Devil's Fruit (21+)

Semua Sudah Usai di Cordova



Semua Sudah Usai di Cordova

0Fruit 422: Semua Sudah Usai di Cordova     

Giorge maju sesuai kemauan Andrea. "Maafkan perbuatan rekanku. Aku sudah berusaha mencegah dan menasehatinya."     

Andrea memenuhi nyalinya untuk maju ke depan Giorge. Ia tusuk-tusuk dada Giorge menggunakan ujung telunjuk tanpa rasa gentar atau pun takut secuilpun. Toh ada ayahnya dan Myren, ditambah juga ayahnya Pangeran Djanh. "Elu di mana aja, tong, waktu temen elu ngebantai penduduk malam ini plus nyerang rumah gue?!"     

"Aku dikurung oleh dia di sebuah kuburan batu. Aku baru bisa lepas baru saja. Dan aku sudah katakan pada Tetua bahwa yang pertama memprovokasi memang temanku, Vaux."     

Rupanya di hutan tadi semua sudah berunding, kemudian ditambah munculnya Giorge sesudah bisa lolos dari tempat pengurungan. Kesaksian dari Giorge semakin membuktikan bahwa pihak Iblis tidak memulai pertikaian terlebih dahulu.     

"Jadi ini sudah selesai, bukan?" Salah satu Tetua menengahi. Ia sudah bersiap untuk pergi dari sana bersama semua kelompoknya karena masalah ini dirasa telah berakhir.     

"Selesai apanya, heh?" Andrea belum terima. Nyawa ratusan penduduk baginya harus dibayar impas. Ia masih tak menerima kematian tragis para penduduk. Bahkan sesudah mati pun diubah menjadi monster. Sungguh Kejam!     

Bagaimana mungkin Andrea bisa menerima begitu saja semua penduduk yang telah dia kenal selama ini mati dengan cara biadab? Tidak bisa! Andrea tidak akan membiarkan ini berlalu begitu enteng.     

Bagi Andrea, nyawa bukanlah hal remeh. Terlebih nyawa dari orang-orang yang dia kenal baik.     

"Lalu kau ingin kami bagaimana?" tanya Tetua perempuan sebelumnya. Matanya berkilat merah terang ketika menatap Andrea, seolah dia sedang menantang sang Cambion.     

Andrea surut. Terdiam beberapa saat. Ia tau, memang tak ada gunanya terus murka jika pelakunya sudah mendapat ganjaran setimpal. Ia juga takkan bisa mengembalikan nyawa para penduduk meski seluruh Vampir dibantai. "Aaarghh! Bangsat emang!" Ia pun memilih masuk ke rumah.     

"Nah, kami pamit dulu, King Zardakh dan juga King Huvro." Tetua yang mirip Greory akan pamit pergi. Baginya, masalah sudah selesai, kan? Semua pihak telah mencapai kesepakatan, jadi untuk apa berlama-lama di situ?     

Tiba-tiba Andrea muncul lagi dari dalam.     

"Apa lagi sekarang, Nyonya?" Tetua perempuan menatap bosan ke Andrea. Ia langsung membenci Andrea yang dianggap berlebihan menyikapi hal ini.     

"Kalian semua, terserah mo pake cara apa, kuburkan mayat-mayat itu atau gimana caranya biar kagak teronggok gitu doang di tanah! Setelah itu, gue anggap masalah ini kelar!" Andrea tegas bertitah.     

King Zardakh menahan tawanya. Anaknya memang mewarisi keberanian dan keras kepala dari ibunya. "Kupikir permintaan anakku tidak berlebihan." Ia berucap seolah mendukung apa yang diinginkan oleh Andrea.     

Tetua perempuan tadi sudah ingin meradang marah karena harus melakukan kerjaan kasar seperti menguburkan ratusan mayat. Itu baginya seperti dihina. Mana ada seorang dengan status tinggi seperti dia harus mengerjakan hal kotor dan remeh?     

"Ayo kita lakukan." Tetua yang penampilannya mirip Greory memerintahkan bawahannya. Tak ada yang berani menolak. Maka subuh itu, para Vampir lekas menguburkan semua mayat di sebuah bukit.     

Meski wajah mereka suram menghitam akibat marah dan tidak terima, namun mereka hanya bisa menelan kemarahan terpendam mereka. Andai Vaux masih hidup, mereka yang akan mencabik-cabik Vaux.     

