Devil's Fruit (21+)

Ada yang Bergetar (21+)



Ada yang Bergetar (21+)

0Fruit 427: Ada yang Bergetar (21+)     

Andrea usap kasar wajahnya yang sudah berminyak. Rasanya lemas sekali untuk bangun. Tapi ia tak mungkin terus malas-malasan di kasur. Sebentar lagi pasti Jovano datang, dan ia haruslah mengurus anaknya hingga esok sebelum berangkat kerja.     

Ketika Jovano datang sudah rapi, Andrea menerima anaknya dari Kenzo. "Thanks, yak Zo."     

"Sama-sama, Puteri."     

Andrea pun tutup pintu, letakkan Jovano di kasurnya, kemudian ia setelkan tayangan kartun anak-anak di televisi kabel, sedangkan ia bersiap mandi.     

"Jo di sini aja, yak. Mama mo mandi dulu, biar gak kalah wangi ama Jo." Ia mendekat ke anaknya yang menatap lekat, seolah paham ucapannya. Andrea mengecup singkat pipi sang anak dan mengusap pipi itu sebelum masuk ke kamar mandi.     

Usai mandi dan memakai piyama, ia bersiap menyuapi Jovano. Ia menyiapkan makan malam untuk si bocah yang kini sudah 2 tahun.     

Perayaan ulang tahun anaknya sudah berlalu dalam suasana duka. Hanya dihadiri tamu-tamu dekat seperti saat ulang tahun pertamanya.     

Jovano kini sudah tampak lebih tampan dari sebelumnya. Ia sudah bisa mengucap Mama secara fasih, dan bisa juga menyebut beberapa kata yang umum.     

Satu jam berikutnya Andrea sudah selesai menyuapi anaknya di meja makan, lalu membiarkan sang anak menonton televisi sebentar di ruang tengah, sementara dia berbincang dengan Shelly dan Kenzo menemani Jovano.     

Dua pria beda usia itu sungguh terlihat akrab. Kenzo seperti menganggap Jovano anaknya sendiri. Mungkin sebagai pelampiasan atas kehilangan anak beberapa waktu lalu.     

"Gue mo buang sampah dulu." Andrea bangkit dari duduknya. Sudah sesuai kemauan Andrea agar mereka bertiga di rumah saling berbagi tugas rumah secara bergiliran. Hari ini Andrea bertugas buang sampah di depan.     

Ia menenteng 2 kantung besar hitam berisi sampah basah dan kering yang sudah dipisah. Berjalan hanya dengan piyama saja karena hanya ke depan rumah, karena tong sampahnya ada di sana.     

Baru saja dia sampai di depan tong sampah, lampu depan rumah berkedip-kedip hendak mati. Andrea menatap ke atas, ke lampu. "Dah minta ganti aja tuh lampu. Tsk! Katanya garansi setahun. Hoax!"     

Ia sudah masukkan dua kantung sampah beda jenis ke bagian berbeda, tiba-tiba gelangnya bergetar.     

Bahaya? Andrea menatap sekeliling. Suasana sepi seperti biasa. Mendadak ada angin dingin menerpanya, lalu matanya menangkap bayangan hitam di sudut jalan.     

Andrea sampai jatuh terjengkang saking kagetnya, plus takut. Ia makin merasakan gelangnya bergetar hebat di pergelangan tangan.     

Maka, tanpa pikir panjang, ia bangun dan lari masuk ke dalam.     

"Puteri, ada apa?" tanya Kenzo ketika melihat putri junjungannya terengah-engah masuk rumah.     

"Oh, eh, enggak. Gak ada apa-apa. Cuma... olahraga dikit. Udah rada ndut, nih! Hehe." Andrea gengsi mengungkapkan ketakutannya. "Jo masuk kamar bareng Mama, yuk. Kita ngobrol ama Papa dulu, mau?"     

"Umh!" Jo mengangguk riang mendengar kata Papa. Bocah itu pun turun dari sofa dan kecup pipi Kenzo dan Shelly. "Permisyi, Omh, Tantye," pamitnya dengan logat lucu ala anak kecil yang belum fasih berujar.     

Kenzo dan Shelly bergantian mengecup pipi Jo. Lantas, bocah itu lari ikut Mamanya naik ke lantai atas.     

Shelly menatap suaminya. "Ken, Jo manis banget, yah! Jadi gemes pengen anak kayak dia."     

Kenzo tarik istrinya ke rengkuhan. "Kan kita lagi mengupayakan saban hari, sayank." Ia kecupi telinga Shelly hingga gadis itu bergidik geli.     

"Erngh~ Ken~ hngh~ iya, sih. Udah setiap hari, soalnya kamu mesum banget, aangh~ Keenn~" Shelly mendesah ketika tangan suaminya merayap masuk ke dalam celana pendeknya.     

"Sebentar, sayank." Kenzo tarik keluar tangannya dan jalan ke pintu depan untuk menguncinya dan matikan lampu ruang utama, berikut matikan televisi.     

