggesekkan jari di klitoris. Liangnya kian basah. Gesekan kian dipercepat disertai kaki dilebarkan.     

Andrea menjangkau sebuah benda spesial yang biasa dia simpan di kamar mandi.     

Dildo getar kecil.     

Revka yang menghadiahi dia waktu ia pindah ke Jepang. "Nih buat elu biar kagak kesepian, kagak cari burung kuntul lain. Ini aja sambil nunggu lakik lu pulang!" kata Revka waktu itu.     

Andrea sempat merutuki ucapan Revka yang kini makin vulgar dan makin gaul.     

Nyatanya, kini Andrea harus berterima kasih pada Revka telah memberikan dia sesuatu untuk pelepas rindu pada Dante.     

"A-arrghh~" Andrea menahan erangannya saat benda panjang itu menerobos masuk ke liang nikmatnya. Nafasnya tersengal-sengal begitu ia berhasil menenggelamkan seluruh batang dildo hingga pangkal.     

Ia agak merasa berdosa pada Dante. Tapi lebih baik begini daripada selingkuh, bukan? Lagi-lagi Revka benar. Sial!     

Setelah dildo masuk semua sampai pangkal, ia menyalakan tombol getar.     

"Arngh!" Sebuah pekikan lolos begitu saja dari mulutnya. Ia akui ini pertama kalinya ia mau memakai alat bantu tersebut setelah berbulan-bulan mengabaikan.     

Andrea tak menyangka efeknya begitu wow. Alat yang ia najiskan sewaktu melihat, ternyata sungguh mengejutkan saat dipakai. Alat itu tak boleh diremehkan. Benar, bukan, Nyonya Cambion?     

"Angh~ hangh~" Andrea berusaha lirih mengerang ketika ia intens menyodok vaginanya sendiri menggunakan dildo di genggamannya. Ujung sisi dildo terdapat pucuk seperti tanduk kecil. Tak sengaja menyentuh klitoris Andrea.     

"Argh! Ouwgh~" Ia tak menyangka benda mirip tanduk kecil di pangkal dildonya ternyata juga bergetar dan memberikan sensasi luar biasa untuk klitorisnya.     

Ia terlalu awam pada alat seperti itu hingga tak paham kalau itu jenis dildo pemuas dua erogenus.      

"Hangh~ arngh~" Andrea pejamkan mata. Berahi melonjak tajam. Peluh berlelehan keluar meski udara Roppongi mulai dingin hingga masuk melalui celah jendela kamar mandi. Tapi Andrea tak merasakan itu. Ia justru kegerahan.     

Pantatnya naik turun seiring dildonya dikocokkan ke vagina. Erangan terus ditekan agar selirih mungkin.     

Ia tak menyadari di jendela kamar mandi ada sosok yang mengawasi segala gerak-gerik Andrea. Makhluk itu sudah hadir semenjak Andrea masuk kamar mandi tadi.     

Andrea tak sadar ulahnya diamati seseorang. Juga, ketika dia mengerang agak keras saat ia meluapkan cairannya, ia hanya terkulai di dalam bathtub kosong.     

Mengatur nafas sejenak, akhirnya susah payah dia keluar dari bathtub. Tetap telanjang, ia ambruk ke kasur. Ia tak punya daya memakai lagi piyama dia. Ia beringsut masuk ke selimut dengan tubuh masih telanjang.     

Toh jika Jovano terbangun, dia bisa dengan mudah raih mantel kamarnya. Yang biasa masuk ke kamar saban pagi juga Shelly. Sahabatnya tak membolehkan Kenzo masuk ke kamar Andrea. Memang harus begitu, kan?     

Kelelahan akibat orgasme vaginal dan juga klitoral, Andrea langsung lelap tak menunggu waktu lama.     

Ia sudah mendengkur halus ketika sosok yang tadi mengamati di jendela kamar mandi berpindah ke jendela kamar.     