Andrea memperlihatkan senyum puas. Setidaknya para penduduk mendapat pemakaman yang layak. Hatinya tenang dan ia mendoakan dalam hati untuk jiwa-jiwa dari penduduk yang mati mengenaskan.     

Begitu matahari terbit menghangatkan pagi, semua Vampir pamit karena sudah memenuhi kemauan Andrea. Raja Huvro dan Panglimanya juga mulai beranjak pergi kembali ke Underworld.     

Siang sudah menyengat, tapi keadaan begitu sepi bagai tanpa kehidupan. Hanya ada rumah Andrea saja yang dipenuhi makhluk bernyawa, selebihnya... hanya hunian kosong melompong dengan ternak dan hewan sudah roboh di tanah menjadi bangkai.     

Bahkan Messy, anjing betina yang pernah ditolong Andrea, dan anak-anaknya yang masih kecil pun tak luput dari kekejaman Vampir ciptaan Vaux. Andrea ingin melampiaskan amarah namun sayangnya ia tak bisa apa-apa. Andai Lovero-nya masih dipunya olehnya.     

"Andrea, kembalilah ke Underworld," bujuk Myren, sang kakak tiri. Tidak berlebihan jika Myren mengharapkan itu karena berada di dunia manusia tanpa kawalan ketat juga akan membahayakan nyawa sang adik.     

Puteri Cambion menggeleng lemah. "Gue udah bukan Iblis lagi, Kak. Di sana gue cuma makhluk lemah dan jadi orang gak berdaya aja." Andrea tertunduk sembari mengucap lirih. Dia kini memang seperti manusia biasa saja, tanpa kekuatan hebat apapun dan lemah. Berada di kerajaan Zranh milik King Zardakh hanya akan menimbulkan keributan lambat laun dari para bangsawan iblis di sana nantinya.     

"Makanya pikir masak-masak dulu sebelum menentukan sesuatu, anak nakal!" Myren menggusak gemas poni adiknya. Meski dulu dia tidak begitu menyukai Andrea, namun kini dia memandang dengan aspek yang berbeda pada adik tirinya. Di mata Myren, Andrea berbeda dengan saudara-saudara tiri dia di istana.     

Andrea... tidak manja dan tegar. Myren menyukai sisi sang adik yang demikian. Andrea juga tidak menyukai bergantung pada orang lain. Myren respek atas sikap Andrea.     

Andrea tersenyum kecut mendengar sindiran dari sang kakak tiri. Waktu tak bisa dikembalikan. Andai... oh andai....     

"Lalu apa rencanamu sekarang, Andrea?" tanya sang ayah.     

"Pindah dari sini." Andrea tersenyum kecut. Bibirnya terkulum sambil menghela napas.     

"Bagus. Memang itu yang seharusnya kau lakukan dari dulu. Aku tak pernah setuju kau tinggal di daerah terpencil begini." King Zardakh mengungkap isi hatinya.     

"Sweetie," sambung Pangeran Djanh. "Tinggallah di kota besar. Setidaknya di sana ada ramai penduduk. Mungkin itu lebih baik untukmu."     

"Pangeran Djanh benar, Andrea." Myren setuju. "Di tempat ramai kau akan lebih aman."     

Nyonya Cambion termenung di duduknya.     

Druana akhirnya dipanggil untuk menangani Shelly. Dalam hati kecil Andrea, dia sadar dia termasuk penyebab kematian bayi sahabatnya. Andai dia mau menuruti Kenzo untuk mengungsi sehari sebelumnya.     

Ah... andai dan hanya andai.     

"Baiklah, gue setuju pindah. Oke, kali ini gue manut ma kalian." Itulah keputusan Andrea. Ia tak mungkin masih bertahan di sini, tempat terjadinya tragedy mengerikan. Dan tak mungkin pula kembali ke Underworld karena akan menjadi beban saja di sana disebabkan tak memiliki tenaga Iblis lagi.     

Andrea sudah pernah menghindari kembali ke tanah air dikarenakan di sana adalah tempat Opa dan Oma terbunuh dengan keji. Dan kali ini, di sini, di Cordova pun sama. Dia tidak menyukai mendiami tempat di mana dia mengetahui orang terkasih dia terbunuh. Itu terlalu menyakitkan.     

Kenzo mengemasi barang-barang yang penting. Sedangkan King Zardakh dibantu Myren dan Pangeran Djanh membumi hanguskan bangkai-bangkai ternak, termasuk ternak milik Andrea.     

Semua sudah usai di Cordova.     

-0-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.