Ia membopong Shelly ke kamar mereka yang ada di lantai atas pula, terletak di ujung depan. Sedangkan kamar Andrea di ujung belakang.     

Kenzo rebahkan istrinya di tepi ranjang, kemudian dia melepas kaosnya hingga tubuh atletisnya nampak apa adanya. Ia buka dua kaki Shelly setelah dia melepas celana pendek sang istri.     

"Anghh~" Shelly mendesah ketika ujung telunjuk Kenzo menelusuri garis kewanitaannya yang masih tertutupi celana dalam mungil. Ia menggeliat seraya pejamkan mata. Desahannya tak berjeda, terlebih ketika telunjuk suaminya terfokus pada tonjolan halus di balik celana dalam tersebut.      

"Enak, kan?" bisik Kenzo nakal.     

"Ermgh~ kamuh~ mmgh~ udah tau, masih tanya, sebel ah!" jawab sang istri berlagak cemberut.     

"Berani sebel? Humm?" Kenzo makin agresif gosok area itu sehingga kini tercetak cap basah memanjang, membuat Panglima Incubus terkekeh menang.     

"Argh!  Keennh~" erang Shelly manja, terus menggeliat gelisah.     

Pria Incubus terus menggoda kewanitaan istrinya. Sekarang lidahnya menapak di jalur basah tadi, menggelitik tonjolan menggunakan ujung lidah. Semakin bersemangat tatkala Shelly makin keras mengerang.     

Hingga akhirnya Shelly menyerahkan cairan yang dinanti-nanti. Kenzo terkekeh. "Keluar hanya dengan jilatanku dari luar, heh?"     

"Jahat! Kenzo jahat!"     

"Kau minta aku jahat? Atau mesum? Pilih, sayank." Tangan Tuan Incubus menyempitkan lebar celana dalam, kemudian menggerak-gerakkan sehingga klitoris Shelly bagai diusap-usap.     

"Kenh! Stoph! Jangan siksa akuh-argh!" Shelly cengkeram pergelangan tangan suaminya.     

"Katakan maumu, sayank." Sang suami membisik seduktif.     

Shelly tatap sayu pria di depan kakinya yang terbuka. "Aku~"     

"Humm? Ayo, katakan."     

"Aku~ aku~ ingin dijilat Kenzo~" Sehabis mengucapkan itu, Shelly lekas buang pandangan. Malu berat.     

Kenzo masih gerak-gerakkan celana dalam yang disempitkan sisi intimnya. "Yang jelas, dong. Ingin dijilat apanya? Hum? Ayo, sayank. Supaya aku tak salah bertindak."     

Shelly tau suaminya sengaja menggoda. Yeah, Kenzo memang piawai untuk urusan demikian. Maklum saja, Incubus. "Kau memang menyebalkan." Shelly manja memprotes Tuan Incubus. "Keenn~ cepat jilat~ ermh~ jilat~ kelentitkuh~ arkh, aku sebal kalau kau mengakali aku begini, Ken!"     

"Hahaha..." Kenzo tertawa puas. Wanita polos pemalu seperti Shelly memang paling enak jika digoda. "Karena aku suami yang baik, maka aku akan kabulkan."     

Belum sempat Shelly menjawab, celana itu sudah direnggut lepas dari kakinya. Tak menunggu detik berlalu, Kenzo langsung saja jejakkan lidah di klitoris Shelly, memutar serta menghisap, menyebabkan istrinya mengerang keras lalu merintih dan akhirnya melenguh manja. Pinggulnya naik turun, memicu berahi Kenzo.     

"Erlhh~ mrrcph~" Kenzo asik menikmati benda mungil sensitif milik istrinya. Lidah turun ke vagina. Benda tak bertulang tersebut dipanjangkan hingga bisa menjangkau jauh di dalam sana. Maklum saja, Iblis yang mampu berbuat apapun.     

Shelly mulai gelisah sembari tubuhnya kelojotan dikarenakan lidah panjang Kenzo menyodok bagaikan itu sebuah penis. "Hngah! Arngh! Kenhh! Hagkh!"     

Hanya butuh kurang dari sepuluh menit hingga Shelly kembali menyerah dalam lenguh panjang sebelum pantat ambruk lagi ke seprei. Kasurnya mulai basah. Tapi Kenzo justru menyukainya.     

"Kau terlalu menikmati ini, ya kan sayank."     

"Kau sudah tau jawabannya, Kennh~ angh~ hangh~"     

Kenzo terbahak singkat.     

"Arngh!!!" Shelly berjengit kaget ketika benda besar tegang itu tiba-tiba melesak masuk begitu saja.     

Bahkan Kenzo langsung menghentak tak mau menunggu antiklimaks Shelly berlalu. Akibatnya, Shelly menjerit-jerit karena geli dan tak nyaman. Namun, itu justru kian memicu Kenzo untuk terus memacu penisnya.     

"Kenh!  Stop!  Geli! Argh! Stop!"     

"Heheh! Ergh! Hrmh! Ugh!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.