Melalui kisi-kisi kamar, makhluk itu masuk. Bayangan hitam makhluk tersebut menatap lekat Andrea yang tertidur pulas. Biasanya dia hanya mengamati Andrea dari luar. Entah saat wanita itu sedang mandi atau berganti baju.     

Namun, kali ini, dia memberanikan diri masuk ke dalam kamar Andrea. Itu semua karena ulah Andrea sendiri yang memicu keberaniannya. Ya, ulah masturbasi bermain-main dengan dildo tadi.     

Pelan-pelan, sosok bayangan hitam tersebut menyingkap selimut Andrea. Meneguk ludah melihat tubuh sintal Andrea secara dekat, membuat sosok itu ulurkan tangan berhasrat menjamah Andrea. Toh, jika Andrea terbangun, ia bisa lekas berubah jadi asap dan keluar melalui kisi-kisi.     

Apakah dia Incubus?     

Atau Iblis iseng lainnya?     

Sayangnya Andrea terlalu pulas hingga tak bisa mendengar gelang Malachite dia bergetar di dekat ia terbaring lemas.     

Dikarenakan posisi telentang dari wanita Cambion, sungguh memudahkan makhluk bayangan itu menggerayangi tubuh Andrea.     

Meremas pelan payudara Andrea, memutar lembut puting susu sang Cambion, hingga memunculkan erang lirih Andrea. Makhluk itu tarik lagi tangannya, bersiap jadi asap andai Andrea bangun.     

Ternyata tidak. Andrea tidak terbangun.     

Makhluk itu kembali julurkan tanganmu. Meremas payudara Andrea bergantian. Tak ada reaksi bangun dari sang wanita. Hanya erang seperti igauan saja.     

Sang sosok kian berani. Ia kulum puting susu Andrea, kanan dan kiri. Sedangkan satu tangan menjamah vagina si Cambion.     

"Arngh~" lenguh Andrea dalam tidurnya.     

Makhluk itu meneruskan aksinya. Mulut kian merayap ke bawah hingga tiba di kewanitaan Andrea. Mengendus di sana. Menggeram lirih karena terbuai aroma kewanitaan sang Cambion. Akhirnya, lidah si makhluk bayangan memulas klitoris dan juga vagina Andrea.     

"Hangh~" Andrea menggeliat pelan. Satu kakinya ditekuk. Makhluk itu tak berhenti. Ia makin menjadi-jadi menyesap klitoris Andrea yang kembali lembab. Vaginanya mulai basah. Lidah sang makhluk bayangan berkeliaran liar di selatan Andrea.     

Ketika tak tahan lagi, makhluk itu membuka paha Andrea, lalu perlahan-lahan masukkan penisnya ke liang basah Andrea.     

"Angh!" Andrea tersentak meski tetap terpejam. Nyonya, kau kebo sekali kalau tidur. Apakah itu karena saking capeknya?     

Makhluk itu meneruskan pekerjaannya. Memompa vagina Andrea secara perlahan. Tak berani menghentak kuat. Hanya sodokan ringan secara teratur. Meski begitu, masih terasa nikmat.     

Tubuh sang makhluk misterius merunduk demi mulutnya bisa melomoti payudara Andrea.     

Sangat nikmat. Rasanya senikmat bersenggama dengan wanita yang sadar.     

Makhluk itu melenguh berat. Tatkala ia mencium bibir Andrea, wanita Cambion itu menggerakkan mata.     

Lekas saja makhluk itu mencabut keluar penisnya dan bersiap berubah jadi asap. Benar saja, Andrea terbangun. Dan ia bingung karena tadi rasanya ditindih, tapi begitu membuka mata, tak ada siapapun di kamarnya, selain dia dan Jovano yang tertidur pulas.     

"Gue mimpi apaan, sih? Edan."     

Lalu dia memakai piyama bersih dan meneruskan tidur.     

Makhluk hitam di luar mengamati. Ia tak berani masuk lagi.     

-0-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.